Home / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Bab 14. Pekerjaan yang tidak disukai

Share

Bab 14. Pekerjaan yang tidak disukai

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-02-20 09:08:32

Dia menatap Yama dengan lembut. Meisya telah mencintainya sejak kecil. Dan meskipun dia tidak bisa mencintai Meisya, Meisya tidak bisa berhenti peduli padanya.

Yama yang tidak menyadari perasaan Meisya memalingkan wajah, menatap keluar jendela. Dalam pikirannya malah bayangan Dea lewat saat Dea mengambil celana panjang miliknya lalu melarikan diri.

Tanpa sadar, Yama menaikkan sudut bibirnya kemudian berpaling ke arah Meisya, "kau tahu, seseorang yang mungkin akan mengisi posisi istri bagiku adalah seseorang yang unik dan itu bukan kamu, Meisya. Jadi berhenti menempel terus kepada Nenek karena kamu tahu jawabanku."

Perkataan Yama sangat tajam dan langsung mengores hati Meisya, tetapi wanita itu hanya membalas dengan senyuman yang penuh kepalsuan.

"Ya, aku tahu. Sikapmu memang seperti itu sejak dulu. Tapi kamu juga harus mengerti, tidak ada seorang wanita pun yang akan tahan dengan sikapmu yang egois itu kecuali aku

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 159. Kesedihan Yama

    “Saya bersedia.”Satu kalimat dari Dea. Ringan di bibirnya, tapi berat seperti batu karang di dada Yama.Tangannya yang memegang gelas bergetar. Getaran kecil yang hanya Meisya di sampingnya yang bisa rasakan.“Yama…” bisik Meisya lembut, menggenggam lengannya. “Tenanglah... Semua orang sedang melihat…”Tapi Yama tidak mendengar. Dia menunduk, menatap lantai marmer di bawah kakinya. Hatinya seperti dihantam ribuan pisau kecil—perlahan, tapi pasti mematikan.Meisya segera mengambil alih gelas yang dipegangnya agar tidak terjatuh.Tamu-tamu tertawa, musik berganti irama menjadi lebih cepat, champagne dituangkan lagi dan lagi. Namun bagi Yama, dunia menjadi sunyi. Ia merasa tidak berada di pesta. Ia merasa terjebak dalam neraka sunyi miliknya sendiri.Senyum palsu menyebar di seke

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 158. Pernikahan di belahan dunia yang berbeda

    Karena keterbatasan waktu, Pangeran Frans membuat gaun yang lebih sederhana tetapi sangat elegan di banding gaun sebelumnya.Sebuah kalung berlapiskan permata biru melingkar di leher Dea. Betapa cantik dirinya saat ini dengan riasan make up yang natural.Pelayan berdiri terpaku. Bahkan mereka tak mampu menyembunyikan kekaguman. Tapi wajah Dea? Pucat. Matanya sedikit bengkak. Bibirnya diam, seolah menolak untuk ikut merayakan. Make up artist terpaksa menampakan gincu merah pada bibirnya supaya wajahnya terlihat lebih cerah.Seorang petugas mendekat dengan ponsel, bisik-bisik. Layar kecil itu menunjukkan siaran langsung dari pernikahan Yama.“Yama-sama… sudah tiba di altar…” lapor pelayan, setengah takut, namun itu adalah perintah Ratu. Ratu ingin Dea sadar bahwa pernikahannya hari ini adalah langkah yang benar karena pria yang dia harapkan juga melakukan hal yang sama.

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 157. Gaun yang indah

    Ia berbalik cepat, melangkah keluar tanpa menunggu tanggapan, meninggalkan keheningan yang menyiksa. Bahkan gaun itu tidak diambilnya. Gaun mahal itu dibuang seperti layaknya kotoran tak berharga.Para desainer tak tahu harus berkata apa. Beberapa mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk dengan kertas sketsa. Yang lain hanya menunduk, memberi waktu agar Dea bisa menenangkan diri. Atau menunggu perintah selanjutnya. Mereka benar-benar bingung harus melakukan apa.Dea berdiri mematung. Beberapa pelayan segera memberikan handuk untuk membersihkan wajah dan tubuh Dea dari muntahan, tetapi Dea masih juga tidak percaya apa yang sudah diucapkan Pangeran itu.Dadanya naik turun cepat, antara menahan malu, sakit hati, dan perasaan hancur yang sulit dijelaskan. Ia memegangi perutnya. Kandungan menjijikkan? Apakah itu yang orang pikirkan tentang bayi yang tumbuh dalam rahimnya?Air mata mulai menggenang di pelupu

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 156. Gaun pengantin yang kotor

    Yama membaca setiap kata dalam berita itu seperti sedang menelan racun bersamaan dengan mata belati yang tajam. Pandangan matanya mengeras. Sesuatu dalam dirinya berdesir. Sakit yang dipendam terlalu lama mulai meledak dalam bentuk yang tak terkontrol.“Baik,” ujarnya datar. “Lakukan saja.”Meisya langsung memeluk lengan Yama, matanya berkaca-kaca. “Terima kasih... terima kasih, Yama. Aku janji akan menjadi istrimu yang paling setia...”Yama tidak memeluk balik. Ia hanya membiarkan Meisya bersandar di bahunya, sementara dirinya membeku seperti patung. Tatapannya kosong, dan tubuhnya seolah bukan miliknya sendiri.***Malam itu, Dea menangis dalam tidurnya. Ia bermimpi melihat Yama berjalan menjauh darinya di lorong istana yang gelap. Ia berlari, memanggilnya, tapi suara tak keluar. Hanya gema langkah Yama yang menjauh, dan tiba-tiba... tangan Meisya menggenggam tangan Yama dan menariknya pergi. Semua begitu jelas.Saat ia terbangun, bantalnya basah oleh air mata. Tapi tak ada yang tah

