Melihat mata yang penuh amarah dan penuh tekad untuk balas dendam, Xuan Chen hanya tersenyum penuh arti.
Meskipun di awal-awal Wilson Xia sudah di sakiti keluarganya dan di khianati wanita yang dia suka, Dia tetap menjaga hati nuraninya. Dia juga tidak memperlakukan semua orang sama hanya karena dia di sakiti oleh orang lain yang dia sangat percaya. Sambil tersenyum penuh arti Xuan Chen sudah memutuskan akan menerima Wilson Xia sebagai muridnya. Walaupun Xuan Chen tidak pernah menerima murid seumur hidupnya, tapi untuk Wilson Xia, maka dia harus merubah pikirannya untuk menerima murid. "Sekarang luka di tubuhmu sudah sembuh, kamu boleh menetap disini beberapa waktu untuk beristirahat." Xuan Chen berkata pada Wilson Xia. "Senior, Bolehkah kau mengajariku berlatih? sebelumnya aku hanya berlatih sendiri tanpa ada bimbingan guru, jadi pengetahuan ku sangat terbatas." Wilson Xia berkata dengan sungguh-sungguh. "Baik tidak masalah." Ucap Xuan Chen dengan santai. Kemudian dia melihat Wilson Xia dengan sungguh-sungguh. "Jika kau ingin aku mengajarimu, kau harus kuat menahan rasa sakit, jika tidak maka kau bisa mencari guru lain." Ucap Xuan Chen dengan acuh tak acuh. "Senior, selagi bukan bahaya mengancam nyawa, aku tidak akan takut meskipun itu sangat sakit. Aku tidak ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja, aku ingin menjadi luar biasa agar bisa membuat orang-orang itu membayar harga mahal." Wilson Xia berkata dengan tekad di matanya. "Baik, kalau begitu ikut aku sekarang." Xuan Chen membawa Wilson Xia ke sebuah kolam dengan ukuran satu meter. kolam ini terlihat sangat biasa dengan air berwarna biru kehijauan, di bagian ujung kolam ada batu yang setiap detiknya akan mengeluarkan beberapa tetes air. Xuan Chen bertanya pada Wilson Xia. "Apa kau punya teknik Kultivasi?" Wilson Xia tersenyum canggung, "Guru, aku punya teknik Kultivasi, hanya saja itu teknik Kultivasi tingkat bumi." Xuan Chen tidak berkata apa-apa lagi dan mengeluarkan satu teknik Kultivasi, lalu menyerahkan itu pada Wilson Xia. "Pahami itu dengan baik, jika kau sudah paham, maka masuk ke dalam kolam untuk Berkultivasi." "Ingat, jangan keluar sebelum kau mencapai alam kebangkitan. Perihal berapa lama kau bisa mencapai itu, itu tergantung apa kau berbakat dan berusaha atau tidak." Xuan Chen berkata datar dan kemudian pergi entah kemana. Di pinggir kolam Wilson Xia tidak bisa menahan gemetar di tangannya. Sebelumnya dia bercita-cita ingin memiliki teknik Kultivasi tingkat langit, tapi belum kesampaian. Tapi sekarang dia memiliki teknik Kultivasi tingkat surga di tangannya. Teknik Kultivasi Tingkat surga ini adalah teknik Kultivasi tingkat atas. bahkan di kerajaan Tianmen mungkin tidak ada yang menjual. . . . Sepanjang hari Wilson Xia terus memahami teknik Kultivasi ini tanpa kenal lelah. Akhirnya setelah hari ke 3, Wilson Xia berhasil memahami sepenuhnya teknik Kultivasi ini, lalu dia pun memasuki kolam yang hanya berukuran satu meter di depannya. Awal-awal Wilson Xia merasakan perasaan dingin yang lembut, tapi perlahan-lahan dia merasakan sakit seolah setiap jengkal kulitnya di penuhi dengan jarum perak yang menusuk-nusuk. "Lagi-lagi perasaan seperti ini." Wilson Xia bergumam dengan cemberut. Dengan menggertakan gigi dia menenangkan pikiran dan mulai berkonsentrasi untuk Kultivasi. Setiap hari Wilson Xia terus berendam di dalam kolam tanpa pernah keluar. Dan Setiap hari juga Xuan Chen akan datang membawa daging panggang untuknya agar tidak mati kelaparan. "Ahh." "Ahh." "Ahh." Suara memilukan terus terdengar setiap harinya. . . . Tanpa terasa 1 tahun berlalu dengan cepat. Berkat bantuan kolam yang entah apa isinya ini, dia meningkat cepat. Tingkat Kultivasi Wilson Xia juga sudah memasuki alam Mahayana dan kembali mendapatkan benih suci dengan atribut petir yang mengandung hukum langit dan bumi. Meskipun ini terlihat mudah, setiap sehari atau dua hari sekali Wilson Xia akan berteriak seperti babi yang di sembelih. Kadang-kadang dia tidak akan tahan dengan penderitaan di kolam ini, sebab ini jauh lebih menyakitkan daripada meminum anggur Xuan Chen. Hari-hari berlalu dengan tenang dan malam atau siang hari disini akan muncul teriakan yang sangat memilukan.. Setengah tahun lagi telah berlalu, kini Wilson Xia sedang melihat langit yang ada di atas. Grrrr! Grrrr! Grrr! Gemuruh guntur yang sangat menakutkan membuat kulit kepalanya mati rasa. Wilson Xia sedang mengalami malapetaka dan sebentar lagi awan malapetaka akan turun