Share

Bab 6

Penulis: Dhe Pinto
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-17 16:04:54

Pagi itu tubuh Lare Angon terasa lesu. Ia hampir tak tidur semalaman. Meski penjagaan telah diperketat, tetap saja sulit baginya untuk memejamkan mata. Sempat telelap sebentur menjelang pagi. Namun terbangun tak lama kemudian.

Lare Angon membasuh wajahnya untuk menyegarkan diri. Lalu berjalan menuju ke pawon untuk mencari pengganjal perut.

Hik!

Langkah Lare Angon terhenti. Ada isak tersamar. Ia menelengkan kepala memastikan sumber suara. Lalu menempelkan telinganya ke dinding sentong yang menyatu dengan rumah utama. Terpisah dari pawon dan gadri atau gudang.

Lare Angon memberanikan diri mengintip melalui jendela. Benar dugaannya, ia melihat gadis kecil sebaya dengan dirinya sedang menangis.

Kemala, putri tunggal Juragan Prana. Sikapnya sering membuat Lare Angon bingung. Saat hanya berdua akan terlihat akrab dan hangat. Bahkan kadang gadis itu sendiri yang mengirim makan siang untuknya saat ngangon. Namun ketika di depan orang lain sikap gadis cantik tersebut tampak angkuh dan acuh tak acuh padanya.

"Ssshh!!" Lare Angon memberi isyarat.

Kemala menoleh dan buru-buru mengelap air matanya dengan punggung tangan.

"Kenapa Kemala menangis?" Tanya Lare Angon lirih.

Biasanya Kang Sukra dan yang lain tak suka jika melihatnya berbincang terlalu akrab dengan Kemala. Mereka akan selalu berkata agar ia tahu diri. Harus menjaga jarak dengan majikan.

"Kalungku hilang. Sepertinya jatuh saat pulang dari kunjungan ke rumah Ki Demang. Ibu pasti akan sangat marah kalau tahu aku menjatuhkannya." Jawab Kemala.

Dada Lare Angon berdesir. Entah kenapa ia merasa tak suka mendengar Kemala datang ke rumah Sewaka.

"Bopo yang mengajakku. Sepertinya mereka ada urusan dagang." Melihat perubahan wajah Lare Angon, Kemala menjelaskan tanpa diminta.

"Oh tentu saja!" Lare Angon buru-buru mengangguk dengan wajah menghangat. Malu karena Kemala bisa menebak pikirannya.

"Aku akan membantumu mencoba mencarinya. Aku bisa menyusuri jalan yang kalian lalui. Semoga saja belum ada orang lain yang menemukannya." Lare Angon berlari tanpa menunggu tanggapan Kemala. Ia bahkan lupa pada niat awalnya untuk mengisi perut.

Kemala tersenyum. Air matanya mengering. Semangat Lare Angon membuat harapannya tumbuh.

"Kang Sukra, aku keluar sebentar! Ada yang harus aku cari!" Lare Angon berteriak saat melewati kandang kuda.

Sukra melengak. Hendak berteriak mencegah. Tetapi Lare Angon berlari begitu cepat.

"Dasar bocah nakal! Awas saja kalau kau hilang lagi, aku tak akan mau mencarimu!" Sukra hanya bisa menggerendeng sambil melanjutkan mengeruk kotoran kuda di lantai kandang.

Sementara itu Lare Angon mulai menekuri jalan yang ia lalui. Dari rumah Juragan Prana ke tempat Ki Demang cukup jauh untuk ditempuh berjalan kaki. Sebenarnya ia tak yakin jika kalung Kemala belum ada yang menemukan karena meski bukan jalan utama, tetapi lumayan sering dilalui orang-orang.

Namun Lare Angon merasa harus melakukan sesuatu demi Kemala. Seandainya sudah diambil orang lain, setidaknya ia berharap orang itu mau mengembalikan padanya.

