Share

BAB 2

Sore berganti malam, malam itu hujan begitu deras. Anginnya sampai tidak terkendalikan. Orang tua Gita belum juga pulang dari kantor. Gita menghubungi orang tuanya namun tidak di jawab. Beberapa menit kemudian, chat dari mamanya muncul dan berkata”Git, mama dan papa pulang terlambat, karena terjebak banjir jadi mama sama papa di kantor dahulu sampai banjirnya surut.”

Gita hanya berdua dengan pembantu rumah tangga. Tiba-tiba handphone berbunyi, panggilan dari Lebbi.

“Hai,git, lagi ngapain lo?” kata Lebbi dengan senyum.

“Biasa, begini-begini aja apalagi?”

“Eh, sudah tanya nyokap lo gak soal yang tadi.”

“Belum, nyokap sama bokap gue kejebak banjir jadi belum bisa pulang kantor.”

“Oh gitu! Muka lo kenapa sih? Kok, kaya begitu.”

“Gue lagi kesel aja, sama guru killer itu, terus juga sama ini, nih!”

“Apa-apa....?”

“Di I* gue, ada orang yang balasin story gue nih, gak jelas banget! Sok banget lagi ngomongnya, memang begini kali ya kalau orang miskin itu, gak terima keadaan gitu.”

“Ya sudah sih, biarkan aja, nanti juga bosan sendiri,” kata lebbi sambil menenangkan.

“Menurut lo, Bi! Kita kerjain guru itu lagi gak sih.”

“Elo, mau ngerjain dia apalagi Git? Dia sudah kita bikin malu loh, mungkin dia bakal jera sudah seenaknya sama lo, tetapi kalau gue pikir-pikir, kita itu salah loh sama dia.”

“Idih, salah darimana? Gue, gak ngerasa salah tuh ke dia, oo.. gue tau lo mulai suka sama guru killer itu ya?”

“Bukan gitu, Cuma gue pikir aja kayanya kita sudah keterlaluan sama dia.”

“Wah, parah lo , bener-bener nih anak, suka ya lo sama dia , sudah-sudah kita tutup aja telepon nih, bye,” kata Gita sambil menutup telepon.

Gita sangat kesal dengan Lebbi, menurut Gita, Lebbi sudah berpihak pada guru killer. Waktu sudah semakin malam, orang tuanya belum juga pulang. Hingga Gita tertidur di ruang tamu untuk menunggu orang tuanya. Tidak beberapa lama, mama dan papanya pulang dan masuk, melihat anaknya tertidur di kursi, mamanya membangunkan.

“Gita,sayang bangun, Nak!”

“Mama sudah pulang, kok lama banget?”

“Iya, mama sama papa tadi belum bisa keluar dari kantor, karena depan kantor lagi banjir."

“Ya,sudah ma, aku mau masuk kamar.”

“Ada yang mama mau bicarakan sayang.”

“Iya, besok aja ya ma... ngantuk bye, sweet dream.”

Waktu sudah begitu malam, Gita kembali ke kamar dan tidur. Keesokan harinya, hari yang sangat cerah, Gita bangun dan sarapan bersama orang tuanya. Sambil menyantap sarapan pagi, papanya memberitahu bahwa hari ini dan hari-hari seterusnya Gita tidak di izinkan bermain atau kumpul dengan teman-temannya. Dikarenakan Gita harus belajar di rumah, dan orang tuanya sudah memanggilkan guru private untuk mengajarkan. Tentu Gita berontak akan hal itu Ia tidak suka tentang peraturan yang mengharuskannya untuk belajar bahkan tidak diperbolehkan bertemu dengan teman-temannya.

Gita langsung pergi meninggalkan orang tuanya. Sesampainya Di Sekolah, Gita terlambat masuk Ke Kelas. Namun, Gita tetap masuk ke Kelas dengan wajah yang sangat marah. Guru yang kini sedang mengajar di kelasnya pun tidak bisa berbicara banyak. Pada hari itu Gita sangatlah tidak terkontrol, Temannya pun dia marahi terutama Lebbi yang sudah dianggapnya mengotori pertemanan. Gita tidak berkumpul dengan temannya, sampai suatu kejadian yang tidak ada terduga. Gita melemparkan makanan ke muka salah satu siswa dan berkata”eh, mata lo itu dipakai buat apa? Sudah pakai kaca mata, jalan sampai nabrak-nabrak, kurang lo, pakai mata empat itu, dasar anak miskin, nih, uang buat beli kaca mata, pergi lo sana.”

