Home / Fantasi / Leah dan Rahasia Sihir / BAB 1 - Penyihir Dihukum Mati

Share

Leah dan Rahasia Sihir
Leah dan Rahasia Sihir
Author: Kamila Rahma

BAB 1 - Penyihir Dihukum Mati

Author: Kamila Rahma
last update Huling Na-update: 2024-09-15 20:50:12

Wanita itu tersungkur lemah. Tubuhnya terhantam tanah kering bebatuan. Tangan dan kakinya terikat oleh seutas tali yang saling terhubung. Menarik paksa tubuhnya satu sama lain hingga menyentuh kulit yang membiru.

Seluruh tubuhnya bersimbah darah. Pakaiannya tercabik oleh pedang dan rasa takut. Isi kepalanya berantakan. Melihat dua sosok yang terus menatapnya dengan linangan air mata di ujung sana.

"Kau penyihir, kau tak pantas tinggal di dunia suci ini."

Pria berjubah itu begitu enteng memainkan pedang miliknya. Sementara wanita yang berada di kakinya, ia hanya mampu berteriak kesakitan saat pedang menghunus kedua tangannya.

"Sakit.. selamatkan aku.." ucapnya lirih.

Tatapan mata wanita itu terus tertuju ke arah air mancur yang terletak cukup jauh darinya. Orang-orang hanya akan mengira jika ia sangat kehausan dan berharap agar bisa menegak seluruh air di sana. Tetapi bukan itu yang ia pikirkan. Wanita itu menatap ke sosok yang berada di balik Air Mancur itu.

"Lalu apa yang harus kita lakukan padanya, Yang Mulia?" teriak salah satu warga yang turut menyaksikan eksekusi di tengah kota.

"Tak ada pilihan lagi. Musnahkan semua penyihir di dunia ini. Jangan ada yang tersisa" sahut temannya yang juga ikut berada di area itu.

Sontak seluruh rakyat di sana bersorak ramai penuh semangat, meningat bahwa kedamaian akan segera hadir di antara mereka. Tak memperdulikan wanita itu yang telah terbujur kaku.

Namun tidak untuk anak itu. Seluruh tubuhnya tak mampu melakukan apapun. Ia bahkan tak dapat mengucapkan satu kalimat pun. Bukan tak mau, namun tak bisa. Air matanya mengering usai menatap wanita yang sangat berharga di hidupnya tergelatak tak bernyawa.

"Hidup Yang Mulia Rashzan!"

"Musnahkan penyihir!"

"Penyihir harus mati!"

"Neraka bagi mu, wanita penyihir gila!"

Suara kemenangan saling bersaut. Para rakyat bersuka cita saat melihat wanita itu kehilangan kepalanya. Mereka enggan menutup mata hanya karena ingin menyaksikan eksekusi sore itu. Namun, mereka justru menutup mata hingga berpuluh tahun lamanya akan pertanda datangnya mara bahaya.

"Mengapa kau menahanku. Tidakkah kedua mata mu masih berguna dengan baik."

Anak itu masih terdiam di sana. Kedua matanya merah, tangannya mengepal, menahan amarah di dadanya. Sejak awal anak itu tidak sendirian. Seorang pria dewasa ada di sana, menahan bahu kecil yang ada dihadapannya.

"Kau tak bisa ke sana."

"Apa kau meremehkan kemampuan ku."

"Tentu saja bukan. Aku percaya pada kalian berdua."

"Lalu mengapa. Setidaknya biarkan dia menghampiri wanita itu untuk terakhir kalinya."

Pria itu melirik ke 'dia' yang dimaksud anak itu. Gadis kecil berambut pirang, terdiam di sebelahnya dengan boneka di tangan.

Tak ada kesedihan di wajahnya melainkan sebuah senyum dengan mata yang terus terpejam.

"Kalian tidak bisa ke sana. Tidak untuk sekarang."

