“Ini adalah daftar terduga mata-mata di negeri kita.” Adler menyerahkan sebuah berkas kepada Herman. “Kamu bisa menyusupkan nama musuhmu di sini.”“Terima kasih Adler.” Balas Herman dan membukanya. “Semua musuhmu ada di sini.”“Supaya tidak ada oposisi.” Adler membalas. “Bukannya lebih nyaman ketika kita memerintah nanti bila tidak ada oposisi.”“Apakah kita perlu memasukkan mafia-mafia baru dari luar yang ingin masuk ke Kermenchik? Aku lebih suka kalau ada pesaing. Tapi pasti akan merepotkan bagimu bila mereka nanti bisa merebut pengaruh masyarakat.” Herman berkata. “Untungnya Maria sudah aku nikahi. Jadinya dia tidak bisa melakukan apa-apa dan pendukungnya nurut kepadaku.”“Bolehkah aku menyusupkan Ratha ke kepolisian daerah? Kurasa bagus bila dia memimpin beberapa polisi dalam membersihkan pesaing.” Tanya Herman.“Masukkan lewat jalur akademi. Jangan terlalu mencolok, perbuatan kita masih diintai oleh para jurnalis luar negeri. Bila mereka tahu dan mendapati apa rencana kita, negar
Terasa sebuah kecupan hangat di dahinya. Ratha terbangun dan melihat wajah gadis manis di atas tubuhnya. Dielusnya rambut panjang putih halus gadis itu dan dipeluknya. “Tidur lagi yuk.”Lavrinda terasa senang dan menuruti permintaan Ratha. “Eh bukan, aku minta untuk dibersihin telingaku.”Pria tersebut memakai kaos polosnya dan segera menuju lemari untuk mengambil peralatan pembersih telinga. Dinyalakannya pendingin ruangan dan bersiap duduk di tepian kasur. Ditepuknya pahanya dan memberi isyarat bagi Lavrinda untuk meletakkan kepalanya.“Sebelah kiri dahulu.” Ujar Ratha.Ketika Lavrinda hendak berbaring, dia melihat sebuah tonjolan di celana Ratha. “Mmmm apa itu di celanamu?”“Namanya juga pria di pagi hari.” jawab Ratha.Lavrinda membuka celana Ratha dan mengintip. “Bagaimana aku buat kecil dahulu?”“Eh?” Ratha terkejut ketika tangan Lavrinda menjamah kemaluannya.“Selamat makan.” Lavrinda kemudian menyantap hidangan kesukaannya itu.Ratha mengerang keenakan dan tidak menghentikan t
Agnes membuka matanya dan melirik ke arah jam dindingnya. Masih jam lima pagi pikirnya, hari ini dia juga libur akibat Ratha dan Lavrinda sedang berada di laboratorium. Dia masih mengingat kejadian kemarin di mana dia bermain bertiga bersama Lavrinda.“Aaaaah. Aku jadi malu sendiri ingat kejadian kemarin.” Agnes membenamkan kepalanya di dalam kasurnya. Kakinya menendang-nendang kasurnya dengan tak teratur hingga rekan satu kamarnya Mai keheranan.“Nomer 4? Kamu baik-baik saja?” tanya Mai.Mengetahui itu suara rekannya, Agnes memfokuskan dirinya kembali. “Iya! Aku hanya terbentur kasur.”Ponselnya bergetar sekali lagi, ada pesan dari nomer yang tidak ia kenal mengajak untuk bertemu. Agnes memilih untuk tidak menjawabnya dan segera pergi mandi. Karena hari ini hari liburnya dia ingin berjalan-jalan sendirian.Selesai mandi dan menyiapkan perbekalan untuk jalan-jalan sendirian. Diapun berpamitan kepada nomer 5 untuk pergi. Dikendarainya motornya menuju hutan taman kota. Di sana terdapat
Agnes menyudahi kilas balik masa lalunya. Dia kembali ke asrama dan mengambil persenjataannya. Diambilnya satu buah pistol dan rompi anti peluru. Dia tidak akan mengabarkan penemuan ini kepada Ratha maupun Lavrinda terlebih dahulu.“Mau ke mana Agnes?” sapa Maria. “Aku sedang membutuhkan pengawal.”“Mohon maaf Nona Maria, saya saat ini libur. Anda bisa minta pada Nomer 5 atau 6.” Jawab Agnes dengan sopan.“Tapi dari peralatan yang kamu bawa sepertinya tidak. Mau ke mana? Pergi secara ilegal atau menerima tugas rahasia?” tanya Maria. “Aku rasa Herman maupun, Lavrinda tidak akan senang begitu tahu kamu pergi sembarangan.”“Anda mengancam saya? Lagipula selama Nona Lavrinda dan Ratha tidak membutuhkan saya. Saya bebas mengambil tugas apapun.” Balas Agnes.“Aku mau ikut.” Pinta Maria.“Tidak boleh. Ini urusan saya pribadi. Atau Anda yang saya laporkan kepad
