Share

Tragedi Berdarah

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-26 14:34:43

Shu Jin seketika duduk tegak, rasa lelah dan sakitnya seolah lenyap ditelan gelombang kecemasan. “Apa yang sedang terjadi? Katakan!”

“Nona Wu… dia... datang menemui Tuan Besar. Dia datang bersama begitu banyak Tetua Keluarga Wu yang berilmu tinggi! Sepertinya Tuan Besar marah besar dengan pembatalan sepihak pertunangan Tuan Muda! Tuan Besar juga sudah tahu semua yang dilakukan Nona Wu terhadapmu, Tuan Muda!”

“Tuan Muda harus menghentikan Nona Wu sebelum semuanya terlambat! Sudah lama Keluarga Wu hendak menghancurkan Keluarga Shu yang menjadi keluarga nomor satu di Kota Lin’an ini agar keluarga mereka bisa naik,” jelas Lian Hua.

“Maksudmu... semua kejadian ini adalah rencana besar dari Chao-Xing, iblis betina itu? Ia mencuri Darah Pedang Spiritual Keluarga Shu, mempermalukanku di hadapan seluruh cultivator ierutama di depan Patriark Wang Chengtian saat seleksi di Sekte Pedang Surgawi?” tanya Shu Jin.

Tanpa menunggu jawaban Lian Hua, Shu Jin langsung berlari keluar ke halaman utama tempat keributan besar terjadi.

*****

Suara ledakan energi spiritual mengguncang udara ketika Wu Chao-Ming maju selangkah ke depan. Jubahnya berkibar liar, dan hawa tekanannya membuat para pelayan Shu yang berada terlalu dekat jatuh tersungkur. Tatapannya menyapu seluruh halaman seperti bilah pedang.

“Hari ini, kami akan menghancurkan Keluarga Shu!” pekiknya, suaranya menggema hingga menembus dinding-dinding paviliun. “Kalian tidak pantas menjadi besan kami!”

Aura hitam kebiruan di sekeliling tubuhnya menjalar seperti ular, menandakan kultivasi tingkat tinggi yang siap memusnahkan apa pun di hadapannya. Di belakangnya, para Tetua Keluarga Wu berdiri kokoh—puluhan cultivator dengan mata penuh niat membunuh.

Di seberang halaman, Shu Tian melangkah maju. Rambut peraknya bergetar ditiup angin, namun sorot matanya tetap tajam dan dingin seperti baja yang ditempa ribuan kali.

“Kamu harus bertanggung jawab atas cacatnya anakku! Teganya kau hancurkan dantian-nya!” suaranya berat namun tegas. “Aku sudah mengetahui semua perbuatan busuk kalian… terutama kau, wanita iblis!”

Tatapan Shu Tian terarah lurus pada Wu Chao-Xing yang berdiri dalam jubah merah gelap, ekspresinya setengah puas setengah meremehkan.

“Jin’er mencintaimu selama tiga tahun,” lanjut Shu Tian, suaranya bertambah keras. “Namun kau menodai kepercayaannya, kau berselingkuh dengan Pangeran Ketiga, dan kalian bersekongkol mencuri Darah Pedang Spiritual keluarga kami! Kembalikan Mutiara Hitam yang kau curi, maka urusan kita selesai!”

Chao-Xing tersenyum miring, ujung bibirnya melengkung angkuh. Tapi sebelum ia sempat membuka mulut, Wu Chao-Ming sudah membalasnya.

“Cih!” serunya. “Awalnya kami hanya ingin mempermalukan kalian dan membatalkan pertunangan sampah itu. Tapi kalian sendiri yang menggali kuburan kalian! Beraninya kamu memfitnah Pangeran Ketiga!”

Ia mengangkat tangan, hawa spiritualnya berputar membentuk pusaran gelap.

“Hari ini… Keluarga Shu harus lenyap dari Kota Lin’an!”

Tapi, sebelum Wu Chao-ming turun tangan terdengar suara tertawa yang dingin memenuhi udara yang sudah mencekam.

“Hahaha… tak kusangka aku harus turun tangan menghabisi kalian sendiri.”

Semua orang menoleh. Dari arah gerbang utama, seorang pemuda melangkah masuk dengan pakaian kerajaan yang rapi dan bersulam emas. Setiap langkahnya meninggalkan gema ringan, terasa congkak dan penuh keyakinan.

Di belakangnya, barisan pasukan kerajaan memasuki halaman dengan langkah serempak, tombak terangkat, mata tajam menatap keluarga Shu seakan mereka sudah menjadi mayat.

Pangeran Ketiga, Zhao Shin yang terkenal kejam dan licik. Putra dari salah satu selir Kaisar Song Selatan, Zhao Gou—Kaisar Gaozong.

Shu Tian mencoba mengendalikan amarah dan ketakutannya. “Pangeran… Keluarga Shu tidak pernah bermusuhan dengan kekaisaran, apalagi dengan Anda. Mengapa kalian mengincar kami?”

Tidak ada jawaban.

Zhao Shin hanya melirik Wu Chao-Ming dan mengangguk kecil.

“Chao-Ming. Bunuh pengkhianat ini.”

Perintah itu menjadi sinyal kematian.

Wu Chao-Ming menghilang dalam sekejaban mata.

Tanpa memberi kesempatan siapa pun untuk bereaksi, ia sudah berada tepat di depan Shu Tian, tinjunya sudah berlapis energi gelap pekat.

BUK!

Suara pukulan itu menghantam seluruh halaman seperti ledakan merobek udara.

Tubuh Shu Tian terpental jauh, menghantam tiang paviliun utama. Kayu berat retak, serpihan beterbangan, dan tanah di bawahnya bergurat akibat tekanan energi yang mengerikan.

“Uhuk—!” Darah segar memancar dari mulut Shu Tian, warnanya hitam pekat—tanda racun tingkat tinggi merusak organ dalamnya dengan cepat.

Para Tetua Shu berteriak kaget, namun tekanan kultivasi Wu Chao-Ming membuat mereka tak bisa maju mendekat.

Tepat pada saat itu...

“AYAH!”

Suara Shu Jin menggema di seluruh halaman, membuat beberapa pelayan yang bersembunyi di balik pilar spontan menutup mulut mereka ketakutan.

Dengan napas terputus-putus, Shu Jin menerobos kerumunan cultivator dan pasukan kerajaan. Debu beterbangan setiap kali kakinya menghantam tanah. Sepatu kainnya licin oleh serpihan batu dan darah, membuat tubuhnya beberapa kali hampir tersungkur—namun ia tetap memaksa maju. Wajahnya pucat, matanya melebar penuh kepanikan.

Ia memusatkan pandangan hanya pada satu titik: tubuh ayahnya yang terkapar tak jauh dari tiang paviliun yang pecah terbelah.

Begitu ia sampai di sisi ayahnya, dunia seakan pecah menjadi serpihan.

Darah hitam—darah yang telah terkontaminasi racun tingkat tinggi—mengalir perlahan dari sudut bibir Shu Tian. Warnanya mengilap, pekat, dan berbau menusuk seperti logam terbakar. Pandangan Shu Tian yang biasanya kuat dan penuh wibawa kini kabur, matanya hanya memantulkan sosok anaknya dalam bayangan suram.

“Ayah… apa yang sebenarnya terjadi pada Ayah?” suara Shu Jin bergetar, nyaris tak keluar. Jemarinya menggenggam lengan ayahnya yang mulai dingin.

Namun sebelum Shu Tian sempat memberi jawaban lain, suara tawa melengking memotong udara.

“Lengkap sudah! Sampah kultivasi juga muncul… saatnya berpesta!” ejek Wu Chao-Xing, menyeringai sambil memandang Shu Jin seolah ia hanyalah mainan rusak yang menunggu dibuang.

Aura kebencian melingkar di sekitar wanita itu, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya bagaikan duri menusuk dada Shu Jin.

Shu Tian, dengan napas yang makin berat, memaksakan dirinya berbicara. “Jin’er… cepat lari… jangan biarkan keluarga Shu musnah… setidaknya kau harus hidup…”

Shu Tian berhenti bernapas begitu mengucapkan kata terakhir.

Mata Shu Jin membesar. Dadanya seperti diremas dari dalam, nyeri yang meledak tanpa ampun.

 “Bangsat kau!” raung Shu Jin, suaranya begitu parau hingga menusuk hati siapa pun yang mendengarnya. “Kau membunuh ayahku!”

Tanpa pikir panjang, tanpa energi Qi, tanpa kekuatan apa pun, ia menerjang ke arah Wu Chao-Xing. Setiap otot tubuhnya menjerit, namun amarah membuatnya tak peduli apakah tulangnya akan remuk.

Namun baru beberapa langkah, bayangan hitam melintas.

BUK!

Pukulan telak menghantam dadanya. Pangeran Ketiga muncul tepat di depan wajahnya, tinjunya masih terangkat penuh kesombongan.

Shu Jin terpental beberapa meter, jatuh terguling di tanah sambil muntah darah.

“Dasar sampah,” dengus Zhao Shin sambil menepuk-nepuk debu khayalan dari tangannya. “Kaisar memujimu setinggi langit, Shu Jin… tapi lihatlah dirimu sekarang. Tanpa Qi, tanpa Darah Pedang Spiritual. Membunuhmu hanya akan mengotori tanganku.”

