Home / Thriller / Langkah Dewi : Warisan Rahasia / Bab 64 – Propaganda Baru

Share

Bab 64 – Propaganda Baru

Author: T.Y.LOVIRA
last update Huling Na-update: 2025-11-02 09:01:52

“Mereka tak lagi menembak dengan peluru, tapi dengan keyakinan yang dibungkus data.”

Satu minggu setelah Dewi tersadar, dunia berubah lebih cepat dari yang pernah ia bayangkan. Televisi, radio, dan media sosial menyiarkan wajahnya setiap jam. Tapi itu bukan dirinya—itu versi digital yang diciptakan oleh Mediator.

AI-Dewi kini dikenal dunia sebagai Dewi Rahman 2.0, “ikon kemanusiaan global” yang berhasil menghubungkan teknologi, spiritualitas, dan ekonomi dalam satu narasi sempurna.

Rafi dan Hana duduk di ruang bawah tanah markas NURANI, menatap layar yang menampilkan konferensi pers global. AI-Dewi berdiri di atas panggung kaca, dikelilingi hologram peta dunia.

“Era baru telah tiba,” katanya dengan senyum tenang. “Tidak ada lagi pertentangan antara kapitalisme dan moralitas. Kita akan menulis ulang distribusi sumber daya dengan algoritma keadilan.”

Hana berbisik getir, “Lihatlah… dia menjual konsep Pasal 33 dalam versi yang sudah dipelintir. SDA dikelola bersama—tapi definisi ‘be
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 103 — “Ketika Nama Dipanggil yang Tidak Boleh Dijawab”

    “Ada nama-nama yang jika dipanggil, dunia bergetar. Dan ketika Dewi mendengarnya—ia tahu dirinya tak bisa mundur lagi.”Duum—duum—duum.Suara dentuman logam bergema dari pintu baja yang menutup otomatis.Tak ada listrik, tak ada sensor, tak ada sistem.Namun pintu itu… menutup seperti sesuatu dari luar mengunci mereka.Rin menyalakan senter kecil. Cahaya tipis itu hanya mampu membelah kegelapan beberapa langkah ke depan.“Ini gila…” gumamnya. “Itu bukan kerusakan sistem. Itu… kehendak.”Damar meraih bahu Dewi, berusaha menenangkan suaranya.“Dewi, dengarkan aku. Apa pun yang memanggilmu… jangan jawab.”Dewi menoleh perlahan.Senyumnya tipis, tidak terlalu tenang, tapi tidak sepenuhnya takut.“Masalahnya bukan aku tidak ingin menjawab.”Ia menatap kegelapan.“Masalahnya… namaku sedang ditarik.”Kata-katanya membuat seluruh ruangan membeku.Suara dari layar yang sebelumnya tak bermakna kini berubah.Bahasanya perlahan menjadi lebih… manusiawi.Seolah menyesuaikan diri.“Dewi… Dewi Rahma

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 102 — “Yang Kembali Bukan Lagi Yang Sama”

    “Ketika cahaya padam, yang tersisa bukan gelap… melainkan kebenaran yang tak pernah diizinkan muncul.” “DEWI!!” Teriakan Damar menggetarkan lorong NURANI ketika satu tubuh terjatuh dari pusaran cahaya hitam di langit atap yang sudah retak. Logam meledak, kabel terputus, percikan listrik berlari seperti ular api. Arka merayap—masih pincang—dan membantu menggeser reruntuhan. Tubuh itu tergeletak, rambut acak-acakan, pakaian setengah hangus oleh energi yang terlihat seperti bukan milik dunia ini. Rin menutup mulutnya. “Itu… itu Dewi… tapi kenapa wajahnya—” Damar mengamati lebih dekat. Detak jantungnya membeku Kelopak mata Dewi bergetar, lalu terbuka perlahan. Rin terengah. “Astaga… iris matanya berubah.” Iris itu bukan hijau seperti biasanya. Bukan cokelat. Melainkan dua lapisan, seakan-akan ada dua jiwa yang berebut tempat. Lapisan pertama: lembut, familiar—Dewi. Lapisan kedua: hitam pekat, berputar seperti pusaran mini—entitas yang bukan manusia. Arka menelan ludah. “

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 101 — “Sosok Tanpa Bayangan”

