LOGINBeberapa minggu berlalu... Tian Fan menginjakkan kakinya di sebuah Kota yang bernama Daxia. Kota ini adalah salah satu kota besar yang ada di Benua Selatan yang berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Qin. Kota ini adalah kota kedua yang Tian Fan lalui dalam perjalanannya. Dari kota ini, Tian Fan hanya perlu waktu 1 minggu untuk sampai di Hutan Hitam. Sebelum sampai ke kota ini, Tian Fan tidak menemukan terlalu banyak masalah. Paling-paling hanya ada beberapa kelompok bandit dan murid dari sekte beraliran hitam yang tidak sengaja bersinggungan dengannya. Tentu saja Tian Fan membunuh mereka semua tanpa ampun. Dari mereka, dia mendapatkan beberapa harta yang cukup berharga. Koin emas dan beberapa tanaman spiritual yang cukup langka berhasil dia kantongi. Di sinilah Tian Fan sekarang, berdiri di depan gerbang besar yang akan membawanya masuk ke dalam Kota Daxia.Saat memasuki kota, Tian Fan dihentikan oleh para prajurit penjaga gerbang untuk meminta biaya pajak masuk kota. Tian Fa
Sekte Tapak Setan Tetua ketujuh muncul dari balik awan dan melesat turun menuju halaman besar Sekte Tapak Setan. Dari sana dia langsung bergerak menuju ke ruangan Patriak sekte untuk melaporkan semua yang telah terjadi di Kota Beifeng. Melewati jalan setapak yang cukup panjang hingga tiba di sebuah kediaman yang mewah, Tetua Ketujuh pun sampai dan langsung menghadap Patriak Sekte Tapak Setan. "Meng Cu, ada apa?" tanya Patriak Sekte Tapak Setan begitu melihat Tetua Ketujuh masuk ke dalam ruangannya. "Saya datang untuk melaporkan sesuatu, Patriak. Ini tentang Kota Beifeng, ada hal menarik yang saya temukan di sana," jawab Tetua Ketujuh. "Apa ini ada hubungannya dengan Klan Ye?" tebak Patriak Sekte Tapak Setan langsung pada intinya. Tetua ketujuh mengangguk."Sebagian memang tentang itu, Patriak." "Sebagian? Hmm, ada hal lain, yah. Kalau begitu ceritakan semuanya kepadaku," pinta Patriak Sekte Tapak Setan yang cukup tertarik dengan laporan kali ini. "Hal pertama yang harus Anda ta
Patriak Ye menatap nanar Tuan Kota yang dari dahulu sampai saat ini masih tetap lebih kuat darinya. Inikah takdirnya, takdir sebagai orang yang selalu kalah dari sahabat lamanya itu. Sembari memegang dadanya yang sesak, pria tua itu mulai berbicara."Kau memang selalu menjadi yang terkuat di antara kita. Hahaha, seharusnya aku mendengarkan apa yang guru katakan dahulu, sekeras apapun aku berlatih kemampuanku tidak akan pernah lebih baik darimu." "Apapun yang aku lakukan selalu tidak bisa melampaui pencapaianmu, selamanya aku akan terus berdiri di dalam bayang-bayangmu." "Kau selalu bisa menjadi lebih baik dariku. Keluarga, kau punya itu dahulu. Aku hanyalah seorang anak yang hidup sebatang kara," ujar Tuan Kota menanggapi. "Sejatinya kita semua punya kekurangan masing-masing. Kau merasa dirimu lebih lemah dariku, sementara aku selalu iri karna kau punya keluarga yang selalu mendukungmu dalam keadaan apapun." "Keluarga? Hahaha..." Patriak Ye tertawa frustasi, dia melihat sekelil
Tian Fan mengangkat pedangnya dan menunjuk tepat ke arah Patriak Ye."Pak tua! Apa kau hanya akan mengoceh terus? Mengatakan ini dan mengatakan itu, kenapa kau tidak akui saja kesalahanmu, hah?" cecarnya. "Padahal kau hanya ingin membuat alibi agar kerja samamu dengan Sekte Tapak Setan tidak diketahui, kenapa harus memfitnah orang yang tidak mampu?" Patriak Ye menatap tak suka ke arah Tian Fan dan berkata."Kau tau apa, bocah? Banyak lagak sekali dirimu. Kalau saja tidak ada Klan Su di belakangmu, apa kau pikir kau masih bisa berdiri di sini?" "Klan Su? Hahaha, apa kau kira aku bergantung kepada mereka? Asal kau tau saja, bahkan tanpa Klan Su aku juga akan tetap berdiri di sini. Kau mengirim orang untuk membunuhku, apa kau kira aku akan diam tanpa membalasnya?" "Tch! Kalau begitu datanglah dan buktikan ucapanmu itu, bocah!" tantang Patriak Ye. Dengan para Tetua dan anggota klan yang ada, dia percaya hari ini Tian Fan pasti akan terbunuh. Tuan Kota yang ada di samping Tian Fan p
Klan Ye - Ruangan Pribadi Patriak Ye Keadaan ruangan Patriak Klan Ye benar-benar suram saat ini. Baru saja dia mendapat sebuah informasi bahwa salah satu rekannya telah tiada siang tadi. Menurut informasi itu, rekannya dibunuh oleh seorang pemuda yang diduga adalah Tian Fan. Selain karna masalah ini, dia juga dibuat murka lantaran nama besar cucunya yang telah tercoreng. Informasi akan kalahnya Ye Ling dari Tian Fan juga telah sampai di telinganya dan itu benar-benar membuat dia malu. Dua masalah yang datang dalam satu hari, Patriak Ye benar-benar tidak menyangka bahwa hari sialnya akan datang hari ini. "Bocah bernama Tian Fan itu benar-benar menyebalkan. Dia... dia benar-benar mengacaukan rencana Klan Ye kita!" ujar Patriak Ye geram. "Aku tidak mau tau bagaimanapun caranya kalian harus membalas bocah itu. Dia sudah terlalu banyak membuat masalah bagi kita." Para Tetua Klan Ye mengangguk patuh. Bukan hanya Patriak mereka saja yang geram dengan Tian Fan, semua anggota Klan Y
Kediaman Tuan Kota Wang Wei berdiri di depan gerbang kediaman bersama beberapa pelayan yang menemaninya. Dengan wajah penuh senyuman dan semangat yang tinggi, dia tengah menunggu kedatangan Tian Fan. Setelah pemuda itu menolong kakeknya, Wang Wei nampaknya benar-benar jatuh hati kepada Tian Fan. Pemuda itu tampan, berbakat, baik hati, dan ahli dalam pengobatan. Bagaimana mungkin wanita tidak tergila-gila kepadanya, bahkan Wang Wei yang selama ini dikenal cukup tertutup juga ada di dalamnya. "Itu, bukankah itu adalah kereta kuda dari Klan Su?" gumam gadis cantik itu tatkala melihat kereta kuda yang biasa Su Yixian gunakan datang mendekat ke arahnya. "Apa jangan-jangan Nona Muda Su juga ikut dengannya?" Dan benar saja, sesuai dugaan Wang Wei, Su Yixian memang ada di sana. Padahal gadis itu tak diundang, tapi entah bagaimana dia bisa datang bersama Tian Fan. Wang Wei kehilangan sedikit senyumannya, kedatangan Su Yixian berada di luar perkiraannya. "Tuan Muda! Selamat datan







