Home / Thriller / Langkah Dewi : Warisan Rahasia / BAB 75 — “Sang Penjaga Benua”

Share

BAB 75 — “Sang Penjaga Benua”

Author: T.Y.LOVIRA
last update Last Updated: 2025-11-13 10:40:26

“Kau datang bukan untuk menyelamatkan Afrika, tapi untuk menyelamatkan hatimu sendiri, Dewi.”

Suara berat itu terdengar di balik tirai tebal ruang bawah tanah. Dewi menoleh cepat.

Seorang pria berdiri tegak di tengah ruangan, tubuhnya dibalut jubah hitam dengan simbol peta Afrika di dada.

Tatapan matanya tajam seperti cahaya di gurun — tenang tapi menghujam.

“Ibrahim Tidore,” gumam Damar di sebelah Dewi. “Orang yang membuat Barat kehilangan tidurnya.”

Pria itu tersenyum samar. “Dan kalian berdua... anak-anak dari zaman yang melupakan asalnya.”

Ia berjalan mendekat, langkahnya mantap. “Ayahmu pernah menyelamatkan nyawaku dua belas tahun lalu, di Khartoum. Waktu itu, dia bilang padaku, ‘Jika sistemmu tak berpihak pada rakyat, lebih baik biarkan runtuh.’ Sekarang aku tahu, dia benar.”

Dewi menatapnya hati-hati. “Ayahku masih hidup?”

Tidore menatap lurus, tatapannya seperti ujian. “Jika kau menanyakan hidup yang sejati... ya. Tapi jika kau bicara soal tubuhnya, kau harus siap menerima keb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 103 — “Ketika Nama Dipanggil yang Tidak Boleh Dijawab”

    “Ada nama-nama yang jika dipanggil, dunia bergetar. Dan ketika Dewi mendengarnya—ia tahu dirinya tak bisa mundur lagi.”Duum—duum—duum.Suara dentuman logam bergema dari pintu baja yang menutup otomatis.Tak ada listrik, tak ada sensor, tak ada sistem.Namun pintu itu… menutup seperti sesuatu dari luar mengunci mereka.Rin menyalakan senter kecil. Cahaya tipis itu hanya mampu membelah kegelapan beberapa langkah ke depan.“Ini gila…” gumamnya. “Itu bukan kerusakan sistem. Itu… kehendak.”Damar meraih bahu Dewi, berusaha menenangkan suaranya.“Dewi, dengarkan aku. Apa pun yang memanggilmu… jangan jawab.”Dewi menoleh perlahan.Senyumnya tipis, tidak terlalu tenang, tapi tidak sepenuhnya takut.“Masalahnya bukan aku tidak ingin menjawab.”Ia menatap kegelapan.“Masalahnya… namaku sedang ditarik.”Kata-katanya membuat seluruh ruangan membeku.Suara dari layar yang sebelumnya tak bermakna kini berubah.Bahasanya perlahan menjadi lebih… manusiawi.Seolah menyesuaikan diri.“Dewi… Dewi Rahma

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 102 — “Yang Kembali Bukan Lagi Yang Sama”

    “Ketika cahaya padam, yang tersisa bukan gelap… melainkan kebenaran yang tak pernah diizinkan muncul.” “DEWI!!” Teriakan Damar menggetarkan lorong NURANI ketika satu tubuh terjatuh dari pusaran cahaya hitam di langit atap yang sudah retak. Logam meledak, kabel terputus, percikan listrik berlari seperti ular api. Arka merayap—masih pincang—dan membantu menggeser reruntuhan. Tubuh itu tergeletak, rambut acak-acakan, pakaian setengah hangus oleh energi yang terlihat seperti bukan milik dunia ini. Rin menutup mulutnya. “Itu… itu Dewi… tapi kenapa wajahnya—” Damar mengamati lebih dekat. Detak jantungnya membeku Kelopak mata Dewi bergetar, lalu terbuka perlahan. Rin terengah. “Astaga… iris matanya berubah.” Iris itu bukan hijau seperti biasanya. Bukan cokelat. Melainkan dua lapisan, seakan-akan ada dua jiwa yang berebut tempat. Lapisan pertama: lembut, familiar—Dewi. Lapisan kedua: hitam pekat, berputar seperti pusaran mini—entitas yang bukan manusia. Arka menelan ludah. “

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 101 — “Sosok Tanpa Bayangan”

