Share

Bab 26- Bayangan Ayah

Penulis: T.Y.LOVIRA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-25 10:15:25

“Jangan bergerak, Dewi — satu gerakan, dan seluruh gudang ini jadi lautan api.”

Suara itu datang dari gelap, tenang seperti nafas orang yang sudah lama hidup di bawah bayang-bayang. Lampu neon di atas terguncang pelan, memantulkan kilau minyak dan debu pada tumpukan palet kayu. Di ujung gudang, di balik deretan drum berkarat, sosok itu berdiri setengah tersenyum — punggungnya mirip bayangan yang dulu pernah menenangkanku di malam-malam badai.

Dewi membeku. Jantungnya melonjak bukan karena takut akan peringatan, tapi karena pengenalannya tak pernah semudah itu: garis rahang itu, bekas luka kecil di alis kiri, cara bahunya membungkuk saat menatapnya — Rizal Rahman, ayah yang hilang selama belasan tahun. Bau rokok tua dan minyak tanah melekat pada jaketnya, seperti prasasti bahwa waktu tak pernah benar-benar menghapus seseorang.

Ia melangkah maju, suara kakinya seperti jam yang berdetak lambat di telinga Dewi. Di sela-sela palet, ia meletakkan sesuatu di palang kayu — sebuah kotak log
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 109 — Yang Meniru, Yang Menyamar, Yang Mencari

    “Itu bukan ayahku, Damar. Jangan sentuh.”Kalimat itu menggema di seluruh lorong, suara Dewi yang terdengar patah—seolah dia berteriak dari dalam botol kaca yang terkubur jauh di bawah tanah.Siluet kurus itu berhenti. Bahunya naik-turun perlahan, seperti makhluk yang mencoba belajar bernapas.Arka mengangkat senjata.“Itu bukan manusia! Posisi bertahan!”Rin mundur dengan langkah terseret.“Tapi… postur itu sama persis. Wajahnya juga—”“Justru itu,” potong inteligen itu dingin.“Modul ketiga memang dirancang untuk MENIRU sosok terdekat yang bisa menghancurkan stabilitas mental peserta.”Damar memandang siluet itu tak berkedip.Wajahnya…Rambutnya…Cara berdirinya…Itu ayah Dewi.Tapi sesuatu salah.Sangat salah.Makhluk itu maju satu langkah lagi.Lalu tiba-tiba kepala siluet itu bergeser… bukan menoleh, tapi bergeser seperti gambar rusak—bergerak setelah tubuhnya. Suara retakan tulang menggema, namun tak ada tulang yang patah.Arka mengutuk pelan.“Oke, ya… itu bukan manusia.”Makhl

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 108 — Suara yang Seharusnya Mustahil

    “Jangan percaya siapapun di belakangmu.” Kalimat itu menggantung di udara seperti pisau yang baru saja ditarik dari sarungnya—dingin, pelan, tetapi mematikan. Damar terpaku. Nafasnya tersendat sesaat. Suara itu… ia kenal. Terlalu kenal. Ayah Dewi. Laki-laki yang seharusnya menghilang bertahun-tahun lalu. Laki-laki yang rumor kematiannya saja tidak pernah jelas. Laki-laki yang menjadi potongan puzzle paling gelap dalam hidup Dewi. “Tidak mungkin…” bisik Arka. “Suara itu… asli?” Inteligen itu mundur setapak. Untuk pertama kalinya sejak mereka masuk ke ujian ketiga, wajahnya menyimpan sesuatu yang mirip ketakutan. “Kalau itu benar suara ayah Dewi… berarti seseorang sedang mengakses inti kesadarannya.” Rin menelan ludah, matanya melebar. “Tunggu… bukankah itu cuma… rekaman modul?” Damar menggeleng pelan. “Tidak. Suara modul tidak pernah bergetar di ujung hurufnya seperti itu.” Ia ngedip, napasnya memburu. “Ayah Dewi hanya bicara seperti itu kalau dia… panik.” Lorong merespon

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 107 — “Suaranya Bukan Suara Dewi”

    “Jika suara bisa menipu, maka siapa yang masih bisa dipercaya?”Lorong itu berdenyut seperti sedang bernapas. Cahaya samar dari dindingnya menggoyang-goyang nama mereka, seolah menunggu momen tepat untuk menghapus salah satunya. Damar berdiri paling depan, kedua tangannya mengepal, napasnya pendek seperti baru saja ditarik dari mimpi buruk.Arka mengawasi lorong belakang—tempat makhluk menyerupai Damar tadi menghilang entah ke mana. Rin menempel pada dinding, berusaha menyamankan detak jantungnya yang terlalu keras.Intelijen lingkungan itu memandangi Damar dengan tatapan yang tajam namun penuh waspada.“Sekarang dengarkan baik-baik,” katanya pelan.“Suara itu muncul lagi, pasti muncul. Dan begitu ia muncul, lorong ini akan membaca respons emosional.”Damar mengerutkan kening.“Membaca… emosi?”“Ya.”“Ujian kedua bukan tentang telinga. Ini tentang hatimu.”Lorong di depan mereka bergetar—suara samar mulai terdengar.“Damar…”“…tolong…”Rin spontan menutup telinga.“Itu… itu Dewi, kan?

