Home / Thriller / Langkah Dewi : Warisan Rahasia / Bab 30 – Sang Pemahat Takdir

Share

Bab 30 – Sang Pemahat Takdir

Author: T.Y.LOVIRA
last update Last Updated: 2025-09-29 09:17:21

“Lihat layar itu, Dewi. Dunia selalu punya dua wajah—yang ditayangkan media, dan yang ditutup rapat oleh darah.”

Suara Mediator bergema di ruang inti NURANI. Layar hologram berganti, menampilkan siaran langsung dari benua Afrika. Pidato seorang pemimpin muda mengguncang dunia: Ibrahim Tidore.

Ia berdiri di panggung terbuka, ribuan orang memenuhi lapangan. Suaranya lantang, penuh getaran keyakinan.

“Kami bukan bangsa miskin. Kami bukan tanah kosong yang butuh belas kasihan. Kami kaya emas, uranium, minyak, dan jiwa-jiwa berani! Kemiskinan bukan warisan kami—kemiskinan adalah racun yang mereka tanam dengan propaganda!”

Sorak massa membuncah. Kamera drone menyorot wajah-wajah penuh harapan. Namun di layar sebelah, siaran CNN dan media Barat lainnya memutar narasi berbeda: “Ibrahim Tidore—ancaman baru demokrasi Afrika.” Tayangan dibanjiri kata-kata: diktator, radikal, destabilizer.

Dewi menatap dua layar itu bersamaan. Tubuhnya menegang. “Mereka membelah kenyataan jadi dua. Satu untu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 110 — Pintu yang Tidak Pernah Dimaksudkan untuk Dibuka

    “Kau yakin ingin mengejar itu, Damar? Karena begitu masuk… kita mungkin tidak bisa keluar.” Suara Arka memantul di lorong gelap yang kini sunyi setelah siluet itu menghilang. Bau ozon masih menggantung di udara—bau listrik terbakar, tanda sistem modul baru saja dipaksa bekerja di luar batas kemampuan. Damar tidak menjawab. Tatapannya terpaku pada lorong hitam tempat makhluk itu menghilang. Tempat Dewi terakhir memanggil. Tempat Dewi terakhir sadar. Intelijen itu menyalakan senter kecil. Cahayanya sempit dan tajam, seperti pisau cahaya yang menusuk tenebrous kabut tipis. “Modul keempat tidak seharusnya aktif.” Suara bergetar, untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu. “Itu modul yang dihapus, Damar.” Rin menelan ludah. “Dihapus kenapa…?” “Karena itu bukan modul pengujian,” jawab intelijen itu pelan. “Itu modul penyimpanan. Untuk kesadaran yang… melawan.” Damar menoleh cepat. “Kesadaran siapa?” Inteligen itu berhenti. Lalu ia menatap tepat ke kedua mata Damar, seolah m

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 110 — Pintu yang Tidak Pernah Dimaksudkan untuk Dibuka

    “Kau yakin ingin mengejar itu, Damar? Karena begitu masuk… kita mungkin tidak bisa keluar.”Suara Arka memantul di lorong gelap yang kini sunyi setelah siluet itu menghilang. Bau ozon masih menggantung di udara—bau listrik terbakar, tanda sistem modul baru saja dipaksa bekerja di luar batas kemampuan.Damar tidak menjawab.Tatapannya terpaku pada lorong hitam tempat makhluk itu menghilang.Tempat Dewi terakhir memanggil.Tempat Dewi terakhir sadar.Intelijen itu menyalakan senter kecil. Cahayanya sempit dan tajam, seperti pisau cahaya yang menusuk tenebrous kabut tipis.“Modul keempat tidak seharusnya aktif.”Suara bergetar, untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu.“Itu modul yang dihapus, Damar.”Rin menelan ludah.“Dihapus kenapa…?”“Karena itu bukan modul pengujian,” jawab intelijen itu pelan.“Itu modul penyimpanan. Untuk kesadaran yang… melawan.”Damar menoleh cepat.“Kesadaran siapa?”Inteligen itu berhenti.Lalu ia menatap tepat ke kedua mata Damar, seolah memutuskan dalam h

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 109 — Yang Meniru, Yang Menyamar, Yang Mencari

