Share

BAB 3

Bumi masuk ke dalam kelas, dia mengumumkan bakti sosial akan segera dilaksanakan. Siswa dan siswi mempersiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan. Bus sudah bersiap menyalakan mesin. Mereka keluar dengan wajah yang bahagia. Gita hanya duduk di dalam kelas, menunggu waktu rencana itu akan berhasil. Mereka semua naik ke dalam bus. Tidak perlu waktu lama tiba-tiba terjadi hal yang mengejutkan. Bus yang mereka naiki, tiba-tiba mengalami pengasapan mesin. Sehingga, mereka terhambat untuk pergi. Bus tersebut akan di perbaiki dalam jangka waktu yang sangat lama.

Rencana mereka gagal dan di tunda. Gita di dalam kelas hanya tersenyum jahat. Mereka semua masuk kembali ke dalam kelas. Kemudian, belum sempat Bumi duduk terjadi kehebohan lagi, bahwa Laboratorium sekolah mengalami kebakaran. Semua panik dan keluar sekolah. Sementara, Bumi secepat mungkin menghubungi pemadam kebakaran.  Gita dengan tenang, keluar kelas dan menuju ke kerumunan siswa siswi yang takut di lapangan sekolah.

Murid sibuk mengevakusi barang-barang yang ada di dalam sekolah dan yang masih bisa di bawa tanpa memakai alat. Gita hanya duduk sambil bermain handphone tanpa membantu atau bertanya, bahkan tidak ada kekhawatiran di wajahnya. Sebagian murid memperhatikan gerak dan gerik Gita yang tidak wajar. 

Sejam kemudian api padam, semua sudah sedikit merasa lega. Gita hanya tersenyum melihat kehebohan dan kericuhan. Siswa dan Siswi dikumpulkan di tengah lapangan. Kepala Sekolah mengumumkan bahwa pembelajaran akan diliburkan selama merenovasi sekolah. 

Gita pun pulang tanpa mendengarkan pidato kepala Sekolah. Sesampai di rumah, seperti biasa dia langsung masuk ke kamar dan tidur. Malam harinya, dia kembali private dengan Bumi. Bumi menanyakan sesuatu pada Gita.

"Maaf! saya mau tanya, apa semua kejadian hari ini adalah ulah dari kamu?"

"Kamu, tuduh saya?"

"Bukan begitu, saya cuma bertanya saja."

"Ya, itu sama saja anda tuduh saya melakukan itu!"

"Oke...oke, saya minta maaf."

"Keterlaluan, elo ya! elo itu disini ditugaskan untuk mengajarkan saya belajar, bukan bertanya seperti menuduh saya, kalau anda masih butuh duit, jangan suka jadi orang yang tidak punya Pikiran."

Gita meninggalkan Bumi di ruang tamu. Disaat yang bersamaan, orang tuanya datang. mereka menegur Gita, namun Gita tidak mendengarkannya. Bumi berpamitan kepada orang tuanya. Bumi juga berhenti mengajar Gita private . Orang tuanya tidak banyak bertanya, mereka sudah paham akan prilaku anaknya pada Guru privatenya.

Keesokan harinya, Gita bangun terlambat. Pada hari ini Gita begitu gembira, bisa terbaca dari raut wajahnya. Gita melihat-lihat foto kecilnya yang masih tinggal di kampung. Bermain di sawah, sambil mencari keong mas, itu adalah kegiatan yang sering dia lakukan. Tiba-tiba suara telepon berbunyi, itu ternyata dari teman satu gengnya.

"Git, lagi apa elo?" kata sinta.

"Lagi lihat foto, kenapa?"

"Git, banyak anak-anak yang bicarakan kamu di sekolah kemarin!"

"Terus,kenapa? soal kebakaran dan rusaknya bis?"

"Iya benar! memangnya elo yang lakukan itu Git?"

"Kalau iya kenapa?"

"Jahat banget, kenapa elo berubah sih, gue heran elo jauhin kita, terus elo ngelakuin hal itu, tujuannya apa?"

"Tujuannya biar, elo semua tau siapa yang berkuasa disana!"

"Gila ya,nyokap sama bokap lo kan kaya, mau minta apapun juga dikasih, tapi kenapa sekolahan yang di jadikan seperti ini."

"Karena di sekolah itu banyak kaum miskin, yang menghalalkan segala cara untuk mendapat uang dan banyak teman dan guru yang otak keledai."

