Home / Fantasi / Lahirnya Sang Dewa Pedang / Bab 4 Tiga tetes anggur

Share

Bab 4 Tiga tetes anggur

Author: Jazzy Bold
last update Last Updated: 2024-07-20 14:40:40

"Terima kasih Senior."

Ucap Wilson Xia.

Dia menerima anggur yang di berikan lelaki tua itu dengan ekspresi sedikit aneh. Sebab menurutnya lelaki tua ini terlalu pelit hingga dia hanya memberikan tiga tetes anggur padanya.

Tapi Meskipun begitu, dia tetap harus menghormati kebaikan Lelaki tua ini dan tetap meminum anggur yang di berikan.

Dengan wajah sedikit aneh, Wilson Xia meneguk anggur itu dengan sekali tegukan.

Anggur itu mengalir masuk dengan mudah melewati tenggorokan Wilson Xia.

Tapi baru berlangsung satu tarikan nafas anggur ini Memasuki tubuh nya, Wilson Xia bersyukur di dalam hati karena lelaki tua ini hanya memberikan tiga tetes anggur padanya.

Jika sedikit lebih banyak lagi, mungkin organ-organ tubuhnya akan masak karena tidak bisa menahan rasa panas dari anggur ini.

"Sial, Kenapa anggur ini panas sekali."

Wilson Xia bergumam dalam hati.

Yah.. anggur yang di berikan lelaki tua ini sangat panas seperti meminum magma gunung berapi.

Wilson Xia berusaha menahan rasa panas dan rasa sakit dari anggur ini dengan susah payah.

Tapi rasa panas ini bukan hanya sekedar panas biasa, Ini panas yang membakar tubuh hingga menimbulkan rasa sakit yang sangat parah.

Wilson Xia tetap menahan rasa sakit itu sambil menggertakan gigi. Dia bukanlah orang yang bodoh dan tidak tau apa-apa, walaupun Kultivasinya di hancurkan tapi intuisinya berkata bahwa orang di depannya tidak memiliki niat jahat padanya.

Tanpa terasa 3 jam berlalu dengan tenang.

Selama 3 jam ini juga Wilson Xia berhasil bertahan menahan panas dan sakit di tubuh yang tak ada habisnya ini.

Rasa panas dan sakit ini menggerogoti seluruh bagian tubuhnya tanpa terkecuali, terutama di bagian kepala itu seperti akan membuat otaknya meledak.

Wilson Xia awalnya berfikir jika dia bertahan cukup lama maka efek panas dan sakit ini akan berkurang, tapi ternyata semakin dia bertahan lama, semakin panas dan semakin sakit hingga membuatnya hampir berteriak berkali-kali.

Jika dia bukan orang yang gigih mungkin dia sudah pingsan sejak awal.

Satu jam lagi berlalu dengan cepat.

Saat ini permukaan kulit Wilson Xia sudah memerah seperti udang rebus. Keringat juga terus keluar dari dalam tubuhnya seperti mata air dari alam.

. . .

Disisi lain, lelaki tua itu terus menyaksikan Wilson Xia sambil terus mengangguk.

"Lumayan cukup gigih!"

Lelaki tua bergumam kecil.

Meskipun pemuda ini sangat menderita, dia tidak mengeluarkan suara kesakitan. Mungkin jika itu di gantikan orang lain, hasilnya pasti akan berbeda.

Menurut pengamatan singkat lelaki tua ini, Wilson Xia tidak hanya memiliki karakter yang baik, tapi juga sangat gigih. Remaja-remaja seperti inilah yang sulit di temukan sekarang ini.

Jika hanya berbicara bakat, banyak orang berbakat, tapi tidak semua memiliki karakter baik hati. Dalam perjalanan menuju keabadian, kesucian hati adalah yang utama. Jika hati tidak bisa menjadi suci, maka hanya akan menjadi angan-angan untuk menjadi abadi.

Bahkan banyak orang yang tidak bisa menjaga hatinya dan berakhir menjadi iblis.

Beberapa generasi muda banyak yang terlalu menganggap dirinya berbakat akhirnya menjadi sangat sombong dan merendahkan orang lain, dan akhirnya mereka semua mati lebih cepat tanpa sadar lawan yang mereka rendahkan adalah jenius tersembunyi lainnya.

Adapun beberapa jenius yang memiliki bakat dan tidak sombong, belum tentu mereka akan gigih dan memiliki sifat pantang menyerah dan sanggup menahan rasa sakit yang tidak manusiawi.

Orang-orang yang tidak sanggup menahan penderitaan dan rasa sakit yang tidak mengenakan itu seperti bunga di rumah kaca. Mereka hanya terlihat kuat di permukaan, tapi jika di tempatkan di alam liar yang panas di siang hari, dingin di malam hari, dan kadang akan ada badai, maka mereka akan mati lebih cepat.

Hanya orang-orang kuat yang bisa menahan penderitaan yang akan mencapai puncak kejayaannya. Dan menurut lelaki tua ini, Wilson Xia memiliki potensi itu.!!

. . .

Waktu berlalu demi waktu. .

Tanpa terasa 9 jam telah Wilson Xia lewati dengan menahan rasa panas dan sakit dari anggur lelaki itu. Setelah 9 jam dia menderita rasa sakit yang tidak masuk akal ini, dia merasakan tubuhnya perlahan-lahan kembali normal.

"Akhirnya penyiksaan yang tidak masuk akal ini berakhir juga!"

Saat panas dan sakit itu perlahan-lahan mulai berkurang, Wilson Xia baru menghela nafas lega saat merasa tubuhnya tidak meledak.

"Hufft!!! untung saja itu berhenti sekarang, jika aku harus menahan satu jam lagi, mungkin aku akan pingsan" Gumam Wilson Xia dalam hati.

. . .

Melihat Wilson Xia membuka matanya lelaki itu berkata...

"Oh rupanya kau cukup tangguh juga! Biasanya orang-orang yang ku temui sebelumnya akan berteriak kesakitan atau bahkan pingsan ketika meminum tiga tetes anggur naga ini. Tapi tak di sangka kau yang terlihat biasa-biasa saja ini justru menjadi satu-satunya orang yang bisa menahan diri tidak berteriak."

Ucap lelaki itu sambil tersenyum penuh kekaguman. Lelaki tua ini sangat mengagumi kegigihan dan sifat pantang menyerah dari Wilson Xia.

"Senior terlalu memuji, Aku hanya beruntung saja."

Wilson Xia tidak tau harus berkata apa jadi dia hany menjawab apa adanya.

Meskipun dia terlihat merendah, tapi di dalam hatinya dia terus mengutuk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 15 : Gubernur Ingin Bertemu

    Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 14 : Hanya Ingin Pil

    Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 13 : Elemen Tubuh Tipe Es

    Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 12 : Pertarungan Di Arena

    Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 11 : Arena Kediaman Gubernur

    Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 10: Tantangan putri

    Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status