Tapi meskipun dia terus mengutuk, itu hanya karena nyawanya seakan hampir hilang barusan. Dia tidak ingin mati dan sangat takut mati, apalagi dia belum membalas dendam.
"Senior, terimakasih atas kebaikan hati senior yang sudah mau mengobati luka junior ini, aku Wilson Xia akan selalu mengingat kebaikan ini di dalam hati." Ucap Wilson Xia dengan sungguh-sungguh. Dia benar-benar harus berterima kasih pada lelaki tua ini sebab luka yang di alaminya sebelumnya kini sudah sembuh tanpa meninggalkan bekas luka apapun. Saat ini dia juga merasa tubuh fisiknya mengalami perubahan jauh lebih kuat dari sebelumnya. Yang membuatnya lebih bahagia luka di dalam diafragma juga telah sembuh total, hal ini membuat Wilson Xia merasa bahagia sekaligus terharu. Sebelumnya meskipun dia memiliki niat untuk balas dendam, tapi dia sadar itu tidak akan mungkin, bisa hidup saja itu sudah baik. Tapi saat dia merasa putus asa, ada orang baik yang mau menolongnya dan menyembuhkan diafragma hanya dengan tiga tetes anggur. Sebelumnya Wilson Xia seperti rumput yang kekeringan di gurun yang sangat panas, dan lelaki tua itu datang seperti hujan yang memberikan kehidupan baru padanya. Wilson Xia bertekad akan membayar Budi kebaikan lelaki tua ini di dalam hatinya. Kalau bisa dia juga akan belajar dengan lelaki tua ini. Orang yang bisa menyembuhkan luka diafragma yang sulit di sembuhkan hanya dengan tiga tetes anggur tentu saja itu bukan orang biasa, jadi jika ada kesempatan dia akan menjadikan Lelaki tua ini gurunya sekalian membalas budi. Meskipun saat ini Wilson Xia tidak memiliki kultivasi lagi, tapi dia bisa memulai dari awal dan bisa memperbaiki kekurangan yang dia lakukan sebelumnya. Sebelumnya karena ambisi ingin mengejar Cuba Liu, dia melakukan banyak cara agar meningkat cepat hingga fondasinya tidak stabil. Tapi kini dia bisa memulai dari awal dan tidak perlu terburu-buru seperti sebelumnya lagi. . . . "Siapa namamu?" Tanya lelaki tua itu pada Wilson Xia. Lelaki tua ini mengamati Wilson Xia seperti sedang mempertimbangkan sesuatu, hanya saja tidak ada yang tau apa yang dia pikirkan. "Namaku Wilson Xia" Jawab Wilson Xia. Kemudian dia balik bertanya pada lelaki tua itu, "Bagaimana aku harus memanggil senior?" Lelaki tua itu tidak langsung menjawab pertanyaan Wilson Xia, tapi sangat bertele-tele. Dia berkata, "Kau memiliki nama yang artinya pantang menyerah, ternyata sangat sesuai dengan kepribadian mu" Ucap lelaki tua itu sambil memegang dagu. Lalu dia diam sejenak dan kembali berkata. "Sudah Ratusan tahun tidak pernah ada lagi yang menanyakan namaku, bahkan mungkin hanya sedikit orang yang masih hidup yang masih mengingat namaku setelah waktu yang lama." "Haiss." Lelaki itu menghela nafas panjang lalu dia berkata lagi. "Kau boleh memanggilku Xuan Chen." "Umm baiklah, aku akan mengingat nama senior." Ucap Wilson Xia. "Haha baik." Lelaki tua itu tertawa riang. "Ohya kenapa kau berakhir menyedihkan seperti ini?" Tanya Xuan Chen pada Wilson Xia. Xuan Chen mengamati Wilson Xia dengan tatapan penuh minat dan juga penasaran kenapa bisa berakhir seperti ini. Menurut pengamatannya Wilson Xia bukanlah orang bodoh yang harus Bertarung hidup dan mati hingga rela jika pusat energinya di hancurkan. Bagi seorang praktisi, kerusakan pada pusat energi itu jauh lebih menyakitkan daripada kematian. menghadapi pertanyaan seperti ini, Wilson Xia juga agak sedikit canggung ketika di tanya apa yang terjadi padanya. Tapi dia tetap menceritakan apa yang terjadi padanya dengan jujur. "Hais.." Wilson Xia menghela nafas sedih. Dengan ekspresi kecewa di matanya Wilson Xia pun mulai menceritakan semua yang dia alami di keluarga Xia dari awal hingga dia berakhir seperti ini. "Senior Xuan, aku adalah anak angkat yang di besarkan oleh keluarga Xia dari kerajaan Tianmen. kepala keluarga Xia yang bernama Rudi Xia yang saat itu mengadopsi ku ketika aku masih kecil." "Rudi Xia yang mengetahui aku memiliki akar Spiritual sangat senang ketika menemukan ku pertama kali, kemudian dia mengajariku berkultivasi." "Dengan sedikit bakat dan kerja keras yang aku lakukan aku bisa menerobos ke alam Mahayana dan mendapatkan benih Suci dengan atribut petir yang mengandung hukum langit dan bumi alam Mahayana. Hanya saja, Rudi Xia yang ku anggap sebagai ayah yang sangat aku percaya, justru malah bersekongkol dengan anak kandungnya untuk membuat ku seperti ini." Ucap Wilson Xia dengan sedih. Lalu dia melanjutkan lagi. "Mereka bukan hanya menghancurkan pusat energiku, tapi juga mengambil Benih Suci yang aku miliki sebelumnya dan akan memberikan itu pada seseorang nantinya. Sebelum aku kehilangan kesadaran, aku mengetahui ternyata benih suci itu akan di berikan pada Cuba Liu, Cuba Liu adalah wanita yang selama ini aku kejar dan ku perjuangkan agar bisa layak dengannya, Tapi ternyata wanita itu yang menjadi otak di balik ini semua." Wilson Xia berkata dengan rasa sakit di hatinya. Ketika Wilson Xia menceritakan kejadian ini, tanpa sadar air matanya perlahan-lahan menetes. Ini adalah pertama kalinya dia mengeluarkan air mata selama hidupnya. Tapi dengan cepat dia menghapus air mata itu, kemudian dia bertekad akan membuat orang-orang itu membayar air matanya yang mahal ini ratusan kali lipat, terutama pada wanita jalan Cuba Liu itu.Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca
Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or
Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih
Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak
Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t
Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson