Home / Fantasi / Legenda Dewa Pedang / Pengkhianatan Sang Kekasih

Share

Legenda Dewa Pedang
Legenda Dewa Pedang
Author: Zhu Phi

Pengkhianatan Sang Kekasih

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-11-26 14:33:01

"Argh!" Shu Jin terbatuk keras, tubuhnya terpental beberapa langkah sebelum jatuh berlutut di tanah berbatu.

Sebuah pukulan yang tak terduga dari kekasihnya, Wu Chao-Xing dengan telak mendarat tepat di perutnya, tepat di bawah pusar—dantian, inti kekuatan spiritual seorang cultivator.

Rasa sakit yang menusuk menjalar dari pusat tubuhnya, membuatnya menggigil. Napasnya memburu, tangannya refleks meraba perutnya, seolah berharap itu hanya mimpi buruk. Tapi kenyataan lebih kejam dari yang bisa ia bayangkan.

Dantian-nya… hancur.

Mata Shu Jin melebar tak percaya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya saat ia mendongak menatap Wu Chao-Xing. "Xing'er… apa yang telah kau lakukan...?"

Namun, gadis yang selama ini ia anggap sebagai belahan jiwanya kini berdiri dengan tatapan yang berbeda.

"Shu Jin!" Wu Chao-Xing mendengus, melipat tangannya dengan ekspresi jijik. "Aku sudah bersabar selama tiga tahun ini hanya demi hari ini!"

Shu Jin terhuyung, matanya masih mencari secercah harapan bahwa ini semua hanya kesalahpahaman. "Bukankah kita akan menjadi suami-istri? Kenapa kau melakukan ini, Xing'er?"

Wu Chao-Xing mencibir. "Suami-istri? Hanya dalam mimpimu, Shu Jin! Aku muak selalu berada di dekatmu dan memanggilmu Jin'ge... Cih!"

Napas Shu Jin tersengal saat rasa hangat yang selama ini menjadi sumber kekuatannya mulai terangkat dari tubuhnya—meninggalkan kehampaan yang membuat tubuhnya gemetar seperti kedinginan.

Cahaya hitam itu akhirnya memadat menjadi sebuah bola kecil—Mutiara Hitam. Ia melayang pelan dari dada Shu Jin, berpendar dengan aura mencekam yang membuat udara di sekitarnya menjadi dingin dan berat.

Shu Jin hanya bisa menatap dengan mata terbelalak saat mutiara itu melayang menuju tangan Wu Chao-Xing.

Wu Chao-Xing menyambut mutiara itu dengan senyum yang tak lagi menyembunyikan niat busuknya.

"Ah, akhirnya...!" gumamnya dengan mata yang berkilat kegirangan.

Kemudian, tawanya meledak, menggema di antara rerimbunan pohon persik yang kini kehilangan keindahannya.

"Begitu bodohnya kau, Shu Jin!" serunya dengan nada mengejek yang menusuk lebih tajam dari pedang. "Selama ini kau menelan pil mutiara yang aku berikan dengan senyum polos. Tidak pernahkah kau curiga? Pil-pil itu bukan untuk memperkuat tubuhmu, melainkan untuk menyedot perlahan-lahan energi spiritualmu—hingga Kristal Mutiara Hitam dalam tubuhmu cukup matang!"

Mata Shu Jin bergetar. "Apa... maksudmu...?" bisiknya dengan suara nyaris tak terdengar.

Wu Chao-Xing melangkah mendekat, dengan aura angkuh yang membungkus seluruh tubuhnya. "Kau warisan terakhir dari garis keturunan Pedang Spiritual, Shu Jin. Darahmu... kekuatanmu... semua itu terkunci di dalam Kristal Mutiara Hitam sejak kau dilahirkan. Tapi sekarang... semuanya telah menjadi milikku."

Ia mengangkat Mutiara Hitam tinggi ke langit. "Dengan ini, aku akan menjadi Ahli Pedang Sejati! Tak seorang pun bisa mengalahkanku lagi! Tapi kau..." Ia menunduk, menatap Shu Jin dengan pandangan merendahkan, "...kau hanyalah sampah yang sudah tak bisa berkultivasi."

Shu Jin jatuh berlutut. Napasnya pendek-pendek. Dantian-nya terasa hampa, seperti sumur yang dikuras hingga kering. Tapi kehampaan itu tak sebanding dengan yang ia rasakan di dalam hatinya.

Pengkhianatan.

"Aku... percaya padamu..." suara Shu Jin pecah, lirih dan putus asa. "Mengapa... mengapa kau melakukan ini?"

Wu Chao-Xing mendekat, membungkuk sedikit, lalu berbisik di telinganya.

"Karena cinta dan kepercayaan adalah kelemahanmu, Shu Jin. Asal kau tahu... aku tidak pernah mencintaimu."

Kemudian ia membalikkan badan dan berjalan pergi dengan langkah penuh kemenangan, membawa Mutiara Hitam dalam genggamannya—sementara Shu Jin tetap berlutut di tengah bayangan senja yang menyesakkan, terbungkus kesedihan yang tak dapat disembuhkan.

Namun tiba-tiba—suatu dorongan muncul. Bukan dari dantian, bukan dari kekuatan spiritual yang telah hilang, tetapi dari sisa-sisa harga diri yang tercabik.

“BERHENTI!”

Mata Shu Jin melebar penuh tekad, dan ia mencoba berdiri, menggertakkan giginya walau tubuhnya bergetar hebat.

 “Kenapa... kenapa aku...” gumamnya lemah, matanya berkedip cepat menahan pusing yang tiba-tiba menghantam kepalanya.

Wu Chao-Xing berhenti melangkah, lalu tertawa rendah, penuh sinisme. Ia menoleh sedikit, bibirnya melengkung membentuk senyum licik.

“Dasar bodoh! Apa kau pikir aku akan membiarkanmu tetap bisa mengejarku? Aku sudah mencampurkan Pil Pelemas Tulang dalam makananmu semalam… Hahaha! Kau sungguh mudah ditipu. Bahkan lupa kalau aku ini adalah alkemis tingkat tinggi.”

Kata-kata itu menggema, bergulir dalam benak Shu Jin seperti mantra jahat. Tangannya bergetar, mengepal tanah dan bunga persik yang berserakan.

“Kau... iblis betina...” gumamnya, kini nada suaranya berubah. “Kau telah menipuku... mempermainkan hatiku, tubuhku, kekuatanku... Aku bersumpah, akan kubalas semua perlakuanmu... seribu kali lipat!”

Namun Wu Chao-Xing hanya mencibir.

“Masih bisa menggertak rupanya. Menyedihkan. Sudahlah, Shu Jin… kau beruntung aku tidak membunuhmu di tempat ini. Sekarang, kau hanyalah manusia biasa yang tak berguna. Terimalah nasibmu… hahaha!”

Tawa itu bergema seperti gendang kematian. Shu Jin mengerang, mencoba menahan rasa sakit yang menyerbu sekujur tubuhnya. Namun kenyataan lebih kejam dari luka fisik.

“Kau… Uhuk—!”

Tiba-tiba darah segar menyembur dari mulutnya. Shu Jin terkapar tak sadarkan diri, bukan karena lukanya tapi karena sakit hatinya yang tak tertahankan.

*****

"Siapa yang membawaku pulang?" tanya Shu Jin saat dirinya tersadar kembali.

Lian Hua, pelayannya menunduk sedikit, lalu menjawab dengan lembut, "Nona Wu, Tuan Muda. Ia yang membawa Anda kembali ke kediaman Shu dalam keadaan tak sadarkan diri. Ia bilang… Tuan Muda terjatuh dari tebing saat sedang berlatih di Pegunungan Xijing. Tapi tenang saja... tabib sudah memeriksa tubuh Anda. Tidak ada luka dalam yang serius, hanya kehilangan kesadaran akibat kelelahan."

Alis Shu Jin mengernyit. Matanya yang masih sedikit redup kini bersinar tajam. "Tabib? Tabib dari keluarga mana?"

"Tabib dari Keluarga Wu, Tuan Muda…" Lian Hua menjawab dengan hati-hati. "Nona Wu sendiri yang memanggilnya. Ia tampak sangat cemas... wajahnya pucat, hampir menangis saat membawa Anda pulang. Ia bahkan bersikeras menggunakan tabib terbaik dari keluarganya untuk memastikan Anda segera pulih."

 “Sudah aku duga…” gumamnya pelan namun tajam seperti bilah pedang. “Iblis betina itu sedang mencoba menutupi jejak busuknya.”

Kepala Shu Jin masih berdenyut, pikirannya buram, tetapi kesadarannya mulai menajam. Kenangan tentang Wu Chao-Xing, tentang pengkhianatan. Namun di balik semua itu, satu hal lain muncul dengan mendesak.

Mata Shu Jin terbuka lebar. "Lian Hua... aku sudah pingsan berapa lama?"

Pelayan itu menundukkan kepala, suaranya kecil. "Sudah lima hari, Tuan Muda..."

“Lima hari?” Shu Jin membenamkan punggungnya ke bantal dengan ekspresi tegang. “Bagaimana dengan... Seleksi Penerimaan Murid dari Sekte Pedang Surgawi? Bukankah… minggu ini?”

“Mengenai seleksi itu...” kata Lian Hua ragu-ragu.

Shu Jin menoleh cepat. “Apa yang telah terjadi, Lian Hua?”

