Share

BAB 6

Keesokan paginya Gita bangun dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan mengelilingi rumah sakit dengan membawa infusan. Gita Merasa aneh dengan badannya. Tulang Belakangnya terasa sakit saat berjalan. Gita terjatuh dan kepalanya terbentur pinggiran keramik dan itu membuat kepalanya berdarah. Suster yang Melihat langsung menolong Gita yang tergeletak. kepala Gita harus segera dijahit karena luka yang cukup lebar. Orang tuanya segera datang dan melihat keadaan Gita. Bumi pun datang dengan tergesa-gesa. Kondisi yang belum begitu pulihlah yang membuat semua itu terjadi. Namun, setelah selesai dijahit Gita tetap ingin pergi dari rumah sakit. Gita merasa bosan hanya berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan kegiatan apapun.

Dengan sangat terpaksa, orang tuanya membolehkan dirinya untuk beristirahat di rumah. Namun, harus tetap selalu kontrol kesehatan. 

Sesampainya di rumah Gita meminum obat dan beristirahat. Teman-temannya yang mengetahui kepulangan Gita, langsung mengunjungi rumahnya.  Mereka Membawakan makanan kesukaan Gita. Mereka berbincang-bincang dan bercanda di dalam kamar Gita. Saat malam harinya, Bumi mendatangi rumah Gita. Namun, karena ketidaksukaan Gita dengan Bumi, membuat Ia berpikir bahwa Bumi datang untuk mengajar private dirinya. Teman-temannya yang pada saat itu belum pulang, telah mengetahui bahwa Bumi adalah guru private Gita. 

"Jadi, bapak Guru private Gita selama ini?" kata Rui.

"Iya."

"Iya! tapi bukan Gue yang minta dia jadi guru gue," kata Gita sinis.

"Wah, keren dong, pak ajarin saya dong, saya bodoh dalam semua pelajaran," kata sinta.

"Ih... bisanya," kata Gita kaget mendengar ucapan temannya.

"Ya, sudah Git! biarin saja! soalnya kan kita juga bodoh dalam semua pelajaran," kata Lebbi menenangkan.

"Boleh, tapi untuk sekarang jangan dulu ya, besok saja gimana?"

"Mau-mau, disini saja pak! kita belajar bersama gimana guys?" kata Sinta membujuk.

"Oke," kata Rui dan Lebbi

"Eh, terserah kalian deh!" kata Gita sambil menghela napas.

Akhirnya mereka sepakat untuk belajar Bersama di rumah Gita. Keesokan harinya di sekolah, Bumi menjalankan tugasnya sebagai guru. Ia memberikan soal ujian kepada murid-muridnya. Hampir semua muridnya menyontek setiap hari. Bumi menegur murid-muridnya, apabila menyontek akan di berikan soal Ujian lebih banyak. Karena perkataan Bumi,mereka semua langsung diam duduk di kursi masing-masing. Prilaku mereka menandakan bahwa mereka tidak pernah belajar. Bel berbunyi waktu mengisi ujian sudah habis. Bumi mengambil kertas ujian mereka dan pergi dari kelas. 

Sedangkan Gita yang sedang di rumah, hanya bermain Handphone. Gita pun merasa bosan, di rumah tanpa kegiatan apapun. Bahkan untuk keluar rumah Gita dilarang. Ia tidak boleh keluar rumah jika tidak ada yang menemaninya. Namun, karena Gita anak yang sangat bandel. Ia keluar dari jendela kamarnya. Setelah keluar, Ia pergi ke taman yang tidak jauh dari rumah. Gita duduk di kursi taman sambil memandangi keindahannya. 

Setengah jam Gita duduk di taman. Gita merasa pusing dan tulangnya terasa sakit. Gita berdiri dan ingin pulang. Namun, apalah daya tubuhnya seperti tak berdaya. Ia terjatuh dan badannya menghantam kursi yang tepat di belakangnya, Tidak ada satu pun orang di taman. Sehingga Gita tetap pada posisi jatuh. Ia menelpon orang tuanya namun tidak ada jawaban. Ia juga menelepon teman-teman namun tak ada jawaban. Pilihan terakhir, Ia menelepon Bumi. Tiba-tiba diangkat oleh Bumi. 

"Hallo, pak dimana?" kata Gita kesakitan.

"Kamu kenapa git?" kata Bumi panik.

"Saya lagi di taman, bisa tolong saya tidak?" kata Gita masih merasa kesakitan.

"Oke-oke saya kesana!" kata Bumi panik.

Dengan sangat tergesa-gesa, Bumi pergi meninggalkan sekolah. Karena kepanikannya Sampai-sampai Bumi menabrak Geng Cui, kemudian langsung pergi begitu saja. Sedangkan Geng Cui merasa aneh dan heran. 

"Kenapa sih pak Bumi? tergesa-gesa banget!" kata Sinta merasa heran.

"Iya, gak jelas banget guru satu itu"kata Rui.

"Sebentar deh gue kok ngerasa gak enak nih! jangan-jangan ada terjadi sesuatu nih sama Gita?" kata Lebbi.

