Share

Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)
Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir)
Penulis: Hendry Octa

Mahapatih Ditya Pancatyana

                       Prajatista(Pragjyotisha)

                              Tahun  400 SM

                    Prajatista dan Surateleng adalah  gambaran suatu negara yang makmur nan subur. Tapi bukan hanya berpenghuni manusia. tapi juga bangsa Raksasa ,walaupun dipimpin oleh dua orang setengah asura bernama Prabu BomaBomantara dan Prabu Narakasura  .Putra dari Prabu Basudewa dan Dewi Mahendra.  menurut kabar adik angkat Sri Khrisna dan Raden Kakrasana(Baladewa). Tapi kesuburan negara itu berubah menjadi gersang. Ketika Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura sang adik mempunyai sifat serakah.                                                                                                                             Tidak hanya suka berperang mengalahkan semua kerajaan mereka berdua mempunyai kesenangan yang sama yaitu suka main perempuan. di dalam kerajaan mereka sangat banyak sekali para  selir wanita cantik. Yang sesungguhnya adalah putri Raja -raja yang mereka bunuh. Tapi meskipun begitu mereka masih tidak pernah merasa puas sebelum dapat memperbanyak selir dan istri  dari para bidadari kayangan.

                 Salah satu Senopati Prajatista Patih Ditya Pancatyana tidak tega melihat penderitaan  rakyat kedua negara itu. Dia juga  tidak menyukai ulah dan perilaku Sang Raja Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara yang memeras keringat rakyatnya guna kepentingan pribadi semata.Maka secara diam-diam Dia berusaha membelot sendiri menuju Kerajaan Dwarawati guna melaporkan semua tindak -tanduk kedua adik angkat Narendra Sri Khrisna itu kepada sang kakak.Dan cerita itu berawal dari sini.

                    Pelarian sang Patih akhirnya tercium oleh teliksandi kerajaan dan dilaporkan pada Prabu Bomabomantara. Mendengar Sang Patih membelot maka Prabu Bomabomantara memerintahkan seluruh prajurit Prajatista untuk menangkapnya Hidup atau Mati.

Suara kaki berdedum seperti gempa tampak sesosok makhluk Tinggi Besar berukuran 6 kali lipat manusia dewasa  berlari dan kadang melompat dengan sangat tinggi. Dialah Pancatyana menggunakan segala ajian meringankan tubuhnya guna menghindar dari kejaran Puluhan Pasukan Pemanah Prajatista. yang berada tidak jauh dibelakangnya. hujaman puluhan panah Raksasa yang sebesar dua kali lipat tombak senjata manusia melesat bertubi -tubi kadang dia bisa menghindarinya tapi juga tak sedikit yang menghujam punggungnya.

Tanpa menghiraukan Rasa sakit ditubuhnya dia tetap berlari  Hingga sampai akhirnya dia melihat perbatasan Dwarawati yang berupa sungai besar dan berpangkal curam yang bernama Air Terjun Grojogan sewu tanpa pikir panjang Pancatyana melompat kearah air terjun yang juga wilayah dwarawati itu dan

"BOOOOMMM......!!!"terdengar suara seperti ledakan dari bawah air terjun tersebut. Seketika itu pula pengejaran oleh pasukan Prajatista berhenti Meskipun Mereka dari Bangsa raksasa tapi mereka akan berpikir dua kali untuk terjun bebas kearah bawah sana. .

"Apakah dia masih hidup?"gumam salah satu Prajurit

"Mustahil meskipun tubuh kita besar belum tentu juga kita bisa sampai dibawah dengan selamat. lagi pula ini  sudah memasuki wilayah  Dwarawati milik Narendra Khrisna"ungkap lainnya

"Sekarang apa yang akan Kita lakukan?"

"Kalaupun Kita kembali toh kita juga jadi korban kalian sendiri tau bagaimana bengisnya Raja kita"

"Mau tidak mau yang penting anak dan istri kita selamat, ayo semua   daripada Kita mati dicap sebagai pemberontak...!!!"ungkap salah satu pemimpin pasukan diantara mereka.langsung ikut menyusul Senopati Pancatyana melompat. .."Ayo mana semangat kalian"

"AAAYYYOOO...!!!!"Teriak mereka bersamaan.

             Akhirnya Mereka semua terjun menuju kebawah air terjun.dan terdengar suara seperti ledakan bertubi -tubi dibawah sana. .......

                Kaputren Dwarawati sebuah taman bunga nan indah dengan air mancur buatan yang menawan. Disertai pohon -pohon yang rindang. Tampak di sebuah pendopo guna tempat berteduh jika hujan turun dan teriknya matahari sangat sedap jika dipandang oleh mata.