menyambar. Dengan bantuan kolam tempatnya berlatih setiap hari, Wilson Xia berhasil menerobos alam Mahayana dan sedang menghadapi malapetaka langit Alam Kebangkitan. Ekspresi wajahnya terlihat serius melihat langit yang berubah menjadi hitam di penuhi dengan kilatan petir berwarna emas kemerahan. Disisi lain di dalam hutan, saat ini Xuan Chen yang sedang berbaring di atas pohon juga melihat ke arah dimana malapetaka langit akan turun. "Hehe, tidak buruk! Dalam waktu sesingkat ini sudah bisa memasuki alam kebangkitan ini benar-benar sangat menarik." Xuan Chen berkata sambil meneguk anggur yang ada di tangannya. Lalu Xuan Chen menghilang dalam sekejap dan langsung muncul ribuan kaki dari area malapetaka langit Alam Kebangkitan milik Wilson Xia. . . . Disisi Wilson Xia saat ini matanya sudah merah menahan rasa sakit. Blaaarrr! "Ahhh!" "Pufft!" Saat petir pertama turun, dia menahan dengan tubuh fisiknya dan langsung menyemburkan darah dari mulutnya. Sebelumnya Xuan Chen berpesan padanya untuk tidak melawan petir malapetaka dengan jurus apapun, tapi menahan menggunakan tubuh. meskipun setiap kali dia berhasil melewati malapetaka akan mendapat peningkatan tubuh yang signifikan, tapi dia juga berkali-kali hampir mati di sambar petir. Blaaarrr! Blaaarrr! Blaaarrr! "Ahhh!" "Ahhh!" "Ahhh!" Hal hal seperti ini terus terjadi dan menjadi hal biasa. "Aku harus kuat, Ini tinggal dua petir terakhir." Wilson Xia menggertakan gigi sambil melap mulutnya yang penuh darah. Saat ini Wilson Xia sudah berhasil melewati petir ke 7 dengan susah payah, dan masih ada 2 petir lagi. Wilson Xia tetap mengikuti arahan Xuan Chen untuk menyerap sedikit demi sedikit semua Petir ini ke dalam tubuh dan di ubah menjadi energi khusus milik sendiri. Dengan menggunakan petir malapetaka sebagai energi utama maka Wilson Xia tidak terlalu takut melawan musuh yang menggunakan energi dasar seperti energi spiritual pada umumnya untuk melawannya meskipun tingkat Kultivasi lawan sangat tinggi. Jika menghadapi musuh yang level kemampuannya di bawah Wilson Xia, dia bisa membunuh mereka dengan mudah atau mengambil sumber energi mereka. Blaaarrr! Petir ke delapan turun menyambar lagi dan menghantam tubuh Wilson Xia hingga mengeluarkan banyak darah. Blaaarrr! Petir terakhir menyambar dengan ganas seolah berniat membunuh Wilson Xia. Karna takut petir terakhir ini akan membunuhnya, Wilson Xia mengeluarkan jurus terkuatnya. "Tinju penghancur langit." Wilson Xia berteriak dan meninju ke arah langit. Seketika tangan besar muncul dari atas kepala Wilson Xia menuju ke arah petir di langit. "Bam!!" Benturan tinju dan petir bertabrakan. Tapi petir ke 9 ini dengan mudah menghancurkan tinjunya langsung menghantam tubuhnya. Disisi lain, Cuman Chen terus mengamati dengan cermat. "Semoga saja bocah ini tidak mati disambar petir, jika tidak aku mungkin harus menerima hukuman lagi." Xuan Chen melihat Wilson Xia yang menyedihkan tidak bisa tidak menyalakan dirinya sendiri. Meskipun dengan susah payah dan menderita, Wilson Xia berhasil melewati petir terakhir. Saat langit kembali cerah Wilson Xia terkapar di pinggir kolam dengan nafas terengah-engah. Xuan Chen datang dan memberikan 5 tetes anggur pada Wilson Xia. "Minum itu, lalu stabilkan energi mu secepat mungkin, dengan anggur ini pemulihan tubuh dan peningkatan tubuh fisikmu bisa lebih cepat dan stabil" Xuan Chen berkata dengan nada yang terlihat malas. Wilson Xia juga langsung duduk bermeditasi memulihkan luka di tubuhnya. Bagi Wilson Xia ini memang bisa memulihkan, tapi juga rasa sakit yang lainnya. Dia merasa berguru pada lelaki tua ini adalah kesalahan yang besar. Dia sudah pernah merasakan seperti apa panas dan sakitnya efek dari anggur gurunya padahal dia hanya meminum tiga tetes saat itu. Dan sekarang dia meminum lima tetes, jadi Wilson Xia tidak berani gegabah. Benar saja, rasa panas dan sakit yang menyayat hati kembali melanda. Meskipun sebelumnya dia sudah pernah merasakan sakit ini dan sudah mempersiapkan diri, tapi kali ini dia tetap merasakan sakit hingga hampir berteriak.. . . . Kali ini butuh waktu dua hari penuh bagi Wilson untuk sepenuhnya stabil dan membuka matanya.Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca
Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or
Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih
Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak
Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t
Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson