Share

2 - Raja Xuan Tao Ming

Para prajurit yang berada di halaman istana begitu terkejut saat mendengar teriakan dari pria itu.

Wanita yang sejak tadi menangis dan meminta pengampunan putranya pun ikut terkejut bukan main. Dia syok berat saat suaminya begitu berani mengutuk Raja Xuan Tao Ming di depan semua orang.

Wanita itu baru akan menoleh ke arah suaminya saat sebuah lesatan membuat matanya terbelalak. Dalam waktu yang sangat cepat, suaminya sudah berdiri dengan leher yang dicengkeram kuat oleh seseorang.

Lambaian jubah emas dengan sulaman naga merah nampak berkibar dimainkan angin. Kehadiran sosok ini membuat siapa pun menunduk takut bila langsung menatapnya.

Wanita yang sejak tadi menangis itu tiba-tiba menahan suaranya. Dia tertunduk dengan tubuh yang gemetar. Napasnya sampai tercekat, dia tidak berani melihat sosok yang berdiri di hadapannya.

Khhak..!

Pria tua itu berusaha memberontak. Kedua tangannya secara spontan memegang tangan yang mencengkeram lehernya.

Napasnya tertahan di tenggorokan. Di balik buramnya air mata, dia melihat wajah pria yang selama ini terhalangi oleh tirai merah. Dia benar-benar bisa melihat sosok yang tidak lain adalah Raja Xuan Tao Ming.

"............ Ekspresi wajah yang bagus,"

!!

Suara bariton itu terdengar bagai tusukan ribuan belati. Apalagi tatapan tajam dari Raja Xuan Tao Ming membuat siapa pun lebih menginginkan kematian.

Semua orang tahu Raja Xuan Tao Ming. Beliau merupakan salah satu panglima dari Raja Datong Terdahulu. Hanya saja pengkhianatan yang dia lakukan telah membuat kekuasaan kini berada di bawah kendalinya.

Xuan Tao Ming dahulunya merupakan panglima kepercayaan Raja. Namun saat Kerajaan Datong diserang, Xuan Tao Ming justru memenggal kepala rajanya sendiri dan membuat alur pertempuran semakin memanas.

Buruknya, tidak hanya menggunakan kemampuannya dalam memakai pedang untuk mengambil alih kekuasaan. Xuan Tao Ming bahkan dibantu oleh seorang yang ahli ilmu sihir, di mana saat itu 'sihir' merupakan hal yang tabu di kerajaan Datong.

Setelah singgasana dikuasai, langit kerajaan Datong seakan menjadi gelap bagi sebagian masyarakat.

Benar. Di bawah kekuasaannya, Datong menjadi kerajaan yang memihak mereka yang kaya dan berasal dari kaum para bangsawan. Kententraman hidup didapatkan bagi mereka yang berasal dari keluarga menengah ke atas.

Sementara kesengsaraan di dapatkan dua kali lipat bagi mereka yang hanya berasal dari keluaga biasa-biasa saja. Bahkan pajak yang dibebankan untuk kalangan bawah jauh lebih besar.

Kepemimpinan Raja Xuan Tao Ming telah membuat banyak orang menjadi budak dan tidak ada yang bisa melawannnya. Siapa pun yang menentang, mereka akan mendapatkan kematian yang paling mengerikan.

Kkhaak..!

"Bagus sekali. Karena kau sudah berani menunjukkan lidahmu, kau pasti tahu bahwa kau tidak akan bisa hidup di tanganku."

Raja Xuan Tao Ming mencengkeram kuat leher pria di hadapannya dan seakan ingin membunuhnya sekarang juga. Tapi yang justru terjadi, cengkeraman tangan kanannya itu langsung dilonggarkan.

!!!

Pria tua itu tersungkur dengan wajah yang teramat pucat. Dia terbatuk dan berusaha untuk mengambil napas. Tapi belum sempat terjadi, tangannya tiba-tiba diinjak oleh Raja Xuan Tao Ming.

"Kau tahu bahwa kau tidak akan melihat matahari lagi, jadi sekarang kau menjadi bodoh dan menentangku."

Tatapan mata Raja Xuan Tao Ming terlihat amat menakutkan. Dia kembali berkata dengan suara yang dingin, "Aku akan mewujudkannya .... Kau ingin mati, kan? Maka akan kuberikan kematian itu padamu."

Raja Xuan Tao Ming berbalik dan kembali menaiki tangga menuju singgasananya berada. Tidak ada seorang pun yang mengangkat kepala mereka untuk melihat sosok Raja Xuan Tao Ming.

"Gantung pria ini tepat di tengah kota setelah kau memotong lidahnya. Gantung dia bersama putranya. Aku ingin mereka mati secara perlahan dan disaksikan oleh semua orang."

!!!

Wanita yang merupakan istri dari pria tersebut sangat terkejut. Dia ingin memohon, namun suaranya seakan sulit untuk dikeluarkan. Dia melihat suami dan putranya dibawa oleh para prajurit raja dengan diseret secara kasar.

*

*

Kabar tentang hukuman karena telah menyinggung Raja Xuan Tao Ming dengan cepat menyebar. Hampir semua masyarat di ibu kota datang ke alun-alun untuk menyaksikan orang yang berani menyinggung raja.

Salah satu yang terlihat adalah seorang anak perempuan dengan pakaian paling sederhana. Anak itu membawa sebuah keranjang anyaman yang berisi berbagai bunga liar. Bentuk tubuhnya agak gempal dan memang sering mendapat hinaan dari anak-anak lainnya.

Gadis kecil itu tanpa sadar mengigit bibirnya sendiri. Dia berusaha untuk menahan gemetar pada tubuhnya karena melihat kejadian di hadapannya yang begitu mengerikan.

Dua buah tiang besar di letakkan di alun-alun kota dan ada dua orang yang terikat di sana. Mereka adalah sosok ayah dan anak di mana keduanya berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan.

Anak laki-laki yang dilihatnya nampak berusia sekitar 10 Tahun, kondisinya setengah mati. Dia penuh luka dan kemungkinan hanya menunggu beberapa jam lagi di bawah terik matahari sampai dia kehilangan nyawa.

Sementara di sisi lain adalah seorang ayah yang mulutnya berdarah. Tidak bisa digambarkan betapa mengerikannya kondisi pria itu. Dia benar-benar sudah mengalami siksaan yang sama sekali tidak manusiawi.

Semua orang yang melihat keadaan dua orang itu menjadi gemetar. Ini memang bukan keadaan yang asing. Raja Xuan Tao Ming sering menghukum orang dengan cara sekejam ini, namun tetap saja tidak seorang pun yang merasa terbiasa karenanya.

Ada seorang wanita yang terduduk menangis di tanah. Dia tidak bisa mendekat dan hanya mampu menangisi suami serta putra tunggalnya.

Sungguh, kematian jauh lebih baik daripada membiarkan kedua orang yang dicintainya menderita seperti ini.

Gadis kecil itu memutuskan untuk pergi. Setiap langkah kakinya berat, apalagi saat dia mengingat betapa pilunya tangisan wanita tua tersebut. Dia pun berusaha mempercepat langkahnya dan kemudian berlari.

"Hei..! B*bi..! Apa yang kau lakukan dengan berlari seperti itu..!?"

"Hati-hati ada b*bi liar..! Ha ha ha,"

Masih ada saja anak yang berteriak dan menghina gadis kecil itu. Hanya saja, dia tidak memikirkannya dan terus berlari. Tujuannya adalah sebuah lorong kecil di pasar besar ibu kota kerajaan Datong.

!!

Gadis kecil itu tersandung dan jatuh saat seorang anak mengait kakinya. Dia jatuh dengan keras di tanah dan membuat lututnya terluka, gadis kecil itu meringis kesakitan.

"Dasar B*bi, untuk apa kau lari seperti itu?! Kau mau membuat tanah di tempat ini berguncang, hah?!" Wen Gao Mu berteriak dan menendang gadis bertubuh gempal yang masih tersungkur di tanah.

Dia dan ketiga temannya adalah anak-anak yang sering mengerjai gadis kecil bernama Xiao Lin tersebut. Mereka merupakan anak yang berasal dari keluarga kaya di ibu kota kerajaan.

"Bukankah harusnya kau sudah pergi meninggalkan kota ini, hah?! Kau sudah mengotori wilayahku!"

"Sialan, benar-benar memuakkan melihat wajahnya. Dia merusak pemandangan,"

Xiao Lin merintih dan berusaha untuk melindungi kepalanya karena tendangan dari anak laki-laki ini. Padahal dia sama sekali tidak pernah mengganggu mereka, namun kejadian semacam ini selalu saja terjadi.

Xiao Lin berusaha menekuk kakinya, dia harus melindungi perutnya dari setiap tendangan anak-anak ini. Jika dirinya bertahan sebentar lagi, Wen Gao Mu dan teman-temannya akan lelah sendiri. Mereka pasti melepaskannya.

"Dasar b*bi gendut--"

Sebuah jeruk seukuran kepalan tangan melayang dan langsung mengenai kepala Wen Gao Mu. Kejadian itu mengagetkan dan termasuk membuat emosi Wen Gao Mu meninggi.

"Siapa yang berani melakukan itu--"

"Aku,"

?!

Wen Gao Mu berbalik dan melihat sosok yang ternyata adalah Li Chen. Anak laki-laki berusia 14 Tahun itu nampak duduk di sebuah atap dan terlihat mengupas kulit jeruk.

Wen Gao Mu pun menggeram marah, "Anak miskin..! Sepertinya perlakuan kami padamu di hari itu belum juga membuatmu jera. Kau mencari masalah!"

Li Chen mendengus, "Aku memang berbaring selama seminggu untuk pengobatan. Tapi di hari itu juga kuputuskan untuk membalas hutangku pada kalian,"

"Phuuih, besar mulut. Kemarilah dan akan kuhajar kau lagi..!"

Li Chen melompat turun dan mendarat dengan sempurna. Dia pun tersenyum lebar, "Aku tidak sebodoh itu untuk menuruti ucapanmu. Bagaimana jika kau yang kemari dan tangkap aku--Ah! Benar. Kau tidak akan bisa. Kalian semua terlalu lamban,"

"Sialan, tangkap dia-"

"Tunggu," Wen Gao Mu menghentikan temannya yang ingin menerjang Li Chen. Tindakannya cukup mengejutkan.

"Apa kau pikir aku tidak tahu niatanmu?" Wen Gao Mu menyeringai dan kemudian menjambak rambut Xiao Lin hingga anak perempuan itu merintih kesakitan.

Li Chen tersentak, dia melihat wajah Xiao Lin yang kotor dan memiliki luka. Dirinya mengepalkan kedua tangan dan lantas menatap tajam ke arah Wen Gao Mu.

"Aku tahu kau datang kemari untuk menyelamatkannya. Kau pikir kami bodoh, huh?" Wen Gao Mu menarik keras rambut Xiao Lin dan kemudian menepuk pipi gendut anak perempuan itu.

"Lihat, teman-teman. Li Chen memang datang untuk si b*bi ini. Ayo lihat apa dia bisa selamat sekarang," Wen Gao Mu memberi isyarat dan membuat ketiga temannya mulai mengelilingi Li Chen.

"Chen Gege ..." Xiao Lin berusaha untuk melepaskan cengkeraman tangan Wen Gao Mu pada rambutnya. Entah kenapa di tempat ini tidak ada seorang pun yang berniat menolongnya, padahal ada cukup banyak orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.

Tentu saja ada yang melihat jenis penindasan semacam ini, tetapi orang-orang itu tidak mau terlibat. Sebagian bahkan menganggap itu hanyalah kenakalan anak-anak biasa yang tidak perlu dianggap serius.