Agnes mengendarai sepeda motornya menuju area hutan, di depan terlihat ada plakat bertuliskan, “Sekolah Internasional Charles Mercys.” Suasana sejuk area hutan membuatnya bernostalgia kembali masa sekolahnya di sini dahulu.Berangkat sekolah bersama dengan Lavrinda sembari melihat dan menikmati pemandangan alam hutan ini. Kini dia tiba di gerbang awal sekolah yang sangat luas ini. Dulunya tempat ini berisi asrama, sekolah lengkap dari dasar hingga ke tingkat atas. Kini semuanya terbengkalai usai Herman memindahkan sekolah ini ke tempat lain.Agnes melihat rantai yang mengunci dan menyegel tempat ini sudah dipotong. Dia membuka gerbang utama dan memarkirkan motornya di dekat pos satpam. Dilepasnya helmnya dan memeriksa keadaan sekitar.Dia menemukan bahwa ada kamera pengawas yang berfungsi. Hal ini tidak ada sebelumnya, Agnes berpikir bisa saja kalau Herman memasangnya untuk mengawasi properti ini. Agnes menemukan juga kabel listrik yang mengaliri kamera-kamera pengawas ini.Diikutinya
Ratha membuka kedua matanya dan mendapati dia berada di dalam ruangan lab. Dirinya diikat ke kasur dan dalam keadaan telanjang. Terlihat sosok familiar di dekatnya menggunakan pakaian steril, “Selamat pagi Ratha.”“Lukamu sudah aku jahit.” Kata wanita itu lagi. “Lavrinda jahat sekali membiarkan lukamu begitu.”“Kamu Elaina kan? Sepertinya pengaruh dari obatku sudah hilang.” Kata Ratha. “Kenapa kamu kembali?”“Seharusnya kamu jangan konsumsi obat itu Ratha. Susah sekali membersihkannya di darahmu. Kamu selama ini berpura-pura di hadapan Herman dan Lavrinda? Hebat sekali.” Puji Elaina dan mengusap rambut Ratha.“Kamu aku ingat Agnes menembakmu. Lalu kilang minyak meledak. Bagaimana kamu bisa hidup?” tanya Ratha.“Kamu lupa dulu julukanku apa?” Elaina tertawa. “Tempat ini aman dari kejaran Lavrinda. Seluruh negara Kermenchik kini penuh siaga akibat aku menculikmu.”“Bunuh aku Elaina. Aku sudah tidak punya alasan untuk hidup lagi. Keponakanku dibunuh oleh Herman. Hidupku tersiksa dengan L
“Dasar perebut kekasih orang.” Umpat Elaina dan memeluk Ratha. “Aku sudah rindu bertahun-tahun lamanya. Ditangkap FBI dan terpaksa menjadi agen bagi mereka.”“Bukan begitu juga caranya. Kembalikan aku pada Lavrinda, lalu aku akan memohon kepada Herman dan Lavrinda untuk menjadikanmu mata-mata pro republik dan bertindak sebagai agen ganda.” Ratha terbangun dan mengusap punggung Elaina. “Kalau kamu meledakkan fasilitas ini dan kita berdua mati kita tidak akan bisa menghabiskan waktu bersama.”Elaina terkejut dan melirik ke arah Ratha. “Aku inginnya kabur bersamamu. Mari kita kabur, tinggal di negara dunia ketiga. Hidup tenang di sana hingga kita tua.” “Hidup kita tidak akan bisa tenang kalau sudah diburu Lavrinda.” Balas Ratha. “Aku senang tahu kalau kamu masih mencintaiku.”“Begitu juga dengan kamu. Apakah kamu masih mencintaiku?” tanya Elaina.“Pastinya.” Jawab pria itu. “Jika tidak di saat itu aku langsung menembakmu.”Elaina menatap mata Ratha dengan tajam. “Jadi apa rencanamu kelu
Pria remaja itu baru saja tertidur di bangku kelasnya. Gadis berambut putih yang duduk di sampingnya membangunkannya. Ratha membuka matanya dan melihat sang guru kini masuk ke dalam kelas.“Istirahat kedua nanti seperti biasa. Di taman sekolah ya.” Bisik Lavrinda padanya. “Kalau tidak bisa di ruang klub biasanya.Ratha menganggukkan kepalanya dan mengambil buku tulisnya. Dia mulai mendengar gurunya menjelaskan pelajaran dengan seksama. Meskipun modelnya tampak seperti siswa pemalas, Ratha dan Lavrinda dulu selalu menempati peringkat 1 dan 2 di kelas mereka.Dua jam pelajaran berlalu dan waktunya istirahat kedua pun tiba. Ratha keluar kelas dan memeriksa kondisi taman. Bila taman ramai, maka mereka akan bertemu di ruang klub. Elaina dan Agnes yang berada di kelas sebelah bertemu dengan Ratha.“Kamu mau makan siang ke mana?” tanya Elaina.“Aku sebenarnya ingin. Tapi Lavrinda memintaku untuk membantunya di ruang klub.” Jawab Ratha.“Ya sudah kalau begitu. Waktu pulang sebelum ke asrama n