"Wah, iya benar, pak Bumi gak pernah begitu kalau gak ada kaitannya sama Gita," kata Sinta.

"Ayo-ayo! kita ikutin," kata Lebbi.

"Eh,Leb! Gita nelpon sampai 50 kali di Hp gue," kata Sinta.

"Benar nih! pasti Gita kenapa-kenapa, ayo cepat," kata Lebbi. 

Mereka mengejar mobil Bumi yang sangat laju. Tidak memakan waktu lama mereka sampai di taman. Mereka turun untuk mengikuti Bumi. Terkejutnya mereka melihat Gita terduduk di samping kursi dengan wajah yang pucat. Mereka langsung mendatangi Gita dan menolongnya. 

"Astaga,Gita kamu kenapa?" kata Lebbi.

"Aduh,kalian kemana saja sih! aku telponin kalian," kata Gita meringis kesakitan. 

"Sudah-sudah jangan berkelahi dulu, sebaiknya kita langsung bawa Gita ke rumah sakit," kata Bumi panik.

Saat Gita di bantu berdiri, hidungnya berdarah. Darahnya keluar begitu banyak, Gita langsung pingsan. Bumi secepatnya membawa Gita pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Gita langsung di larikan ke ruang UGD. Bumi menemani saat di UGD. Saat selesai ditangani, Gita sadar dari pingsannya. Gita berpesan pada Bumi untuk tidak memberitahu orang tuanya.  Namun, Bumi tidak bisa janji akan hal itu. Ia akan tetap memberi tahu kedua orang tuanya. 

"Pak, saya mohon jangan kasih tahu orang tua saya, saya gak mau buat orang tua saya sedih," kata Gita lemas.

"Gita, sebaiknya orang tua mu harus tahu agar bisa membagikan waktunya untuk anaknya."

Gita hanya menundukan kepala, pertanda sejutu. Betapa sedihnya melihat semua ini. Namun, karena takut ada sesuatu. Bumi menghubungi orang tuanya, akan tetapi, tidak ada jawaban atau balasan. Gita meminta Bumi mengantarnya pulang.

Dalam perjalanan pulang Gita hanya diam didalam mobil. Ia tidak banyak bicara dengan Bumi. Saat sampai di rumahnya, Gita berkata"Pak, biar saya saja sendiri yang turun, tidak perlu bapak yang antar saya."

Gita pun turun dari mobil, dan masuk kedalam rumah. Gita langsung masuk ke kamar dan beristirahat. Keesokan harinya Ia bersiap untuk berangkat kesekolah. Ia berjalan kaki dari rumah hingga ke sekolah. Jarak dari rumah hingga kesekolah tidaklah jauh. Tiba di sekolah, Ia disambut oleh teman-temannya. Mereka membantu Gita masuk kedalam sekolah. Semua mata tertuju padanya, banyak dari mereka yang berbisik-bisik melihat keadaannya yang sekarang. Namun, sebagian lagi justru tidak segan untuk mengejek. Kata-kata yang dilontarkan cukuplah menyakitkan. Namun, Gita terima semua ocehan itu, karena dia tau bahwa itu semua salah dirinya. Akan tetapi, teman-temannya tidak terima atas prilaku mereka. Geng Cui melaporkan kepada Bumi atas bullyan yang Gita dapatkan. Bumi langsung bertindak, Ia masuk kelas dan memarahi anak-anak yang sudah melakukan hal yang tidak sepantasnya.

"Selamat, pagi anak-anak?" kata Bumi.

"Pagi pak," kata mereka.

"Sebelum kita memulai ujian lagi, bapak mau tanya siapa yang disini sudah berkata kasar dengan Gita."

(semua terdiam dan menunduk)

"Kalau tidak ada yang mengangkat tangan, bapak akan tidak menaikan kalian semua, walaupun nilai kalian tinggi."

(semua masih terdiam)

"Baik! bapak ceklist nama kalian semua."

"Pak!jangan," kata salah satu murid.

"Terus, siapa yang memulai."

(Mereka semua mengangkat tangan kecuali Lebbi, Sinta dan Rui)

"Kenapa kalian bersikap begitu dengan teman kalian?"

"Pak dia saja jahat dengan kita, bapak lupa itu," kata salah satu murid.

"Apa bedanya kalian dengan dia? kalian bully dia, berbicara yang tidak baik, apa bedanya kalian sama dia? kalian sama saja dengannya, sama-sama jadi orang yang tidak punya etitud, apa pantas begitu? saya kecewa punya murid seperti kalian, kalian sama saja anak yang tidak pernah di sekolahkan, sekarang bapak minta kalian untuk meminta maaf pada Gita dan Gita juga harus meminta maaf pada teman-temanmu," kata Bumi Tegas.

Mereka saling maaf memaafkan. Setelah itu mereka kembali duduk dan dimulai ujian. Ujian telah berlangsung, mereka mengerjakan penuh dengan keseriusan. Begitu bel telah berbunyi, secepat mungkin mereka mengumpulkan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status