Orang-orang ini membiarkan penindasan terjadi di depan mata mereka seolah itu bukan hal yang besar. Padahal, apa yang dianggap 'kejahatan kecil' bila tidak dihentikan----justru akan semakin membesar.

"..............." Li Chen memperhatikan tiga anak laki-laki yang mengelilinginya. Dia bersiap untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

!!

Satu orang langsung menyerang Li Chen dengan sebuah tendangan. Serangan itu spontan ditangkis, namun anak yang lain juga ikut menyerang.

Li Chen bertarung menghadapi tiga orang anak, hanya saja dibandingkan dengan membalas serangan mereka---dia lebih banyak berada dalam posisi bertahan.

Satu orang berhasil memberi tendangan yang mengenai punggung Li Chen hingga anak itu tersungkur di tanah. Teman Wen Gao Mu yang lain hendak menyerang Li Chen kembali, namun dengan cepat anak laki-laki itu berguling sehingga berhasil menghindar.

Li Chen segera bangun dan sekarang mulai lebih serius. Dia menargetkan satu orang anak, memakai buah-buahan di sekitarnya sebagai senjata dan membuat keributan. Beberapa pedagang terkejut dan bahkan berteriak karenanya.

"Apa yang kau lakukan, dasar anak nakal--mmph" seorang pria dewasa terkejut saat jeruk yang ditendang oleh Li Chen malah masuk ke mulutnya. Dia sampai terbelalak.

Li Chen tidak berhenti. Dia tersenyum dan mengambil buah-buahan lain dan lantas melemparkan ke berbagai arah, termasuk menendang beberapa ke tempat Wen Gao Mu berada.

!!

Kejadian itu membuat keributan tentunya dan Wen Gao Mu yang mendapat jenis serangan semacam ini tanpa sadar mulai melepaskan cengkeraman tangannya pada rambut Xiao Lin.

Memanfaatkan keadaan itu, Li Chen bergegas menarik tangan anak perempuan tersebut dan segera mengajaknya berlari. Wen Gao Mu yang sadar memerintahkan kepada teman-temannya untuk mengejar mereka.

"Chen Gege, lututku sakit." Xiao Lin merintih, "Aku tidak bisa lari ..."

"Kau harus lari lebih cepat, mereka akan mengejar kita."

"Tapi--" Xiao Lin tersentak saat ditarik dan dibawa masuk ke lorong kecil di pasar besar ini.

Li Chen menarik tumpukan balok kayu untuk menghalangi Wen Gao Mu dan teman-temannya. Dia pun terus berlari dan kemudian mengajak Xiao Lin untuk berbelok ke kiri.

"Chen Gege, aku benar-benar tidak bisa lagi. Kau tinggalkan saja aku..." Xiao Lin tidak bisa terus berlari, tubuhnya berisi sehingga larinya lamban. Dia hanya akan menjadi penghambat bagi Li Chen bila terus seperti ini.

"Jangan begitu. Ayo bertahanlah sebentar lagi,"

"Tidak bisa, aku .... Sudah sangat lelah,"

Li Chen berhenti dan melihat Xiao Lin yang tersengal-sengal sambil mulai duduk di tanah. Padahal, mereka harus segera pergi dari tempat ini.

Li Chen mengembuskan napas dan lalu menengadah. Dirinya lantas mulai mengulurkan tangan dan mengeluarkan suara bagai siulan burung besar. Xiao Lin yang mendengar itu pun tersentak.

"Chen Gege ...." Xiao Lin tahu isyarat dari nada siulan ini. Itu merupakan sesuatu yang diajarkan oleh guru mereka dan hanya Senior Tan Lang yang bisa melakukannya.

Xiao Lin tidak menyangka bahwa Li Chen pun sudah menguasai siulan untuk meminta bantuan tersebut. Sekarang mereka hanya harus mencari cara bertahan sebisa mungkin sampai bantuan datang.

******

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status