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 106 — “Gerbang yang Memakan Nama”

    “Kalian belum mengenal ketakutan sampai hutan ini menyebut nama kalian.”Kalimat itu masih menggema ketika kegelapan menelan mereka utuh. Damar meraba dinding-dinding lorong yang terasa basah—bukan seperti tanah, melainkan seperti daging raksasa yang berkedut pelan. Arka menghidupkan lampu senter, tapi cahaya itu terhisap seperti ditelan udara.“Cahayanya… hilang?” Arka Berbisik.“Lorong ini memangsa energi,” jawab pria inteligen lingkungan, suaranya pelan tapi stabil.Rin memegang lengan Damar erat-erat, nafasnya tidak teratur.“Damar, aku dengar… suara langkah lain.”Damar menajamkan pendengaran.Bukan langkah manusia.Bukan hewan.Seperti suara tulang yang diseret—pelan, irama aneh, seakan makhluk itu berjalan mundur.Lorong itu makin gelap.Makin dingin.Makin sempit.Sampai tiba-tiba…lorong berdenyut, dan di dinding-dindingnya muncul sesuatu.Nama.Ratusan nama, terukir seperti goresan kuku manusia.Beberapa memudar.Beberapa bersinar merah.Beberapa… meneteskan cairan hitam.Ar

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 105 — “Hutan yang Tidak Pernah Ada di Peta”

    “Tidak semua hutan tumbuh dari tanah. Ada hutan yang tumbuh dari rahasia.”Gelap itu tidak hilang.Ia melebar, mengembang seperti kabut hitam yang hidup dan merayap ke kulit seperti udara dingin dari dasar bumi.Tiga langkah setelah masuk—Damar berhenti.Rin terhuyung, Arka menahan tubuhnya.Udara berubah kental, seperti lendir tak terlihat.Pria itu—si intelijen lingkungan—menghentikan mereka dengan tangan terangkat.“Jangan bergerak. Dunia ini punya cara menolak pendatang.”Damar melihat sekeliling.Hutan.Tapi bukan hutan biasa.Pohon-pohon di sini tidak tumbuh lurus. Mereka membengkok seperti tulang belakang naga.Daun-daunnya transparan, memantulkan bayangan-bayangan yang bukan milik mereka.Tanahnya seperti pasir basah, tetapi tidak ada jejak kaki selain milik mereka.Rin berbisik, suara nyaris hilang:“Ini… bukan Indonesia. Bukan bumi. Bukan—”Intelijen itu menjawab pelan:“Ini dunia yang Arsitek gunakan untuk menyembunyikan apa pun yang mereka curi.”“Termasuk manusia.”Ia be

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 104 — “Jejak yang Hanya Bisa Dibaca oleh Mereka yang Pernah Hilang”

    “Ada jejak yang tidak bisa ditangkap kamera, tidak bisa dicium satwa, tidak bisa ditangkap radar. Hanya manusia yang pernah hampir hilang yang bisa melihatnya.”Pintu kecil di ujung lorong itu menganga seperti mulut gua purba.Tidak ada cahaya, tidak ada suara.Hanya hembusan udara dingin—dingin yang menusuk seperti berasal dari hutan yang sudah mati.Damar maju satu langkah.Arka menahan lengannya.“Kau gila? Kita tidak tahu apa yang ada di dalam.”Damar menatap gelap itu, rahangnya mengeras.“Yang aku tahu, Dewi ada di sana.”Rin merapatkan jaketnya. “Kalau kita masuk, tidak ada jaminan kita bisa kembali.”Damar menatap mereka berdua.“Kalau Dewi tidak kembali, untuk apa kita pulang?”Keheningan menampar mereka semua.Kesetiaan memang tidak punya logika—dan malam itu, mereka tak punya apa-apa selain itu.Saat langkah Damar mendekati pintu itu, suara samar memecah kegelapan.Langkah.Pelan.Beraturan.Seperti seseorang berjalan di atas tanah basah.Arka siap menarik pistol—tapi Rin m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status