Share

BAB 4

Waktu istirahat telah berakhir. Semua Siswa dan Siswi kembali ke kelas mereka masing-masing. Gita tidak terlihat saat di kelas. Teman-temannya khawatir akan hal itu, mereka izin untuk mencari Gita. Sekian lama mencari Gita, mereka menemukan Gita tengah terbaring di lantai perpustakaan dengan tangan yang berdarah. Temannya panik dan memanggil guru untuk membantu. Gita dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Bumi dan temannya mengantar Gita ke rumah sakit. Gita hampir saja meregang nyawa di perpustakaan. 

Sekian lama menunggu dokter keluar dari ruang UGD. Mereka semua menunggu hingga lupa memberitahu orang tua Gita. Bumi langsung menghubungi orang tuanya.

"Permisi bu! maaf saya harus memberitahu kabar buruk dari Gita, Gita sedang berada di rumah sakit, mohon ibu dan bapak bisa datang ke Rumah Sakit Asih."

Sekitar beberapa menit orang tua Gita datang. mereka cemas, khawatir, panik dan sedih mendengar keadaan Gita. Selang sejam kemudian, dokter akhirnya keluar dari ruang UGD dan berkata"Maaf, disini siapa keluarga pasien."

"Saya Pak, saya ibunya dan ini bapaknya."

"Bu,pak! Gita harus mendapatkan donor darah yang sangat banyak, karena Gita sudah terlalu kehilangan darah banyak."

"Iya pak saya saja, golongan saya sama dengan anak saya," kata bapaknya merasa panik.

"Mari pak, kita tidak punya waktu banyak," kata dokter.

Bapaknya Gita segera transfusi darah. Gita tertolong dengan Cepat. Beberapa jam setelah transfusi itu Gita sadar. Begitu pucat wajahnya dan begitu lemas badannya Gita berbicara"Pah, teman-temanku mana?"

"Ada, tapi kamu harus istirahat dulu, nak!"

"Aku mau bertemu mereka, Pah!"

"Baiklah,"

Mereka dipersilahkan masuk ke ruang UGD. Teman-temannya tak kuasa menahan tangis melihat kehadaan Gita. 

"Hai, guys! gimana kabar kalian? sudah lama ya, kita tidak bicara begini."

"Iya, elo gimana sudah enakan?" kata Sinta.

"Keadaan yang bagaimana yang lebih enak dari ini."

"Kangen," kata Rui sambil menangis.

"Haha, masih cengeng lu! gue tidak apa-apa!"

"Pernah tidak elo berfikir sedikit saja pakai otak lo! sampai melakukan hal bodoh, gue tidak pernah ketemu orang bodoh sebodoh elo Git!"kata Lebbi marah dan kecewa.

"Haha, thanks ya, elo selalu begini ke gue, thanks untuk kalian yang sudah selalu dan tidak bosan mengajak dan bersikap baik ke gue, walapun gue jahat sama kalian."

Mereka berpelukan dengan penuh kehangatan. Tiba-tiba alat pendekteksi jantung berbunyi. Garis lurus ada di monitor. menandakan jantung Gita sudah berhenti. Sinta, Lebbi dan Rui panik dan segera memanggil dokter dan orang tuanya. Dokter langsung menangani Gita dengan alat jantung. Semua panik dan Cemas, dokter berusaha untuk memicu jantung Gita agar berdetak kembali. Sekian lama mencoba, akhirnya Gita terselamatkan kini Gita dinyatakan Koma dan tidak tau sadarnya kapan. Bahkan, dokter sudah memprediksi Gita tidak akan bertahan lama. Tentu saja semua menangis, terutama kedua orang tuanya. 

Bumi meminta izin pada kedua orang tuanya untuk melihat Gita. Bumi masuk dan tidak percaya akan keadaan Gita saat itu. 

"Git, ini aku Guru killer yang kamu sering ucapkan. Git, dulu kita sering main bersama di kampung. Apa kamu lupa sama aku Git? dulu ada anak di atas usiamu sedang sedih dan murung, dia cupu dan tidak bisa berkelahi, terus ada seorang anak perempuan kecil yang pemberani menghajar semua anak-anak yang brandalan. Apa kamu ingat itu Git?" kata Bumi sambil menangis.

Tiba-tiba, Orang tua Gita masuk. Mereka mendengar semua perkataan Bumi. Mereka tercengang tak percaya bahwa anak yang suka di tolong Gita pada masa kecil, ada di hadapan anaknya. Mama Gita memeluk Bumi dengan kencang. Mereka meminta Bumi untuk menjaga Gita dan dengan senang hati Bumi bersedia menjaga Gita sampai kapan pun. 

Pagi harinya Orang tua Gita dipanggil dokter untuk keruangannya. Dokter memberi kabar yang sangat buruk. Dokter sudah memeriksa seluruh tubuh Gita dengan ketelitian, dan ternyata Gita memiliki penyakit ditulang belakangnya, yaitu kangker tulang belakang. Penyakit ini akan menyebabkan kelumpuhan seumur hidup bahkan bisa terjadi kematian. Bak, disambar petir informasi yang diberikan begitu mengguncang hati orang tuanya. 

"Dok, kasih pengobatan yang paling terbaik dok! buat anak saya!"