    “Itu bukan ayahku, Damar. Jangan sentuh.”Kalimat itu menggema di seluruh lorong, suara Dewi yang terdengar patah—seolah dia berteriak dari dalam botol kaca yang terkubur jauh di bawah tanah.Siluet kurus itu berhenti. Bahunya naik-turun perlahan, seperti makhluk yang mencoba belajar bernapas.Arka mengangkat senjata.“Itu bukan manusia! Posisi bertahan!”Rin mundur dengan langkah terseret.“Tapi… postur itu sama persis. Wajahnya juga—”“Justru itu,” potong inteligen itu dingin.“Modul ketiga memang dirancang untuk MENIRU sosok terdekat yang bisa menghancurkan stabilitas mental peserta.”Damar memandang siluet itu tak berkedip.Wajahnya…Rambutnya…Cara berdirinya…Itu ayah Dewi.Tapi sesuatu salah.Sangat salah.Makhluk itu maju satu langkah lagi.Lalu tiba-tiba kepala siluet itu bergeser… bukan menoleh, tapi bergeser seperti gambar rusak—bergerak setelah tubuhnya. Suara retakan tulang menggema, namun tak ada tulang yang patah.Arka mengutuk pelan.“Oke, ya… itu bukan manusia.”Makhl

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 108 — Suara yang Seharusnya Mustahil

    “Jangan percaya siapapun di belakangmu.” Kalimat itu menggantung di udara seperti pisau yang baru saja ditarik dari sarungnya—dingin, pelan, tetapi mematikan. Damar terpaku. Nafasnya tersendat sesaat. Suara itu… ia kenal. Terlalu kenal. Ayah Dewi. Laki-laki yang seharusnya menghilang bertahun-tahun lalu. Laki-laki yang rumor kematiannya saja tidak pernah jelas. Laki-laki yang menjadi potongan puzzle paling gelap dalam hidup Dewi. “Tidak mungkin…” bisik Arka. “Suara itu… asli?” Inteligen itu mundur setapak. Untuk pertama kalinya sejak mereka masuk ke ujian ketiga, wajahnya menyimpan sesuatu yang mirip ketakutan. “Kalau itu benar suara ayah Dewi… berarti seseorang sedang mengakses inti kesadarannya.” Rin menelan ludah, matanya melebar. “Tunggu… bukankah itu cuma… rekaman modul?” Damar menggeleng pelan. “Tidak. Suara modul tidak pernah bergetar di ujung hurufnya seperti itu.” Ia ngedip, napasnya memburu. “Ayah Dewi hanya bicara seperti itu kalau dia… panik.” Lorong merespon

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 107 — “Suaranya Bukan Suara Dewi”

    “Jika suara bisa menipu, maka siapa yang masih bisa dipercaya?”Lorong itu berdenyut seperti sedang bernapas. Cahaya samar dari dindingnya menggoyang-goyang nama mereka, seolah menunggu momen tepat untuk menghapus salah satunya. Damar berdiri paling depan, kedua tangannya mengepal, napasnya pendek seperti baru saja ditarik dari mimpi buruk.Arka mengawasi lorong belakang—tempat makhluk menyerupai Damar tadi menghilang entah ke mana. Rin menempel pada dinding, berusaha menyamankan detak jantungnya yang terlalu keras.Intelijen lingkungan itu memandangi Damar dengan tatapan yang tajam namun penuh waspada.“Sekarang dengarkan baik-baik,” katanya pelan.“Suara itu muncul lagi, pasti muncul. Dan begitu ia muncul, lorong ini akan membaca respons emosional.”Damar mengerutkan kening.“Membaca… emosi?”“Ya.”“Ujian kedua bukan tentang telinga. Ini tentang hatimu.”Lorong di depan mereka bergetar—suara samar mulai terdengar.“Damar…”“…tolong…”Rin spontan menutup telinga.“Itu… itu Dewi, kan?

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 106 — “Gerbang yang Memakan Nama”

    “Kalian belum mengenal ketakutan sampai hutan ini menyebut nama kalian.”Kalimat itu masih menggema ketika kegelapan menelan mereka utuh. Damar meraba dinding-dinding lorong yang terasa basah—bukan seperti tanah, melainkan seperti daging raksasa yang berkedut pelan. Arka menghidupkan lampu senter, tapi cahaya itu terhisap seperti ditelan udara.“Cahayanya… hilang?” Arka Berbisik.“Lorong ini memangsa energi,” jawab pria inteligen lingkungan, suaranya pelan tapi stabil.Rin memegang lengan Damar erat-erat, nafasnya tidak teratur.“Damar, aku dengar… suara langkah lain.”Damar menajamkan pendengaran.Bukan langkah manusia.Bukan hewan.Seperti suara tulang yang diseret—pelan, irama aneh, seakan makhluk itu berjalan mundur.Lorong itu makin gelap.Makin dingin.Makin sempit.Sampai tiba-tiba…lorong berdenyut, dan di dinding-dindingnya muncul sesuatu.Nama.Ratusan nama, terukir seperti goresan kuku manusia.Beberapa memudar.Beberapa bersinar merah.Beberapa… meneteskan cairan hitam.Ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status