"Git, walaupun kamu gak ikutan juga tidak apa-apa? kemarin pak Bumi juga bertanyakan, terus maksudnya otak keledai apa? elo Pikir kita tidak punya otak git."

"Iya, itu kamu tau."

"Sumpah ya! gue tidak percaya kata-kata ini keluar dari mulut teman gue sendiri."

Gita langsung mematikan teleponnya. Perkataan Gita membuat Sinta cukup terpukul dan sedih. Setelah menutup telepon dari sinta, Gita mengambil tas dan pergi ke taman. Saat sampai di taman, Gita melihat berbagai macam orang berjualan, ada juga orang yang mengenakan topeng dan bergaya layaknya foto model. 

Begitu lama Gita duduk sambil memandangi air terjun di sampingnya. Gita bertemu dengan Bumi. Dia berpura-pura tidak melihat. Gita sudah berpikir buruk tentang Bumi. Dia berpikir bahwa Bumi sudah mengikutinya kemana pun.

"Eh, elo ikutin Gue ya?"

"Ya tidaklah, ngapain aku mengikuti kamu."

"Keterlauan banget ya! segitunya ya lo, cari duit sampai di suruh bokap gue ngikutin Gue kemana pun."

"Saya tidak disuruh mengikuti dan saya bukan sedang mengikuti."

Gita pergi dengan cepatnya. Sesampai di rumah dia bertemu dengan mamanya. Gita langsung bertanya"Ma,bisa tidak, si BumI itu jangan mengikuti aku terus." 

"Mama, tidak tahu sayang, kenapa kamu marah-marah sama mama?"

"Aku kesal dengan semua prilaku kalian,"kata Gita dan pergi.

Gita masuk kekamar, dan menangis. Menurutnya, kedua orang tuanya sudah tidak menyayangi bahkan tidak menuruti apa yang dia inginkan. Karena keegoisannya, dia beranggap bahwa bukan dia yang salah dalam menjalani hidup. Kesombongannya pun membuatnya sering atau mendapat pemberitaan yang cukup tidak enak. Semua teman-temannya terutama satu geng dengannya pun sudah hilang rasa simpatik. 

Pada malam tiba, Gita mendengar suara Bumi berada di ruang tamunya. Gita segera melihat dan ternyata memang benar adanya Bumi kembali mengajar di tempatnya. Tanpa berkata apapun, Gita pergi mengambil buku dan perlengkapan tulisnya. Gita langsung duduk di meja belajarnya. Pada malam ini Gita tidak berkata apa pun pada Bumi mau pun orang tuanya. 

Seminggu kemudian, Gita kembali ke sekolah. Sekolah sudah tampak begitu bersih dan sudah terlihat perbaruan gedung. Namun, tidak ada perubahan sikap Gita kepada guru dan teman sekelasnya. Dia masih cuek dan jutek pada semua orang. Saat mulai pembelajaran, Bumi masuk ke kelas dan mulai mengajar. satu per satu Siswa Siswi maju untuk memberi jawabannya. Saat Gita mulai maju, semua tercengang, melihat moment yang langka itu. Namun, Gita memberi jawaban yang salah.

"Bagaimana? apa jawaban ku benar?"

"Haa,"kata Bumi terkejut.

"Hei,apa jawaban saya salah."

"Oh... iya salah, harus belajar lebih giat lagi,"kata Bumi masih merasa heran.

"Bukannya anda tau,"kata Gita dengan sinis.

"Iya, oke anak-anak dua hari lagi kita akan menghadapi ujian semester, belajarlah lebih giat lagi."

"Baik, pak!"kata mereka.

Bel waktu istirahat sudah berbunyi. Sinta, Lebbi dan Rui mencoba mendatangi Gita di kelas untuk mengajaknya pergi ke kantin. Namun, Gita tidak merespon teman satu gengnya. Dia malah menghindar dan pergi.

"Dia tidak akan pernah berubah, masih tetap seperti Langita biasanya," kata Lebbi sedikit kesal.

Geng Cui pergi ke kantin, mereka membicarakan tentang hal yang di lakukan Gita pada hari ini. Mereka cukup senang, Namun juga cukup kesal. Mereka sangatlah rindu dengan keisengan, kejahilan dan kekonyolan bersama dengan Gita, yang terkadang membuat mereka harus menerima hukuman. Akan tetapi, sekarang telah berubah, mereka tidak bisa seakrab seperti dulu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status