Anak itu terdiam seakan mengerti maksud pria di belakangnya itu.

Ia menggenggam gadis itu semakin erat, lalu berkata "Kau harus berjanji satu hal padaku."

"Apa yang kau mau, putraku?" ucap pria itu dengan seringai tipis di wajahnya.

"Berjanjilah padaku kau tidak akan menahan kami untuk kedua kalinya, Luke."

Mendengar ucapan anak itu, kini seringai di wajahnya terlihat jelas. Aura menyeramkan menyeruak masuk hingga ke seluruh tubuh anak itu. Perasaan cemas menyelimuti jiwa anak itu. Namun ia tak menggubrisnya dan tetap percaya kepada pria yang bernama Luke.

"Ya. Percayalah padaku, aku akan memberikan segalanya untuk kalian."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 30 - Para Guardian

    Ketika para Raja sedang berdiskusi di ruangan mereka, sebuah diskusi kecil juga tengah terjadi di antara para Guardian. Mereka saling terhubung satu sama lain, sesuai dengan ikatan dan ingatan pemilik mereka. Seperti saat ini, meskipun tak ada Trisha di sisi mereka, namun para Guardian tetap mengkhawatirkan keadaannya dan mencari tahu keberadaannya. "Sudah pasti semua ini ulah Joanna" ucap Pegi memulai percakapan mereka. Hanya ada Pegi, Sierra dan Rvo di sana. Mereka tidak berbicara, kecuali melalui isi kepala dan berbagai gerakan tubuhnya. Salah satunya Rvo yang terus berjalan mondar-mandir dan mengepakkan sayapnya namun tidak terbang. "Joanna, siapa dia?" balas Sierra. "Ia adalah seorang penyihir yang tadi menyerang Raja Eiridis dan teman-teman Blair" balas Pegi. "Oh jadi dia pelakunya. Lain kali jika aku melihatnya akan aku hancurkan wajahnya" ucap Rvo sembari memperlihatkan taringnya yang tajam. "Tenanglah, Rvo. Sebaiknya kita fokus mencari tahu keberadaan Trisha dan menye

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 29 - Portal Sihir

    "Putra mahkota, apakah kami bebas memilihnya?" "Tentu saja Countess. Temukan kuda yang kau sukai."Lianne memang sangat mencintai kuda. Salah satu kegiatan yang paling ia sering lakukan adalah berkuda. Tentu saja berada di antara belasan kuda kerajaan membuatnya begitu senang. Ia langsung berlari mendekati kuda-kuda yang berjejer di kandangnya, mengabaikan Karzian dan Lilyana yang tertinggal di belakang."Semua kuda ini dulu milik Empress" ucap Karzian kepada Lilyana."Lantas belasan kuda itu sekarang siapa yang merawatnya?""Mereka adalah aset kerajaan dan menjadi tanggungjawab kami. Siapapun bangsawan yang ingin meminjamnya kami persilahkan."Empress mulai menyukai kuda semenjak sahabatnya, Eliza yang melatihnya."Kau tidak memilih kudamu sepertinya?" ujar Karzian seraya melirik Lianne."Haha, tidak perlu. Saya menerima kuda mana saja yang dipilih untuk saya, putra mahkota.""Aku kira kau juga sama menyukai kuda seperti Countess.""Sejak kecil hanya Lianne dan Eliza yang tertarik d

