Setelah mendengar perkataan Lee Nara, Lengkukup bahkan tidak menurkan kewaspadaan, karena bisa jadi wanita itu akan mengambil kesempatan ketika ia Lengah.
Namun, Lee Nara bahkan tidak menunjukkan sikap jika ia akan melarikan diri, sehingga Lengkukup akhirnya membiarkan Lee Nara untuk menjelaskan apa yang ia ketahui.
Tetapi Lee Nara malah meminta bayaran untuk informasi tersebut, sehingga membuat Lengkukup merasa tertarik, karena sedikit membuatnya penasaran.
"Baiklah! Sebutkan berapa aku harus membayar?" tanya Lengkukup kemudian mengeluarkan beberapa keping emas dari kantung kulit yang ia miliki.
Namun Lee Nara kemudian meminta semua uang yang berada di kantung kulit tersebut, sehingga sempat membuat Lengkukup mendengus kesal, akan tetapi ia bahkan menuruti permintaan Lee Nara.
Ketika itu, Lee Nara bahkan sempat menghitung jumlah semua kepingan emas itu, sembari mendengus kesal, karena merasa tidak sebanding deng
Setelah Lee Nara selesai berbicara Lengkukup hanya bisa menarik nafasnya dalam, sebelum akhirnya ia keluarkan dengan pelan.Ia menyadari telah melakukan sebuah kesalahan yang mungkin akan menimbulkan masalah baru bagi dirinya dikemudian hari.Lengkukup sempat menyesali perbuatannya karena tidak langsung membunuh pria itu, yang kini berhasil lolos dari tangannya, terlebih lagi masih ada 2 orang yang ia ketahui masih selamat atas pembantaian yang ia lakukan beberapa hari yang lalu."Andai saja aku membunuhnya waktu itu..." gumam nya pelan."Apa yang barusan kau ucapkan?" tanya Lee Nara menelisik, ketika ia sempat memperhatikan Lengkukup."Tidak! aku hanya menyesal tidak langsung membunuhnya...!" timpal Lengkukup."Kenapa kau tertarik sekali dengan pembunuhan? bukankah tidak baik melakukan itu semua?" tanya Lee Nara memastikan."Kau tidak akan mengerti!"
Ketika Lee Nara menaiki tubuhnya, Lengkukup bahkan tidak sedikitpun mengeluh, akan tetapi lingkaran tangan Lee Nara yang terlalu erat sempat membuat dirinya menahan nafas beberapa saat sebelum akhirnya ia mulai terbiasa.Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat baru baginya, terlebih usianya yang sedikit berbeda dengan Lee Nara, sempat membuatnya merasa seperti sedang dipermainkan.Namun, karena tidak ingin membuang waktu lebih lama, Lengkukup akhirnya mulai melangkahkan kaki, setapak demi setapak untuk melewati jalan tersebut."Kau sebenarnya ingin kemana?" tanya Lee Nara memastikan."Sebuah desa!" ujar Lengkukup."Hemp! Aku pikir kau akan mengajakku kesuatu tempat untuk berdua saja," timpal Lee Nara kemudian terkekeh."Kalau boleh aku tau, desa apa yang sedang kau tuju?" tanya nya kembali."Suban Dara, kau tempatnya?" jawab Lengkukup dengan memberi pertanyaan kepada Lee Nara.Ketika m
Kini semuanya seperti sebuah taruhan, yang mungkin akan menyelamatkannya, atau malah sebaliknya, ia sempat berfikir jika semua itu bukanlah sebuah keberuntungan akan tetapi sebuah kesialan, karena telah melakukan kesalahan.Lengkukup sempat menduga jika semua orang yang berada dihadapannya, telah mengetahui identitas aslinya, dan sempat menatap Lee Nara beberapa kali, sebelum kembali menjadi waspada.Dirinya menebak, jika semua orang yang sedang mengepungnya, menginginkan sesuatu dari dirinya, sehingga hal itu sempat membuatnya berfikir keras sembari mencari jawaban yang pasti."Keluarlah! kalian tidak perlu bersembunyi lagi," ucap Lengkukup. "Apa yang kalian inginkan dariku?" tambahnya seraya melipat sebelah tangan kebelakang."Kau mempunyai sesuatu yang kami cari!" sahut salah seorang yang tiba-tiba melangkahkan kaki kearah Lengkukup."Aku merasa tidak memilikinya! benda apa
Ketika itu, Lengkukup langsung terdiam, sesaat Lee Nara mengambil kalung giok itu dari tangannya.Tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Lee Nara akan bertindak demikian, akan tetapi hal tersebut membuatnya sedikit terpukul karena telah membuat hati Lee Nara menjadi terluka olehnya.Dirinya juga menebak, jika Lee Nara tidak benar-benar berniat buruk terhadapnya, sehingga mungkin ia akan meminta penjelasan terhadap tindakan Lee Nara itu, karena iapun dapat memastikan jika kelompok Bandit Gunung itu, akan membunuhnya cepat atau lambat."Bagus! bawa kalung itu kesini!" ucap pria bertopeng itu.Dalam beberapa langkah, Lee Nara akhirnya mencapai mereka dan ia lantas memberikan kalung giok itu kepada pria bertopeng besi itu.Bertepatan dengan dirinya memberikan kalung tersebut, Lee Nara sempat melirik kearah saudaranya dan tanpa ia sadari jika pria be
Pada saat itu, Lee Bara hanya bisa menelan ludahnya sendiri, karena tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat Lee Nara diperlakukan dengan tidak pantas.Penyesalan mulai menjalar diseluruh kepalanya, terlebih lagi dirinya tidak bisa menyelamatkan adik semata wayangnya itu.Namun, dirinya masih tetap berusaha melepaskan diri dengan cara meronta sekuat tenaga, akan tetapi usahanya tersebut tidak membuahkan hasil, melainkan beberapa pukulan yang cukup keras mengenai wajahnya."Lepaskan!" pekik Lee Bara."Berteriaklah sekuat tenaga! tidak akan ada yang membantu," ucap salah seorang yang memegangi dirinya.Ketika itu, beberapa rekannya yang lain menghampiri keberadaan Lengkukup, akan tetapi mereka sangat terkejut karena mendapati Lengkukup sudah menghilang dari pandangan mata.Mereka sempat mencari namun tidak kunjung menemukannya, sehingga membuat mereka berfikir jika Lengkukup telah melarikan diri.
Pada saat itu, Lee bara hanya bisa terdiam karena merasa tidak memiliki pilahan lain, selain melepaskan pedangnya dari genggaman yang begitu erat sebelumnya.Bahkan dirinya sempat mengutuk pria bertopeng itu, dengan sebuah kata-kata makan yang cukup sakit untuk didengar.Namun, perkataan Lee Bara hampir tidak dengarnya, ketika dirinya tertawa lantang karena merasa diatas angin, melihat kedua orang itu tidak bisa berbuat banyak atas tindakan yang ia lakukan."Sekarang berbaliklah! Biarkan menyelesaikan ini terlebih dahulu," ucapnya."Ka-kakak tolong!" ujar Lee Nara dengan suara yang begitu pelan namun masih didengarnya.Lee Nara sempat menolak berkali-kali dan tidak membiarkan pria tersebut menyentuh tubuhnya, akan tetapi ia bahkan tidak memiliki cukup tenaga untuk melawan, sehingga ia hanya memejamkan mata, seraya meminta pertolongan dengan suara kecil yang diikuti suara rintihan pelan menyertai.Di sa
Pada saat itu, Lengkukup baru saja menyadari jika kekuatan pria tersebut sangat jauh meningkat, ketika ia belum menggunakan jurus dua pedang miliknya.Dari beberapa pertukaran jurus, ia menyadari jika pria itu tidak hanya membuat saja, bahkan saat ini Lengkukup merasa sedikit kesulitan untuk mengatasi jurus dua pedang tersebut.Hal itu sempat membuat Lengkukup berdecak, karena bukan tidak mungkin, jika dirinya akan menggunakan kekuatan Iblis, meski tidak begitu diperlukan untuk mengatasi pria itu."Rupanya, kau tidak membual atas ucapan mu!" ujar Lengkukup."Cih! omong kosong, bersiap lah!" pekiknya kembali.Ketika itu, Lengkukup hanya menanggapi pria setengah baya itu hanya dengan senyuman tipis, seraya bersiap menerima serangan dua pedang yang terarah kepadanya.Namun, Lengkukup bahkan tidak bergeming sedikitpun ketika beberapa jurus hendak mengenai tubuhnya, dan dengan cepat ia memberikan serangan balasan
Lengkukup sempat menyipitkan kedua matanya, sebelum ia menjawab perkataan Lee Nara tentang kalung giok, yang beberapa saat yang lalu sempat dirampas oleh Bandit Gunung tersebut.Ketika itu, Lengkukup sempat mengambil nya kembali sebelum ia pergi meninggalkan jasad yang telah terbujur kaku itu, dan secara kebetulan dirinya kembali bertemu dengan Lee Nara.Beberapa saat yang lalu, dirinya bahkan berniat meninggalkan Lee Nara karena menganggap akan lebih baik dirinya bersama saudara kandungnya, akan tetapi sialnya, ia bahkan berjumpa kembali dengan Lee Nara, sebelum ia sempat pergi lebih jauh."Kemana perginya saudaraku?" tanya Lengkukup memastikan."Aku meninggalkannya!" jawab Lee Nara sembari membuang muka lalu sedikit membusungkan dada."Kau tidak boleh seperti itu terhadap kakakmu! akan kuantar kau kembali padanya," ujar Lengkukup sembari menarik paksa tangan Lee Nara."Berhenti! aku sudah memutuskan jika aku a