Beberapa kali Lare Angon bertemu dengan penduduk desa. Mereka semua tentu saja mengenalnya. Namun Lare Angon hanya menjawab setiap sapaan dengan sekedarnya. Perhatiannya terpusat pada setiap jengkal tanah yang ia lewati.

Keringat sudah membasahi punggung dan dahi Lare Angon. Satu tikungan lagi, maka rumah Ki Demang akan mulai terlihat. Bocah itu mulai putus asa.

Satu kerlip pantulan cahaya membuat semangatnya bangkit seketika. Ia mengusap mata memastikan tak salah lihat. Berjongkok dan tak sadar berseru senang.

Kalung itu tergeletak di bawah rumput tebal. Agak jauh di pinggir jalan. Tampaknya terlempar dari atas kereta kala pengaitnya terlepas. Rumput membuat keberadaan kalung tersamar. Kemungkinan kecil ditemukan kecuali oleh orang yang memang sungguh-sungguh mencarinya.

Lare Angon berdiri sambil tersenyum puas. Kemala pasti sangat senang.

"Hei Lare Angon! Apa yang kau lakukan di sini?"

Suara yang tak asing menegur tiba-tiba. Kaki Lare Angon yang sudah terangkat kembali turun. Ia berbalik. Menemukan Sewaka menatapnya penasaran.

"Tidak apa-apa Sewaka! Aku hanya kebetulan lewat! Ini juga sudah mau pulang!" Jawab Lare Angon sambil buru-buru menyimpan kalung Kemala ke balik bajunya.

Sayangnya Sewaka masih sempat melihat gerakannya. Putra Demang itu semakin penasaran.

"Jangkrik! Kau berani memanggil namaku saja?" Seru Sewaka tak terima. Bahkan orang-orang dewasa saja selalu memanggilnya dengan sebutan Denmas.

Lare Angon menyesal karena tidak menjaga mulutnya. Rasa kesal karena sering diganggu membuatnya engggan menyebut Sewaka dengan gelar kehormatan. Tetapi hal itu kini membuatnya kesulitan. Sewaka tak akan melepasnya dengan mudah.

"Apa yang kau sembunyikan? Tunjukkan padaku!" Kata Sewaka sambil berjalan mendekat.

Lare Angon menelan ludah. Saat ini suasana sepi. Orang-orang sedang sibuk bekerja. Tak banyak yang berkeliaran di jalan.

"Aku penasaran sebenarnya apa yang kau simpan sampai prajurit kerajaan datang mencarimu!" Ucapan Sewaka berikutnya membuat Lare Angon mendongak keheranan.

"Prajurit kerajaan?" Lare Angon tak sadar bertanya.

"Kakang Citraguna. Orang yang datang ke tempatmu bersamaku!" Terang Sewaka.

Deg!

Jantung Lare Angon sesaat berhenti berdetak. Ia ingat jika orang itu bertanya tentang hutan Larangan. Seketika pikirannya melayang pada tabung hitam yang ia sembunyikan di sela atap pakiwan. Ia masih belum sempat melihat isinya.

"Aku rasa tidak ada hubungannya denganku! Aku hanya mencari kalung Kemala yang terjatuh!" Lare Angon terpaksa berterus terang. Tak mau Sewaka mendesaknya lebih jauh tentang Hutan Larangan.

Lare Angon menunjukkan kalung Kemala yang baru saja ia temukan. Terkejut ketika Sewaka merebutnya begitu saja.

"Apa yang kau lakukan? Aku sudah berjanji untuk menemukan dan mengembalikannya pada Kemana. Ia terus menangis karenanya." Lare Angon mencoba mendapatkan kembali kalung itu.

Sewaka meloncat menjauh. Tangan Lare Angon menggapai angin.