Semua mata tertuju padanya, prilakunya terhadap siswa membuat Gita jadi sorotan. Lebbi mendatanginya dan berkata”Git, kenapa sih?”

“Bukan urusan, lo!”

“Semua orang disini mandangi lo aneh.”

“Terus! Kenapa?”

“Cerita..elo kenapa hari ini?”

“Perlu gue cerita sama elo.”

“Ya kan, kita teman Git.”

“Oh, kita teman, terus kenapa lo belain guru itu, suka lo sama dia, sudah ya, gue gak punya teman kaya kalian juga gue gak Mati, kalian itu Cuma jadi benalu dikehidupan Gue,” kata Gita dan pergi.

Lebbi terkejut dengan perkataan Gita, yang mengangap temannya adalah benalu. Pelajaran dimulai kembali, Bumi masuk untuk mengajar dan mengajak siswa siswi nya untuk ikut dalam sebuah acara bakti sosial. Bumi meminta siswa siswi nya mencatat nama-nama yang ingin dan berpartisipasi dalam bakti sosial. Dari 36 siswa-siswi yang ikut berpartisipasi hanya 1 yang tidak menuliskan namanya di buku catatan yaitu Gita. Bumi menanyakan hal itu padanya.

“ Gita, kamu tidak ikut?”

“Gak!” kata Gita dengan ketus.

“Oke baiklah."

“Buat apa ikut? Kalau mereka miskin ngapain di kasih, harusnya kerja keras bukan minta-minta keorang, sama kan kaya bapak, minta di kasihanin, hingga masih dipertahankan di sekolah ini.”

“Maksudnya?”

“Bapak tau, maksud saya apa? oke gue percuma lama-lama disini ya, gak berguna, gue pulang duluan permisi,” kata Gita beranjak pulang.

Sesampainya dirumah, Gita langsung masuk kamar dan berbaring hingga tertidur. Tak sadar waktu sudah berganti malam, Gita bangun dan mandi. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumahnya. Gita membukakan pintu dan itu ternyata adalah Bumi. Bumi adalah guru private yang papanya bicarakan. Gita dengan ekpresi datar mempersilahkan Bumi masuk. Bumi mulai mengajarkan Gita dengan cukup tegang. Bumi merasa tenggorokannya gatal dan membuatnya batuk. Pembantu Gita memberikan minum padanya. Namun Gita berkata”Bi, siapa yang suruh beri dia minum.”

“Tapi, mba..bapaknya lagi batuk.”

“Ambil.”

“Tapi,mba.”

“Ambil...! aku bilang, kalau dia mau minum, biar dia pulang ambil minum di rumahnya sendiri.”

“Maaf,pak.”

“Iya tidak apa-apa mba.”

“Oh, iya saya rasa pelajaran hari ini cukup sampai disini ya,lebih baik anda pulang sekarang.”

“Ini masih 30 menit kita belajar.”

“Terus kenapa? Sudah... gue gak akan kasih tau bokap gue kalau belajar Cuma 30 menit biar gajimu gak dipotong, jadi bisa menghidupi kebutuhan mu yang gak seberapa itu.”

“Huff, oke saya pulang.”

Bumi pulang dengan rasa sedikit kecewa. Saat Bumi pulang di depan rumah sudah ada orang tua Gita yang juga baru pulang dari kantor. Mereka melihat suatu kejanggalan di wajah Bumi saat itu, namun mereka tidak mempertanyakan.

Pada pagi harinya Gita sudah tidak ada di Rumah. Dia berangkat lebih pagi ke sekolah. Di sekolah Gita duduk di kelas, tentu dengan wajah yang jutek. Gita merencanakan sesuatu untuk teman dan guru. Pada hari ini, mereka akan mengadakan bakti sosial. Satu per satu teman-temannya hadir. Teman satu gengnya juga satu per satu hadir. Gita masih tetap mengacuhkan teman satu gengnya. Meskipun teman-temannya sudah berusaha untuk mengajaknya bicara dan tertawa Gita tetap cuek pada mereka. Waktu pelajaran sudah mulai, namun acara bakti sosial diundur karena ada rapat guru. Mereka tidak belajar pada saat itu, teman-temannya ada yang bermain gitar, menyanyi dan mendengarkan musik. Namun, Gita tetap diam dan mengacuhkan teman-temannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status