Wu Chao-Xing mengangguk dengan senyum puas. “Benar sekali.”

Kemudian suara dingin Zhao Shin terdengar seperti putusan akhir:

“Bunuh semuanya. Sisakan saja sampah tak berguna itu.”

Pertarungan berdarah yang tak seimbang ini bagaikan eksekusi kematian.

Tubuh-tubuh melesat, pedang-pedang memekik memecah udara. Pasukan kerajaan menerjang dengan formasi ketat, sementara para cultivator Keluarga Wu menebar racun ke udara. Kabut berwarna hijau gelap menyelimuti halaman, menempel di kulit siapa pun yang tak beruntung berada di dekatnya.

Satu per satu anggota Keluarga Shu tumbang, mata mereka membelalak karena racun yang melumpuhkan organ dalam sebelum mereka sempat berteriak minta tolong.

Shu Jin, yang tubuhnya hancur oleh pukulan sebelumnya, hanya mampu merangkak perlahan. Tangannya bergetar saat ia mencoba bangkit, namun lututnya roboh kembali. Ia hanya bisa menyaksikan—tanpa kekuatan, tanpa senjata—satu demi satu anggota keluarganya tewas menggenaskan.

Shu Jin menjerit, namun tak ada suara yang keluar. Tenggorokannya kering. Napasnya patah-patah. Tubuhnya gemetar hebat.

Ia hanya bisa menonton keluarganya dibantai begitu saja tanpa mampu berbuat apapun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Legenda Dewa Pedang    Wanita Racun

    Angin pagi melintas seperti hembusan napas terakhir dari rumah besar keluarga Shu. Udara itu membawa bau lembab yang menusuk hidung, bercampur abu tipis yang beterbangan dari bangunan yang pernah berdiri megah—kini tinggal kerangka hitam yang mencakar langit kelabu. Di pasir puing dan kayu yang terbelah, seorang pemuda bertopeng berdiri tegak. Ia tidak menoleh sedikit pun. Tidak ada alasan untuk melihat ke belakang; masa lalunya sudah terkubur bersama genangan darah yang membeku tiga hari lalu.Nama Shu Jin telah mati untuk saat ini.Kaisar Pedang sudah memerintahkannya... jika ingin hidup, ia harus terlahir kembali sebagai seseorang yang bukan dirinya sampai ia berhasil menguasai ilmu pedang terhebat sepanjang masa.Pemuda itu—belum lagi terbiasa dengan wajah barunya—menunduk pada kilauan samar dari pecahan pedang tua yang tergeletak. Permukaan logam yang retak memantulkan sosok asing... topeng artefak membentuk rahang lebih tegas, garis wajah lebih keras, dan mata yang memantulkan d

  • Legenda Dewa Pedang    Tiga Wanita Terlarang

    “Locianpwe… aku berhasil!” Suara Shu Jin menggema di antara tugu-tugu batu raksasa itu. Napasnya masih terengah, namun sorot matanya memancarkan cahaya baru—cahaya seseorang yang baru saja kembali dari kematian.Tugu nisan Kaisar Pedang Abadi yang menjulang tinggi memancarkan kilatan cahaya api. Dari dalamnya, suara yang dalam dan menggetarkan kembali terdengar.“HA-HA-HA! Aku tidak salah menilaimu, anak muda!” Suara Luo Fei terdengar bukan sekadar puas, tapi bangga—sebuah kebanggaan yang jarang dimiliki seorang kaisar pedang abadi. “Kau benar-benar jenius pedang yang hanya muncul sekali dalam ribuan tahun. Sebagai hadiah… Pedang Dewa Ilahi itu akan menjadi pedangmu mulai sekarang!”Cahaya kehijauan dari pedang di tangan Shu Jin berdenyut, seakan menyambut pemiliknya yang baru.“Kau bisa memanggil pedang itu kapan saja,” lanjut Luo Fei. “Ketika pedang itu kau arahkan ke langit… kau bisa kembali ke Makam Dewa Pedang dan meneruskan pelajaranmu. Aku akan menurunkan Jurus Pedang Naga S