Lian Hua akhirnya membuka mulut. “Nona Wu datang ke hari seleksi dan… ia berbicara langsung dengan Tuan Besar. Ia memohon agar Tuan Muda tetap diizinkan mengikuti seleksi... katanya, ia memiliki pil spiritual dari Keluarga Wu yang dapat membangunkan Anda... untuk sementara waktu.”

Shu Jin menahan napas. Wajahnya terperangah. “Apa maksudmu… aku mengikuti seleksi… dalam keadaan tidak sadar sepenuhnya?!”

Lian Hua mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. “Ya… Nona Wu mengklaim bahwa pil itu cukup kuat untuk memulihkan kesadaran Anda selama beberapa jam. Ia tampak begitu yakin… dan Tuan Besar akhirnya menyetujuinya.”

Napas Shu Jin terengah. Antara syok dan bingung, emosinya teraduk-aduk. Ia mencoba mengingat, tapi otaknya seperti tertutup kabut tebal.

"Apa... yang terjadi di seleksi itu? Apakah aku... berhasil lolos?" tanyanya nyaris dengan nada memohon, penuh harap dan ketegangan yang menumpuk di dadanya.

Lian Hua menggigit bibir bawahnya. Ia tidak langsung menjawab.

"Lian Hua! Tolong, katakan padaku... Apa aku lolos?!"

Mata Shu Jin menatap kosong langit-langit kayu di atasnya, tapi pikirannya berkecamuk hebat.

Seorang pelayan laki-laki berusia sekitar dua puluh lima tahun masuk dengan langkah tergesa-gesa. Nafasnya terengah, dan wajahnya... pucat seperti telah melihat kematian.

“Tuan Muda!” serunya dengan suara gemetar. “Sesuatu yang buruk… sangat buruk telah terjadi!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Dewa Pedang    Wanita Racun

    Angin pagi melintas seperti hembusan napas terakhir dari rumah besar keluarga Shu. Udara itu membawa bau lembab yang menusuk hidung, bercampur abu tipis yang beterbangan dari bangunan yang pernah berdiri megah—kini tinggal kerangka hitam yang mencakar langit kelabu. Di pasir puing dan kayu yang terbelah, seorang pemuda bertopeng berdiri tegak. Ia tidak menoleh sedikit pun. Tidak ada alasan untuk melihat ke belakang; masa lalunya sudah terkubur bersama genangan darah yang membeku tiga hari lalu.Nama Shu Jin telah mati untuk saat ini.Kaisar Pedang sudah memerintahkannya... jika ingin hidup, ia harus terlahir kembali sebagai seseorang yang bukan dirinya sampai ia berhasil menguasai ilmu pedang terhebat sepanjang masa.Pemuda itu—belum lagi terbiasa dengan wajah barunya—menunduk pada kilauan samar dari pecahan pedang tua yang tergeletak. Permukaan logam yang retak memantulkan sosok asing... topeng artefak membentuk rahang lebih tegas, garis wajah lebih keras, dan mata yang memantulkan d

  • Legenda Dewa Pedang    Tiga Wanita Terlarang

    “Locianpwe… aku berhasil!” Suara Shu Jin menggema di antara tugu-tugu batu raksasa itu. Napasnya masih terengah, namun sorot matanya memancarkan cahaya baru—cahaya seseorang yang baru saja kembali dari kematian.Tugu nisan Kaisar Pedang Abadi yang menjulang tinggi memancarkan kilatan cahaya api. Dari dalamnya, suara yang dalam dan menggetarkan kembali terdengar.“HA-HA-HA! Aku tidak salah menilaimu, anak muda!” Suara Luo Fei terdengar bukan sekadar puas, tapi bangga—sebuah kebanggaan yang jarang dimiliki seorang kaisar pedang abadi. “Kau benar-benar jenius pedang yang hanya muncul sekali dalam ribuan tahun. Sebagai hadiah… Pedang Dewa Ilahi itu akan menjadi pedangmu mulai sekarang!”Cahaya kehijauan dari pedang di tangan Shu Jin berdenyut, seakan menyambut pemiliknya yang baru.“Kau bisa memanggil pedang itu kapan saja,” lanjut Luo Fei. “Ketika pedang itu kau arahkan ke langit… kau bisa kembali ke Makam Dewa Pedang dan meneruskan pelajaranmu. Aku akan menurunkan Jurus Pedang Naga S