                    Beberapa dayang -2 istana mengisi kepenatan mereka dengan bersenda gurau. Ada diantara Mereka yang bermain congklak,petak umpet sambil tertawa riang penuh kegembiraan.Tampak di dalam pendopo kaputren 4 orang Wanita berumur setengah baya sedang berbincang -bincang. Tapi keanggunan dan kecantikan mereka masih tetap terlihat meskipun kadangkala disertai sedikit guyonan nakal.Tiga diantaranya bernama Dewi Rukmini,Dewi Satyaboma dan Dewi Jembawanwati adalah istri Raja dwarawati dan satunya Dewi sembadra (Rara Ireng)yang juga istri dari Raden Janaka adalah adik bungsu sang raja. Yang melepas rasa kangen dengan ketiga kakak iparnya.

               Tapi seketika suasana riang itu terhenti ketika beberapa dayang berteriak ketakutan dan berlarian menuju pendopo kaputren

"Ada apa Biyung?"kata Dewi Rukmini

"Mohon ma'af kanjeng permaisuri ketika kami sedang bermain tadi tiba ada darah segar menetes dan ada Raksasa berkulit kemerah -merahan bermata agak sipit dan taringnya mencuat keatas dan kebawah Gusti...HHhiiii...ngerii...!!melihatnya..."gumam Dayang berumur tua yang dipanggil Biyung itu sambil bergidik.

"Biar aku melihatnya,Biarkan Aku kesana..." Sang Dewi Rukmini

"Jangan Gusti Kanjeng Permaisuri, Saya saja takut...!, lebih baik menunggu Kanjeng Narendra saja"

"Aku ikut Kakang mbok saja"jawab Dewi Satyabama dan Dewi Jembawanwati hampir bersamaan.

"Aku juga ikut"Dewi sembadra menimpali juga

"Ayo Biyung..., Tunjukkan saja dari arah mana kamu melihat Raksasa itu?".

"Jangan Kanjeng Permaisuri, Liat aduh jarik Saya basah ini..."Kata Sang Biyung sambil mengusap -usap pakaian bawahnya. 

"Loh memang tadi jarikmu baru dicuci trus dipakai, Memangnya tidak dijemur..?"

"Endak Kanjeng Permaisuri Saya ketakutan terus ngompiiooll..."jawab si Biyung sambil cengengesan. sontak membuat semua yang ada di situ tertawa cekikikan. 

Dewi Rukmini pun tersenyum

"Yah sudah nanti aja dibahas ompolnya, Biyung..., Sekarang tunjukkan dari arah mana Biyung liat Raksasa itu?"

"Tapi saya takut kesana Kanjeng Permaisuri"

"Ya sudah Kita yang kesana tanpa Biyung...."tukas Dewi Sembadra

"Itu Kanjeng didekat pohon beringin tempat biasanya para Abdi yang muda -mudi main petak umpet... "kata Sang Biyung sambil menunjuk ke suatu tempat. Lalu keempat Permaisuri itu beranjak ketempat yang dituju.

            Mereka melihat tangan yang sangat besar bercucuran darah segar. Hampir saja Dewi Satyabama dan Dewi Jembawanwati Kedua istri Narendra Dwarawati itu berteriak. Tapi dengan sigap Dewi Rukmini menutup mulut mereka.

"Apakah itu Kau Ngger, Adi Pancatyana?"seru Dewi Rukmini.

"Ngger...!? "Dewi Rukmini berseru lagi.

"Ngger Kau sudah besar, masa Kau tidak bisa membedakan Suara Kakang Mbokmu ini...!!"

                 Lalu  dari belakang pohon yang dimaksud itu muncul sosok Raksasa yang dimaksud. Tubuh Aditya Pancatyana yang penuh dengan luka menganga. Di dada  dan dipunggungnya banyak tertancap anak panah.

"Apa yang terjadi padamu Ngger...?!"tanpa sadar air mata Dewi Rukmini menetes.

"Kaka..ng EEmmbbokk ma'afkan Aku...!!!"ungkap Aditya Pancatyana dengan suara parau sembari bersujud dihadapan Dewi Rukmini.

            Sang Dewi yang juga Sang Permaisuri Utama, Mengusap pipi Sang Raksasa yang sudah dianggap seperti adiknya ini.Lalu tiba-tiba tubuh Aditya Pancatyana goyah dan "Boooommm......!!"ambruk dan pingsan. Seketika itu juga keadaan menjadi panik. Semua yang berada disitu terlihat berlalu-lalang. Kecuali Dewi Rukmini, Dia tetap mengelus -elus kepala Aditya  Pancatyana seperti mengelus -elus kepala sang adik. lalu diikuti oleh Dewi Satyaboma,dewi Jembawanwati berikut Dewi Sembadra mereka berempat memeluk tubuh Aditya Pancatyana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status