"Aku yang akan mengembalikannya pada Kemala!" Ucap Sewaka tersenyum licik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lare Angon : Pendekar Gembala Sakti   Bab 9

    Malam itu Lare Angon tak bisa memejamkan mata barang sekejap. Meski Juragan Prana menambah jumlah pengawal setelah tahu kejadian tadi siang. Tak membuat bocah itu tenang.Ia ingat perkataan Citraguna jika akan ada semakin banyak orang yang datang mencarinya. Hari ini ia beruntung ada Citraguna yang membelanya.Citraguna memang bertanya lagi. Tetapi tak memaksa Lare Angon yang masih bersikukuh dengan cerita diculik lampor. Namun jelas sorot matanya menyiratkan ketidak percayaan. Lare Angon sendiri curiga jika maling malam itu adalah Citraguna sendiri yang tengah berusaha menyelidiki dirinya. Ia bahkan menduga lelaki itu sekarang sedang mengawasi rumah ini dari luar.Lare Angon telah mengambil tabung hitam tersebut dari atap pakiwan. Sekarang ia tak akan meninggalkan benda itu di mana pun. Lebih aman untuk terus membawanya.Rasa penasarannya semakin tinggi. Ia yakin orang-orang yang datang memang mencari isi tabung tersebut. Di sisi lain Lare Angon juga menjadi ta

  • Lare Angon : Pendekar Gembala Sakti   Bab 8

    Wongso bergerak mendekati Lare Angon. Sukra sontak maju untuk menghadang. Melindungi Lare Angon di belakangnya. "Aku tidak tahu apa kesalahan bocah ini. Tetapi, kalian tak bisa begitu saja membawanya. Ia hanya seorang anak kecil!" Wongso menatap tajam Sukra yang kebetulan tengah memegang sebuah sabit."Aku tidak peduli apa yang telah dia lakukan. Benar atau pun salah. Ada seseorang yang sudah membayarku untuk membawa bocah itu padanya. Jadi aku tak akan kembali dengan tangan kosong!" Jawab Wongso.Saat itu Mbok Sumi muncul dari samping. Memeluk Kemala dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Mengintip melalui jendela. Sementara Karti menyelinap pergi untuk meminta bantuan setelah melihat gelagat tak baik dari Wongso dan kawan-kawannya."Lare Angon, katakan kalau kau tak membuat seseorang marah dengan sengaja!" Kata Sukra."Tidak, Kakang. Aku bahkan tak mengenal orang itu!" Lare Angon menjawab cemas.Sringg!!Wongso mencabut pedangnya yang tampak tajam berkilat. Sukra tak sadar melangka

  • Lare Angon : Pendekar Gembala Sakti   Bab 7

    Rahang Lare Angon mengeras. Kali ini ia tak bisa membiarkan Sewaka merampas hasil kerja kerasnya. Sayangnya Lare Angon tak memegang pecut andalannya.Lare Angon meloncat untuk menyambar kalung. Sewaka berhasil menjauhkan tangannya ke samping. Namun ia gagal untuk menghindar. Keduanya terjatuh bersamaan.Sewaka terkejut. Tak mengira jika Lare Angon yang selama ini terlihat begitu penakut mendadak nekad melawannya. Merasa tubuhnya lebih besar, Sewaka berusaha mendorong Lare Angon dari atas tubuhnya. Namun ternyata meski bertubuh kecil, bocah itu sangat ulet. Ototnya juga terlatih untuk bekerja keras. Keras dan kencang.Sewaka kini baru menyesal karena tak pernah bersungguh-sungguh berlatih kanuragan. Mungkin karena merasa tak butuh. Semua orang toh sudah segan padanya. Tepatnya segan pada ayahnya."Berikan kalung itu!" Teriak Lare Angon.Wajah Sewaka memerah. Satu lengan Lare Angon menekan leher. Membuatnya mulai kehabisan napas.Sewaka menghentakkan lututnya menekan perut Lare Angon.