    “Terkadang, bahaya terbesar bukan yang mengejarmu…tetapi yang berdiri tepat di belakangmu saat kau memilih.”Dewi membeku.Tangan dingin itu menggenggam pergelangannya—kokoh, tenang, dan terasa… nyata. Bukan seperti ilusi cahaya di ruang lingkaran. Semua suara cahaya, semua kesadaran digital, bahkan gema ayahnya—mendadak redup. Seolah sosok yang memegangnya memiliki otoritas lebih tinggi di ruang ini.Dewi berbalik perlahan.Dan nafasnya hampir patah.Seorang pria berdiri di sana. Tinggi, berwajah teduh namun misterius, tubuhnya memantulkan cahaya seolah ia bukan manusia… tapi bukan pula entitas data. Matanya hitam pekat, tanpa bayangan, seakan menelan seluruh cahaya ruang itu.Kesadaran Ayah Dewi bereaksi pertama kali.“Kau… tidak seharusnya ada di sini.”Suara Rizal retak, terdistorsi seolah ruangan menolak kehadiran pria itu.Sosok itu tidak menoleh.Ia hanya menatap Dewi.“Jika kau memilih salah satu dari tiga takdir itu… dunia akan hancur lebih cepat dari yang mereka rancang.”D

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 100 — “Lingkaran yang Membelah Takdir”

    “Setiap badai punya pusat.Dan di pusat itulah… kebenaran berhenti bersembunyi.”Cahaya hijau keemasan memeluk tubuh Dewi seperti kabut hidup saat ia melangkah ke dalam lingkaran itu. Angin berhenti. Waktu seolah terbelah. Di luar, markas NURANI seperti dunia yang terjebak dalam jeda, membeku antara teriakan dan kepanikan.Namun di dalam lingkaran itu, Dewi merasa seperti memasuki ruang yang tak tunduk pada hukum bumi.Hanya ada bisikan.Hanya ada gema masa depan.Dan suara yang sama—suara yang memanggilnya sejak badai pecah.Dewi membuka mata. Ia berdiri di sebuah ruang lingkaran luas yang tampak seperti perpustakaan hampa dengan dinding berisi aliran cahaya data. Ribuan angka berlari di udara, seolah GENESIS, BLACK LOTUS, dan seluruh jaringan bumi diperas menjadi titik tunggal informasi.Namun yang paling mencolok adalah tiga lingkaran cahaya di depannya—masing-masing menampilkan kemungkinan masa depan:🔸 Masa depan pertama:Bumi stabil, lautan tenang, Indonesia menjadi pusat energ

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 99 — “Badai yang Memanggil Nama Dewi”

    “Badai tidak tercipta untuk menghancurkan. Kadang… ia datang untuk memanggil seseorang.”Suara itu datang entah dari mana—entah dari Qadr, entah dari ingatan ayahnya, atau dari bumi yang kini bergetar tepat di bawah kaki mereka. Tapi Dewi merasakannya seperti bisikan yang menyentuh tulang belakangnya.Markas NURANI bergetar keras.Lampu-lampu berkedip, alarm melolong, dan layar utama menunjukkan spiral badai raksasa yang sedang turun dari langit seperti makhluk hidup yang marah.Rin menatap angka-angka tekanan udara yang anjlok.“Ini bukan badai biasa! Tekanannya… gila, Dewi! Ini badai kategori yang bahkan belum pernah dicatat NOAA!”Arka berdiri tak stabil, memegangi layar agar tidak jatuh.“Tidak ada model cuaca yang bisa menjelaskan ini!”Damar menarik Dewi ke belakang meja besi, matanya tegang penuh proteksi.“Dewi, katakan apa yang kau lihat. Jangan tahan lagi.”Dewi menatap langit yang retak melalui kaca markas.Retakan halus itu seperti mengintip dunia ke dunia lain—ke masa dep

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   BAB 98 — “Pesan dari Masa Depan Bumi”

    “Kalau seorang anak autis dari Swedia saja bisa mengguncang dunia… kenapa kita tidak?”Kalimat itu muncul begitu saja di benak Dewi ketika hologram terakhir padam.Ruang markas hening, tapi di dalam kepala Dewi, suara-suara bumi masih bergema:suara angin puting beliung yang memotong kota, suara banjir bandang menerjang Padang, suara Sumatra retak perlahan dari selatan ke utara.Damar menatapnya gelisah.“Dewi, kau pucat. Apa lagi yang kau lihat?”Dewi menarik napas berat.“Aku melihat sesuatu yang… jauh lebih besar dari kita.”Rin mendekat, membawa grafik cuaca yang naik seperti jantung planet yang sedang panik.“Ini… ini bukan cuaca normal lagi, Dewi. Ini chaos.”Arka menimpali, “Seperti dunia sedang diaduk dari bawah. Suhu laut naik mendadak. Arah angin berbalik. Dan tekanan udara—ya Tuhan…”Ia menatap Dewi.“Ini bukan kebetulan. Ada pola yang sama dengan keruntuhan penyangga bumi.”Dewi memejamkan mata.Dalam sekejap—ia melihat hutan Papua dipreteli seperti kulit buah.Gunung Moro

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status