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 155. Menikah dua hari lagi

    "Anak yang tidak bersalah itu harus mendapat kedudukan di kerajaan daripada menjadi budak bagi Nenek munafik itu!" geramnya.Ratu mulai memikirkan taktik untuk tetap mempertahankan Dea di sisinya."Atur pernikahan Dea dengan Pangeran Frans dalam dua hari lagi!" perintahnya kepada seorang asistennya.***Dea menghela napas panjang saat lagi-lagi langkahnya dibatasi oleh bayangan hitam para pengawal kerajaan. Di mana pun ia berada, entah itu taman belakang istana, ruang baca, bahkan lorong menuju kamarnya, selalu ada setidaknya dua pasang mata yang mengawasi. Entah sada berapa banyak pengawal yang berkeliaran di dalam rumah besar yang dia tempati saat ini.Ia tahu maksud Ratu baik. Pengawalan itu adalah bentuk perlindungan, katanya. Alasannya adalah karena Dea adalah seorang Lady yang dihormati dan akan memiliki status tinggi saat menikah dengan Pangeran Frans.Tapi bagi Dea

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 154. Dea hamil

    Pintu terbuka, seorang pelayan masuk, membawa kabar bahwa Yama sudah selesai terapi pagi dan sedang membaca buku di taman.Wanita tua itu segera menenangkan ekspresinya lalu memberikan isyarat dengan tangan agar pelayan itu kembali ke posisinya.“Kamu boleh pergi sekarang,” katanya pada pria itu. “Dan pastikan laporan ini tidak bocor ke siapa pun, termasuk Meisya.”"Baik, Nyonya."Setelah ruangan kembali sepi, wanita tua itu duduk dengan perlahan di kursi empuknya. Rasa lelah mulai merambat ke seluruh tubuhnya, tapi pikirannya terus bekerja. Ia tidak akan membiarkan satu momen pun luput dari perhitungannya.***Tiba-tiba, telepon antik di meja berdering. Nenek Yama mengangkatnya dengan cepat.“Ya?”“Yang Mulia Ratu Inggris ingin berbicara,” ujar suara di ujung sana.

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 153. Disfungsi

    “Tetap di sini sebentar lagi,” potong Yama pelan. Suaranya berat, masih serak pagi.Meisya membeku. Lalu tersenyum tipis, dan kembali menyandarkan kepala di dadanya. Memeluk pinggang pria itu dengan erat.Namun, diam-diam, Yama hanya ingin mencoba membangunkan sesuatu dalam dirinya.Beberapa menit berlalu dan Yama kembali merasa kesal dengan dirinya serta ketidakmampuan yang dia miliki saat ini. Bagian bawah celananya sama sekali tidak beraksi walau kedua bukit depan milik Meisya menempel erat di tubuhnya.Hari itu, sesi terapi Yama lebih semangat dari biasanya. Ia mulai bisa berjalan beberapa langkah tanpa tongkat, hanya dengan bantuan tangan Meisya yang menggenggamnya erat dari samping. Walau beberapa kali terjatuh dan peluh keringat membasahi wajah dan pakaiannya, Yama tidak menyerah.“Bagus, Tuan Yama,” ucap fisioterapis dengan kagum. “Luar biasa untuk pasien

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 152. Kamu begitu tampan

    Meisya tertegun. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Hati Meisya berdebar, sangat takut terhadap penolakan untuk kesekian kalinya.Yama diam. Menunggu kelanjutan kalimat wanita itu.“Karena... aku tidak tahu sampai kapan aku akan seperti ini. Aku tidak bisa berpaling darimu," sahut Meisya beberapa saat kemudian.Meisya tersenyum, menatap bintang. “atau mungkin karena aku tidak mencintai orang lain. Hanya kamu, Yama.”Yama menatap wajah Meisya dalam keremangan cahaya. Gadis itu terlihat sangat cantik dan tanpa celah. Secara keseluruhan melebih Dea yang mencuri hatinya selama ini.Lalu perlahan, ia menyentuh jemari gadis itu.Untuk pertama kalinya, sentuhan itu bukan karena ingin dibantu berjalan. Tapi karena keinginan untuk berterima kasih.“Kalau waktu bisa menyembuhkan kakiku,” bisik Yama, “apa waktu jug

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 151. Kamu bisa sembuh, Sayang

    Hari-hari itu panjang, melelahkan, dan penuh luka yang tidak pernah benar-benar terucap. Namun Meisya bertahan. Dia mencintai Yama sejak kecil. Semua kelicikan yang dia perbuat kepada Dea adalah karena kecemburuannya.Adapun kesalahan terbesarnya adalah bahwa dia mencelakakan hidup mendiang ibu Yama, namun semua itu adalah karena perintah Nenek Yama sendiri dan dia hanya melakukan beberapa tugas yang tanpa sengaja mencelakakan wanita malang itu. Meisya berada dalam ketakutan setiap mengingat kapan waktunya Yama mengetahui rahasia terdalamnya, namun lebih takut lagi bila kehilangan diri Yama.Ketika dokter mengatakan Yama harus mulai menjalani terapi jalan agar saraf di kakinya kembali aktif, Meisya adalah orang pertama yang menawarkan diri untuk membantu. Dengan sabar, ia menggenggam tangan Yama, melangkah pelan-pelan menyusuri lorong rumah sakit.“Kamu tidak harus cepat. Satu langkah saja sudah cukup hari ini,” ucap Meisy

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status