  • Legenda Dewa Pedang    Kebangkitan Dewa Pedang

    “Bangun!”Suara itu menggelegar seperti guntur yang meledak tepat di samping telinga Shu Jin. Suara Kaisar Pedang Abadi… suara yang sejak tiga hari terakhir tak kunjung memberi tanda kehidupan.Tiga hari.Shu Jin bahkan tidak tahu bagaimana ia mampu bertahan selama itu—bersujud di tanah lembab, dingin menusuk tulang, perut melilit kosong. Bibirnya pecah, kulitnya kering, tetapi ia tidak bergerak sedikit pun dari posisinya.Maka ketika suara itu datang, meski lemah dan nyaris kehabisan tenaga, ia berhasil menegakkan tubuhnya.“Terima kasih… Locianpwe,” ucapnya dengan suara serak, namun mata yang redup itu bersinar penuh tekad.Dari dalam tugu nisan raksasa itu, suara Kaisar Pedang Abadi terdengar lebih jernih, lebih hidup—seakan ia akhirnya mengakui keteguhan hati Shu Jin.“Keluarga Shu,” ujar Luo Fei pelan namun menggetarkan, “telah melahirkan banyak Dewa Pedang terhebat. Untuk menghormati garis keturunan itu… aku akan memberimu satu kesempatan.”Kata-kata itu membuat jantung Shu Jin

  • Legenda Dewa Pedang    Makam Dewa Pedang

    PLAAAK!Suara tamparan itu menghantam udara dengan keras, memantul di antara pilar-pilar paviliun yang berlumuran darah. Tepukan telapak tangan Wu Chao-Xing begitu kuat hingga kepala Shu Jin terpelanting ke samping. Debu dan serpihan tanah beterbangan dari pipinya ketika wajahnya menghantam tanah.Sayup-sayup pandangannya terbuka. Suara-suaranya kembali, namun tidak membawa kelegaan—hanya kengerian yang membakar dadanya. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah genangan darah pekat milik keluarganya yang mulai mengering di tanah. Bau amis yang menyengat masuk ke hidungnya, membuat perutnya teraduk-aduk.Kesadaran yang baru kembali seketika menusuk jantungnya seperti pedang.Wu Chao-Xing menyeringai tepat di depannya, rambut hitamnya berkilau tertiup angin. Mata wanita itu berkilat puas.“Sekarang kau lihat, Shu Jin…” katanya sambil tertawa terbahak-bahak, suaranya memantul seperti gema iblis. “Keluarga kebanggaanmu… sudah musnah!”Tawa itu mengiris telinga Shu Jin, merontokkan sisa-

  • Legenda Dewa Pedang    Tragedi Berdarah

    Shu Jin seketika duduk tegak, rasa lelah dan sakitnya seolah lenyap ditelan gelombang kecemasan. “Apa yang sedang terjadi? Katakan!”“Nona Wu… dia... datang menemui Tuan Besar. Dia datang bersama begitu banyak Tetua Keluarga Wu yang berilmu tinggi! Sepertinya Tuan Besar marah besar dengan pembatalan sepihak pertunangan Tuan Muda! Tuan Besar juga sudah tahu semua yang dilakukan Nona Wu terhadapmu, Tuan Muda!”“Tuan Muda harus menghentikan Nona Wu sebelum semuanya terlambat! Sudah lama Keluarga Wu hendak menghancurkan Keluarga Shu yang menjadi keluarga nomor satu di Kota Lin’an ini agar keluarga mereka bisa naik,” jelas Lian Hua.“Maksudmu... semua kejadian ini adalah rencana besar dari Chao-Xing, iblis betina itu? Ia mencuri Darah Pedang Spiritual Keluarga Shu, mempermalukanku di hadapan seluruh cultivator ierutama di depan Patriark Wang Chengtian saat seleksi di Sekte Pedang Surgawi?” tanya Shu Jin.Tanpa menunggu jawaban Lian Hua, Shu Jin langsung berlari keluar ke halaman utama temp

  • Legenda Dewa Pedang    Pengkhianatan Sang Kekasih

    "Argh!" Shu Jin terbatuk keras, tubuhnya terpental beberapa langkah sebelum jatuh berlutut di tanah berbatu.Sebuah pukulan yang tak terduga dari kekasihnya, Wu Chao-Xing dengan telak mendarat tepat di perutnya, tepat di bawah pusar—dantian, inti kekuatan spiritual seorang cultivator.Rasa sakit yang menusuk menjalar dari pusat tubuhnya, membuatnya menggigil. Napasnya memburu, tangannya refleks meraba perutnya, seolah berharap itu hanya mimpi buruk. Tapi kenyataan lebih kejam dari yang bisa ia bayangkan.Dantian-nya… hancur.Mata Shu Jin melebar tak percaya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya saat ia mendongak menatap Wu Chao-Xing. "Xing'er… apa yang telah kau lakukan...?"Namun, gadis yang selama ini ia anggap sebagai belahan jiwanya kini berdiri dengan tatapan yang berbeda."Shu Jin!" Wu Chao-Xing mendengus, melipat tangannya dengan ekspresi jijik. "Aku sudah bersabar selama tiga tahun ini hanya demi hari ini!"Shu Jin terhuyung, matanya masih mencari secercah harapan bahwa ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status