  • Legenda Dewa Pedang    Kebangkitan Dewa Pedang

    “Bangun!”Suara itu menggelegar seperti guntur yang meledak tepat di samping telinga Shu Jin. Suara Kaisar Pedang Abadi… suara yang sejak tiga hari terakhir tak kunjung memberi tanda kehidupan.Tiga hari.Shu Jin bahkan tidak tahu bagaimana ia mampu bertahan selama itu—bersujud di tanah lembab, dingin menusuk tulang, perut melilit kosong. Bibirnya pecah, kulitnya kering, tetapi ia tidak bergerak sedikit pun dari posisinya.Maka ketika suara itu datang, meski lemah dan nyaris kehabisan tenaga, ia berhasil menegakkan tubuhnya.“Terima kasih… Locianpwe,” ucapnya dengan suara serak, namun mata yang redup itu bersinar penuh tekad.Dari dalam tugu nisan raksasa itu, suara Kaisar Pedang Abadi terdengar lebih jernih, lebih hidup—seakan ia akhirnya mengakui keteguhan hati Shu Jin.“Keluarga Shu,” ujar Luo Fei pelan namun menggetarkan, “telah melahirkan banyak Dewa Pedang terhebat. Untuk menghormati garis keturunan itu… aku akan memberimu satu kesempatan.”Kata-kata itu membuat jantung Shu Jin

  • Legenda Dewa Pedang    Makam Dewa Pedang

    PLAAAK!Suara tamparan itu menghantam udara dengan keras, memantul di antara pilar-pilar paviliun yang berlumuran darah. Tepukan telapak tangan Wu Chao-Xing begitu kuat hingga kepala Shu Jin terpelanting ke samping. Debu dan serpihan tanah beterbangan dari pipinya ketika wajahnya menghantam tanah.Sayup-sayup pandangannya terbuka. Suara-suaranya kembali, namun tidak membawa kelegaan—hanya kengerian yang membakar dadanya. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah genangan darah pekat milik keluarganya yang mulai mengering di tanah. Bau amis yang menyengat masuk ke hidungnya, membuat perutnya teraduk-aduk.Kesadaran yang baru kembali seketika menusuk jantungnya seperti pedang.Wu Chao-Xing menyeringai tepat di depannya, rambut hitamnya berkilau tertiup angin. Mata wanita itu berkilat puas.“Sekarang kau lihat, Shu Jin…” katanya sambil tertawa terbahak-bahak, suaranya memantul seperti gema iblis. “Keluarga kebanggaanmu… sudah musnah!”Tawa itu mengiris telinga Shu Jin, merontokkan sisa-

  • Legenda Dewa Pedang    Tragedi Berdarah

    Shu Jin seketika duduk tegak, rasa lelah dan sakitnya seolah lenyap ditelan gelombang kecemasan. “Apa yang sedang terjadi? Katakan!”“Nona Wu… dia... datang menemui Tuan Besar. Dia datang bersama begitu banyak Tetua Keluarga Wu yang berilmu tinggi! Sepertinya Tuan Besar marah besar dengan pembatalan sepihak pertunangan Tuan Muda! Tuan Besar juga sudah tahu semua yang dilakukan Nona Wu terhadapmu, Tuan Muda!”“Tuan Muda harus menghentikan Nona Wu sebelum semuanya terlambat! Sudah lama Keluarga Wu hendak menghancurkan Keluarga Shu yang menjadi keluarga nomor satu di Kota Lin’an ini agar keluarga mereka bisa naik,” jelas Lian Hua.“Maksudmu... semua kejadian ini adalah rencana besar dari Chao-Xing, iblis betina itu? Ia mencuri Darah Pedang Spiritual Keluarga Shu, mempermalukanku di hadapan seluruh cultivator ierutama di depan Patriark Wang Chengtian saat seleksi di Sekte Pedang Surgawi?” tanya Shu Jin.Tanpa menunggu jawaban Lian Hua, Shu Jin langsung berlari keluar ke halaman utama temp

  • Legenda Dewa Pedang    Pengkhianatan Sang Kekasih

    "Argh!" Shu Jin terbatuk keras, tubuhnya terpental beberapa langkah sebelum jatuh berlutut di tanah berbatu.Sebuah pukulan yang tak terduga dari kekasihnya, Wu Chao-Xing dengan telak mendarat tepat di perutnya, tepat di bawah pusar—dantian, inti kekuatan spiritual seorang cultivator.Rasa sakit yang menusuk menjalar dari pusat tubuhnya, membuatnya menggigil. Napasnya memburu, tangannya refleks meraba perutnya, seolah berharap itu hanya mimpi buruk. Tapi kenyataan lebih kejam dari yang bisa ia bayangkan.Dantian-nya… hancur.Mata Shu Jin melebar tak percaya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya saat ia mendongak menatap Wu Chao-Xing. "Xing'er… apa yang telah kau lakukan...?"Namun, gadis yang selama ini ia anggap sebagai belahan jiwanya kini berdiri dengan tatapan yang berbeda."Shu Jin!" Wu Chao-Xing mendengus, melipat tangannya dengan ekspresi jijik. "Aku sudah bersabar selama tiga tahun ini hanya demi hari ini!"Shu Jin terhuyung, matanya masih mencari secercah harapan bahwa ini

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status