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 28 - Buku Hijau Empress

    Setelah melalui perjalanan panjang di tempat kumuh dan gelap, akhirnya Karzian bersama Duchess serta Countess, mereka telah berhasil menuju pintu rahasia yang menghubungkan langsung ke ruangan milik Empress. Sebuah ruangan bernuansa hijau yang dipenuhi oleh lemari buku menjulang tinggi. Karena lemari-lemari buku itulah, pintu rahasia yang tadi mereka lewati dapat tersembunyi dengan baik. "Akhirnya! aku terbebas dari bau busuk itu.." kata Lianne. Begitu masuk ke dalam ruangan Empress, Lianne cepat-cepat menghirup nafas lega untuk mengobati paru-parunya yang hampir terkontaminasi aroma busuk. "Putra mahkota, setelah ini kita tak perlu melewati gorong-gorong seperti barusan, bukan?" tanyanya. Karzian pun menoleh padanya. "Tenanglah Countess, tak ada lagi jalanan bau dan kotor seperti tadi." "Hah.. syukurlah" ucap Lianne lega. Countess segera membenamkan dirinya di salah satu sofa b

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 27 - Kedatangan Duke

    "Mengapa hanya kalian. Kemana Lilyana dan Lianne?" ujar Raja Eldof sesaat setelah menemui Duke dan Count.Ia mengira bahwa kedua putrinya telah tiba di istana dan tengah pergi ke suatu tempat. Awalnya raut wajah Raja Eldof nampak senang, seperti seorang ayah yang menunggu putrinya. Tetapi ekspresi senangnya pudar perlahan, tergantikan dengan kekecewaan saat melihat Duke yang justru membungkuk padanya."Rupanya aku salah paham ya?" Raja Eldof pun sadar. Lantas ia hanya terkekeh kecil, dengan bibir yang hanya terangkat di salah satu sisinya. "Tenanglah Yang Mulia. Lilyana dan Lianne baik-baik saja" ungkap Duke.Eiridis kemudian menepuk pelan bahu Eldof, bermaksud menguatkannya."Mereka ada di mana sekarang?" tanya Eiridis."Kenapa mereka tak ikut denganmu, Duke?" sahut Archmage turut menimpali."Lilyana dan Lianne saat ini tengah menjalankan tugas bersama putra mahkota Karzian, Yang Mulia. Putra Mahkota memecah

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 26 - Berkumpulnya para Raja

    "Pegi, bisakah kau memberitahu para Guardian tentang kejadian hari ini. Aku butuh bantuanmu untuk memanggil para Raja kemari." Raja Eiridis meminta bantuan Pegi untuk menggunakan kemampuan telepatinya. "Kau tak perlu memanggil Trisha, karena berada cukup jauh dari kita" sambungnya. Pegi kemudian memejamkan matanya untuk beberapa saat. Raja Eiridis menggunakan waktu tersebut untuk berbicara dengan Raja Eldof. "Eldof, terimakasih bantuanmu." Raja Eldof hanya mengangguk, kemudian ia berkata "Bagaimana dengan keadaanmu, Eiridis." "Aku sudah jauh lebih lebih baik. Ucapkan terimakasih pada Mage muda itu." Mage muda yang dimaksud adalah Skye. Ia telah menceritakan semuanya kepada Eldof saat dirinya dalam perawatan medis. "Akan aku sampaikan nanti." Mereka sempat terdiam sejenak, memastikan Pegi yang ter

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 25 - Rahasia Bersaudara

    "Kakak, apa kalian baik-baik saja" ucap Galen. Ia menunggangi Pegi bersama Abigail di depannya. Lalu setelah mereka turun, Abigail menyerahkan Pegi kepada Blair. "Terimakasih sudah membawa Pegi kemari." Abigail hanya mengangguk, tetapi wajahnya nampak letih. Mungkin membawa Pegi kemari bukanlah hal yang mudah untuk mereka, para manusia tanpa sihir. "Ayo kita selamatkan Leah" ujar Arez. Mereka berbondong-bondong menghampiri bibir tebing dan saling sahut memanggil nama Leah meski tak ada balasan. "Cepat kita harus turun." "Skye, biarkan aku saja yang turun bersama Pegi." Mereka pun mengangguk menyetujui keputusan Blair. Karena hanya Blair yang sudah cukup akrab dengan Pegi. "Berhati-hatilah, Blair." Blair segera menunggangi Pegi dan membisikannya sebuah kalimat.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status