    “Terkadang, bahaya terbesar bukan yang mengejarmu…tetapi yang berdiri tepat di belakangmu saat kau memilih.”Dewi membeku.Tangan dingin itu menggenggam pergelangannya—kokoh, tenang, dan terasa… nyata. Bukan seperti ilusi cahaya di ruang lingkaran. Semua suara cahaya, semua kesadaran digital, bahkan gema ayahnya—mendadak redup. Seolah sosok yang memegangnya memiliki otoritas lebih tinggi di ruang ini.Dewi berbalik perlahan.Dan nafasnya hampir patah.Seorang pria berdiri di sana. Tinggi, berwajah teduh namun misterius, tubuhnya memantulkan cahaya seolah ia bukan manusia… tapi bukan pula entitas data. Matanya hitam pekat, tanpa bayangan, seakan menelan seluruh cahaya ruang itu.Kesadaran Ayah Dewi bereaksi pertama kali.“Kau… tidak seharusnya ada di sini.”Suara Rizal retak, terdistorsi seolah ruangan menolak kehadiran pria itu.Sosok itu tidak menoleh.Ia hanya menatap Dewi.“Jika kau memilih salah satu dari tiga takdir itu… dunia akan hancur lebih cepat dari yang mereka rancang.”D

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 100 — “Lingkaran yang Membelah Takdir”

    “Setiap badai punya pusat.Dan di pusat itulah… kebenaran berhenti bersembunyi.”Cahaya hijau keemasan memeluk tubuh Dewi seperti kabut hidup saat ia melangkah ke dalam lingkaran itu. Angin berhenti. Waktu seolah terbelah. Di luar, markas NURANI seperti dunia yang terjebak dalam jeda, membeku antara teriakan dan kepanikan.Namun di dalam lingkaran itu, Dewi merasa seperti memasuki ruang yang tak tunduk pada hukum bumi.Hanya ada bisikan.Hanya ada gema masa depan.Dan suara yang sama—suara yang memanggilnya sejak badai pecah.Dewi membuka mata. Ia berdiri di sebuah ruang lingkaran luas yang tampak seperti perpustakaan hampa dengan dinding berisi aliran cahaya data. Ribuan angka berlari di udara, seolah GENESIS, BLACK LOTUS, dan seluruh jaringan bumi diperas menjadi titik tunggal informasi.Namun yang paling mencolok adalah tiga lingkaran cahaya di depannya—masing-masing menampilkan kemungkinan masa depan:🔸 Masa depan pertama:Bumi stabil, lautan tenang, Indonesia menjadi pusat energ

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 99 — “Badai yang Memanggil Nama Dewi”

    “Badai tidak tercipta untuk menghancurkan. Kadang… ia datang untuk memanggil seseorang.”Suara itu datang entah dari mana—entah dari Qadr, entah dari ingatan ayahnya, atau dari bumi yang kini bergetar tepat di bawah kaki mereka. Tapi Dewi merasakannya seperti bisikan yang menyentuh tulang belakangnya.Markas NURANI bergetar keras.Lampu-lampu berkedip, alarm melolong, dan layar utama menunjukkan spiral badai raksasa yang sedang turun dari langit seperti makhluk hidup yang marah.Rin menatap angka-angka tekanan udara yang anjlok.“Ini bukan badai biasa! Tekanannya… gila, Dewi! Ini badai kategori yang bahkan belum pernah dicatat NOAA!”Arka berdiri tak stabil, memegangi layar agar tidak jatuh.“Tidak ada model cuaca yang bisa menjelaskan ini!”Damar menarik Dewi ke belakang meja besi, matanya tegang penuh proteksi.“Dewi, katakan apa yang kau lihat. Jangan tahan lagi.”Dewi menatap langit yang retak melalui kaca markas.Retakan halus itu seperti mengintip dunia ke dunia lain—ke masa dep

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 98 — “Pesan dari Masa Depan Bumi”

    “Kalau seorang anak autis dari Swedia saja bisa mengguncang dunia… kenapa kita tidak?”Kalimat itu muncul begitu saja di benak Dewi ketika hologram terakhir padam.Ruang markas hening, tapi di dalam kepala Dewi, suara-suara bumi masih bergema:suara angin puting beliung yang memotong kota, suara banjir bandang menerjang Padang, suara Sumatra retak perlahan dari selatan ke utara.Damar menatapnya gelisah.“Dewi, kau pucat. Apa lagi yang kau lihat?”Dewi menarik napas berat.“Aku melihat sesuatu yang… jauh lebih besar dari kita.”Rin mendekat, membawa grafik cuaca yang naik seperti jantung planet yang sedang panik.“Ini… ini bukan cuaca normal lagi, Dewi. Ini chaos.”Arka menimpali, “Seperti dunia sedang diaduk dari bawah. Suhu laut naik mendadak. Arah angin berbalik. Dan tekanan udara—ya Tuhan…”Ia menatap Dewi.“Ini bukan kebetulan. Ada pola yang sama dengan keruntuhan penyangga bumi.”Dewi memejamkan mata.Dalam sekejap—ia melihat hutan Papua dipreteli seperti kulit buah.Gunung Moro

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status