Akan tetapi semua berita itu dipatahkan dengan kemunculan Adam di depan Sam. Tidak bisa dipungkiri jika Sam merasa tidak senang jika Adam masih hidup. Di hadapan Adam, dia menunjukkan bahwa hubungannya dengan David baik-baik saja. Adam tidak tahu bahwa di belakang, kakak beradik itu berseteru.Setelah kematian David, perusahaan berbalik kepemilikan menjadi atas nama Sam Lawrence. Karena saat itu tidak ditemukan ahli waris selain Sam Lawrence sendiri. Maka, kemunculan Adam membuatnya takut jika hartanya digugat.Adam memandang pamannya. Ada sesuatu yang ia sembunyikan, namun Adam memilih tidak mendesak. “Aku mengerti, Paman. Terima kasih… sudah sempat bertemu denganku. Itu saja sudah cukup berarti.”Sam menepuk bahu keponakannya. “Ingat, Adam. Jangan biarkan kebencian membutakanmu. Kau punya darah besar, gunakanlah dengan bijak.”Mereka berpisah malam itu. Sam berjalan ke arah barat, sementara Adam menuju timur. Sejenak, dia menatap punggung Adam yang melangkah menuju gate dengan tulis
Adam melangkah mantap. Berbekal kemampuan yang kini mengalir dalam dirinya, dia tidak lagi merasa gentar menghadapi dunia. Ia telah menempuh perjalanan panjang: menguasai perubahan sifat dasar dan bentuk Orion, memiliki kemampuan mendeteksi niat jahat yang diwariskan Pangeran Oishin, dan memahami elemen udara dari Ciarán. Semua itu membentuknya menjadi pribadi baru—lebih kuat, lebih matang, namun tidak sombong.Meski begitu, Adam tetap menyimpan kewaspadaan. August, pemimpin The Myth, masih menyisakan misteri. Informasi yang berhasil ia kumpulkan menyebutkan bahwa August adalah pengguna sihir berbentuk asap hitam. Namun, selain itu, belum ada yang benar-benar tahu batas kekuatannya. Adam sadar, jika ia ingin menang, maka ia harus menimbang dengan hati-hati setiap langkah.Hari itu, Adam melakukan perjalanan menuju Zurich, Swiss. Rachel telah memetakannya: Krul, salah satu petinggi The Myth, tengah menuju Prague untuk menghadiri pelelangan artefak kuno yang masih berhubungan dengan ban
Dua setengah tahun Adam menahan diri di dalam hutan Arkhivum. Hutan itu bukan sekadar tempat pelatihan, melainkan juga penjara yang mengurungnya dari dunia luar. Ia belajar mengendalikan Orion—daya kuno yang bersemayam dalam dirinya—tanpa campur tangan sihir. Nuada pernah berpesan: *“Hanya dengan menguasai dirimu di tempat di mana sihir tidak berlaku, kau akan benar-benar memahami arti kekuatan.”*Hari-hari Adam dipenuhi keringat, luka, dan kesunyian. Ia melawan kelelahannya sendiri, mengasah ketajaman indra, membiasakan tubuhnya dengan ritme alam. Tidak ada lawan selain dirinya sendiri. Tidak ada suara selain bisikan dedaunan dan tarikan napas yang berat. Namun dari situ, Adam lahir kembali.Ketika akhirnya ia keluar dari hutan, tubuhnya berbeda—lebih berisi, gerakannya lebih terkendali. Mata yang dulu penuh keraguan kini memancarkan tekad dingin. Dunia di luar menantinya, dan di sanalah hutang lama belum terbayar.Salah satu yang pertama ada di benaknya: Rachel.Adam menelusuri kota
Di tempat lain, di dasar jurang tempat Adam dulu terjatuh, Nuada duduk bersila dengan mata terpejam. Posisinya menghadap ke arah pintu masuk gua seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.Suasana di luar goa diguyur hujan badai, kilat menyambar, ombak berdebur keras menghantam karang menjadi pertanda akan hadirnya seseorang dengan kekuatan jahat.Di saat petir melintas, mulut gua yang tadinya gelap dalam sekejap menjadi terang. Menampilkan bayangan hitam seseorang berdiri di ambang pintu dengan pongah, tatapan matanya tajam menusuk seseorang hingga membuat nyalinya menciut."Kau sudah datang rupanya, wahai muridku," sapa Nuada kepada sosok pria yang baru saja datang entah dari mana. Kedatangannya seolah beriringan dengan petir. Cepat, dan muncul dalam sekejap.Dia bukanlah Adam, melainkan seseorang yang pernah dilatih Nuada. Sosok pria yang diceritakan kepada Adam, tentang seorang penjaga yang lalai hingga menyebabkan David Lloris tewas.Pria misterius yang mengenakan jubah dengan
Sementara itu saat Adam melakukan perjalanan menuju Hutan Arkhivum tidak mudah. Jalannya berliku, melewati tebing dan lembah yang dipenuhi kabut. Namun semakin dekat ia berjalan, semakin terasa suasana asing di sekelilingnya. Pepohonan seperti memiliki mata yang mengawasinya setiap saat, ranting-ranting seperti tangan yang sigap menyergap kapan mereka mau.Udara di sana berat, seolah-olah setiap langkah menurunkan daya magis yang melekat pada tubuh. Cahaya Orion yang biasanya berkilau di balik kulitnya, kini terasa meredup. Adam merasakan kejanggalan: setiap kali ia mencoba mengeluarkan energi, kekuatannya lenyap begitu saja, seakan diserap oleh tanah.“Aneh… jadi begini maksudnya,” pikir Adam. “Tidak ada sihir yang bekerja di sini. Tapi… mengapa aku merasa ada sesuatu yang lain?”Sesampainya di tengah hutan, Adam duduk bersila di sebuah batu besar. Ia memejamkan mata, mencoba masuk ke dalam meditasi. Lalu sesuatu terjadi. Kabut tipis muncul, bukan dari luar, melainkan dari dalam dir
Adam duduk termenung di tepi sungai kecil yang alirannya tenang, namun dalam hatinya tidak ada ketenangan sedikit pun. Bayangan wajah August menghantui pikirannya. Tatapan dingin pria itu, gerakan tangannya yang cepat, serta kekuatan yang seakan melampaui batas manusia biasa, semuanya berulang kali muncul dalam benaknya seperti lukisan kelam yang tidak bisa dihapus.Kekalahan itu bukan sekadar luka fisik, melainkan pukulan pada harga dirinya. Adam yang selama ini berlatih keras di bawah bimbingan Nuada merasa runtuh karena kenyataan pahit: ketika benar-benar menghadapi pertempuran nyata, ia tak mampu berbuat banyak.“Aku gagal…,” gumamnya lirih.Nuada, yang memperhatikan muridnya dari kejauhan, menghela napas panjang. Ia tahu Adam tidak kekurangan semangat, namun pengalaman bertarungnya masih mentah. Pertemuan dengan August—yang seharusnya baru terjadi ketika Adam matang—datang terlalu cepat.“Adam,” panggil Nuada sambil berjalan mendekat. “Menyesal itu manusiawi. Tetapi jangan biarka