"Baik, bu saya akan berikan penanganan yang terbaik untuk Gita."

"kalau perlu saya panggilkan Dokter tulang yang saya kenal,"kata bapaknya.

"Itu lebih baik pak, selagi saya memberi terapi kepada Gita, akan sangat mudah bila dokter spesialis tulang untuk bekerja sama dengan saya,"kata dokter.

"Baik dok, segera saya panggil kenalan saya untuk membantu dokter menangani anak saya,"kata bapaknya cemas.

"Tapi pak, kita harus usahakan Gita tidak koma seperti sekarang. bila dia tidak lepas dari komanya, mohon maaf saya tidak bisa berbuat banyak, sering ajak Gita berbicara, saya yakin gita bisa bangun dari komanya," kata dokter.

"Baik dok,"kata mamanya.

Mama Gita menelepon Bumi untuk segera kerumah sakit. Bumi yang sedang rapat saat itu tidak mengangkat Telepon. 

Di sekolah sedang mengadakan rapat, karena akan melaksanakan ujian semester. Kepala Sekolah sudah mengetahui keadaan Gita. Kemungkinan Gita tidak akan mengikuti ujian semester. Namun, Bumi meyakinkan Kepala Sekolah bahwa Gita akan kembali ke sekolah dengan sehat. Saat sudah selesai Rapat Bumi baru menyadari bahwa orang tua Gita menelepon berkali-kali. Bumi menelepon kembali orang tua Gita.

"Halo bu, ada apa tadi menelepon."

"Nak, Bumi! bisa ke rumah sakit sekarang."

"Bisa bu, memang ada apa bu? gimana keadaannya Gita,"kata Bumi cemas.

"Sebaiknya kamu datang kemari, nanti saya akan jelaskan,"kata mamanya.

"Baik-baik! saya segera kesana."

Dari kejauhan teman-teman Gita mendengar percakapan Bumi dengan orang tua gita. Mereka langsung mencegat Bumi yang akan pergi.

"Pak,tunggu! memang gita kenapa?"kata Lebbi.

"Saya juga kurang tahu, ini saya akan kesana."

"Kami ikut pak,"kata mereka serentak.

"Oke-oke! ayo,kita segera kesana."

Mereka langsung pergi menggunakan Mobil Bumi. Selama di perjalanan Bumi Begitu khawatir dari raut wajahnya yang mencemaskan keadaan Gita. Membawa mobil dengan begitu Kencang sehingga hampir menabrak salah satu pedagang kaki lima. Lebbi menenangkan Gurunya itu. Namun, Bumi tetap melaju dengan kencang. Sekitar 20 menit mereka sampai di rumah sakit, dan langsung menuju keruangan Gita dirawat. Mereka bertemu dengan orang tuanya. Bumi langsung di tarik Orang tuanya untuk bicara.

"Nak, Bumi! tante minta tolong sama kamu!"

"Minta tolong apa bu?"

"Tolong, buat Gita sadar dari komanya, kalau tidak ini akan membuat keadaan semakin memburuk."

"Memang ada apa bu? Gita baik-baik saja kan?"

"Kata dokter Gita, terkena kangker tulang belakang dan ini bisa membuatnya lumpuh seumur hidupnya dan bahkan bisa menyebabkan kematian, Nak Bumi! tante mohon sama kamu, sadarkan Gita dari komanya, karena hanya satu-satunya cara agar kangker ini tidak menyebar terlalu cepat Gita harus segera melakukan kemo dan terapi." 

"Kangker tulang, gimana bisa terjadi? Gita tidak pernah menunjukan dia sakit di depan saya maupun teman-temannya."

"Iya Nak, tante mohon sama kamu!"

"Saya usahakan untuk membuatnya bangun bu."

Ternyata Lebbi mendengar semua perkataan Orang tua gita ke Bumi. Lebbi pergi dan memberitahu ke Sinta dan Rui. Setelah Mereka tahu, Mereka langsung masuk keruangan Gita. melihat keadaan Gita yang seperti itu. Air mata ketiganya tak terbendung lagi, mereka menangis di hadapan Gita yang tak berdaya. Mereka berharap semua perkataan Gita pada saat itu bukanlah kata-kata terakhir yang mereka dengar. Bumi masuk dan melihat mereka menangis.

"Pak, apa betul Gita kena kangker tulang?"

"Gita baik-baik saja!"

"Pak, jangan bohong pada saya, saya sudah dengar semua pembicaraan bapak sama orang tuanya Gita tadi, apa benar Gita kena kangker tulang?"

"Hmm! iya benar," kata Bumi sambil menghela napas. 

"Terus, apa hubungannya bapak sama Gita, kenapa orang tuanya lebih percaya sama bapak dari pada sama kami teman-temannya?"

"Saya, teman masa kecil Gita."

"Apa?" kata mereka serentak.

Bumi menjelaskan kepada semua teman-teman gita. Bumi teman semasa kecilnya, yang suka di tolong karena bully. Mereka berpisah dikarenakan sesuatu, yang begitu rumit. Teman-teman Gita begitu tercengang mendengar jawaban yang di lontarkan Bumi. Namun, sampai sekarang Gita belum mengetahui bahwa Bumi adalah Teman semasa kecilnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status