  • Lare Angon : Pendekar Gembala Sakti   Bab 6

    Pagi itu tubuh Lare Angon terasa lesu. Ia hampir tak tidur semalaman. Meski penjagaan telah diperketat, tetap saja sulit baginya untuk memejamkan mata. Sempat telelap sebentur menjelang pagi. Namun terbangun tak lama kemudian.Lare Angon membasuh wajahnya untuk menyegarkan diri. Lalu berjalan menuju ke pawon untuk mencari pengganjal perut. Hik!Langkah Lare Angon terhenti. Ada isak tersamar. Ia menelengkan kepala memastikan sumber suara. Lalu menempelkan telinganya ke dinding sentong yang menyatu dengan rumah utama. Terpisah dari pawon dan gadri atau gudang.Lare Angon memberanikan diri mengintip melalui jendela. Benar dugaannya, ia melihat gadis kecil sebaya dengan dirinya sedang menangis.Kemala, putri tunggal Juragan Prana. Sikapnya sering membuat Lare Angon bingung. Saat hanya berdua akan terlihat akrab dan hangat. Bahkan kadang gadis itu sendiri yang mengirim makan siang untuknya saat ngangon. Namun ketika di depan orang lain sikap gadis cantik tersebut tampak angkuh dan acuh ta

  • Lare Angon : Pendekar Gembala Sakti   Bab 5

    Lare Angon ingin menampar mulutnya sendiri. Ia sudah salah bicara. Harusnya ia tak perlu menyinggung tentang anjing hutan itu."Kang Sukra tahu jika aku pintar menggunakan cambuk bukan? Selama ini hewan-hewan buas tak berani mendekat karena ledakan cambukku. Jadi aku berhasil menggunakannya untuk mengusir anjing-anjing itu." Kata Lare Angon. Ia tak sepenuhnya berbohong. Meski bagian bagaimana anjing-anjing hutan itu pergi tak seperti yang sebenarnya. Ia bahkan masih tak tahu apa yang membuat kawanan ajag itu ketakutan."Hmmm... sepertinya Yang Maha Kuasa masih menyayangimu!" Kata Sukra.Saat itu seekor kuda terdengar meringkik. Membuat Lare Angon merasa lega karena perhatian Sukra teralihkan. Lare Angon menjalani sisa hari itu dengan hati gelisah. Ia menjadi penasaran pada isi tabung itu. Terlebih karena lelaki yang baru datang tadi tidak mengatakan tentang sebuah tabung, tetapi menyebut gulungan lontar.Tak ada lagi yang terjadi hingga hari menjelang malam dan Lare Angon memasuki bi

  • Lare Angon : Pendekar Gembala Sakti   Bab 4

    Lare Angon menggeliat. Sesuatu yang hangat menerpa wajahnya. Ia mengerjap dan seketika bangun dengan wajah panik."Oh tidak! Aku bangun kesiangan!" Serunya sambil meloncat berdiri.Ternyata matahari sudah bersinar terang. Kang Sukra sudah tak ada lagi di tikar yang menjadi alas mereka tidur. Biasanya lelaki itu akan membangunkannya di pagi buta.Lare Angon melangkah keluar dengan rasa bersalah. Semalam sangat melelahkan. Membuat tidurnya terlalu lelap dan tak terbangun di waktu yang seharusnya.Lare Angon menuju pakiwan. Membersihkan diri, lalu menyambar cambuk yang tergantung di pohon sawo. Ia memilih tidak sarapan. Sudah terlalu siang untuk berangkat 'ngangon'."Mau kemana kamu?" Sebuah teguran membuat langkahnya terhenti.Yu Karti yang tengah memegang sapu lidi menatapnya heran."Tentu saja menggembala, Yu! Aku sudah kesiangan!" Jawab Lare Angon."Apa yang mau kamu angon? Juragan sudah menyuruh orang untuk menggembala kerbau-kerbau itu. Lebih baik kamu makan dulu lalu temui Sukra y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status