Share

9. Apa Yang Terjadi?

Satu purnama berlalu dengan cepat, dantian di dalam tubuh Abinawa sudah terbuka dengan sempurna. Bukan hanya dantian, tetapi beberapa Meridian kecil di dalam tubuhnya ikut terbuka.

Satu hal yang paling mengejutkan, yaitu Abinawa langsung memiliki tenaga dalam berjumlah besar di dalam tubuhnya. Abinawa juga merasakan jika tubuhnya terasa begitu ringan dan bertenaga.

Tidak lama setelah itu, sosok yang di tunggu Abinawa akhirnya tiba. Dia adalah Girih Fatih yang datang untuk menjemput dirinya. Namun sosok Girih Fatih langsung menghentikan langkah kakinya saat merasakan aura dan tenaga dalam milik Abinawa.

"Mustahil, bagaimana mungkin kau sudah memiliki satu jule tenaga dalam." Girih Fatih langsung di buat terkejut dan berdecak kagum saat menyadari jika saat ini Abinawa sudah berada di tingkatan pendekar ahli dan tidak terlalu jauh dari pendekar raja.

"Apakah ada yang salah denganku guru?" Tanya Abinawa saat melihat gurunya berdiri kaku.

Girih Fatih segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Meskipun benar-benar terkejut dengan kemajuan yang di tunjukkan oleh Abinawa, dia tidak boleh terlalu berlebih-lebihan memuji dan menyanjungnya atau hal itu akan berdampak buruk bagi Abinawa ke depannya.

"Aku ucapkan selamat atas keberhasilanmu Abinawa, tapi ini masih sangat jauh dari hasil yang aku bayangkan." Girih Fatih tampak sengaja mengatakan jika Lanting Damar gagal memenuhi ekspektasinya.

Hal itu tentu di karenakan dia tidak ingin sosok yang berpuas diri dan menjadikan dirinya sosok yang angkuh dan sombong.

"Aku akan berusaha keras lagi guru, aku tidak akan mengecewakan dirimu." Abinawa menundukkan kepalanya.

Girih Fatih yang mendengar jawaban dari Abinawa tersenyum puas. Dia semakin yakin dengan bakat dan kerendahan diri dari Abinawa akan membawa dirinya menjadi salah satu yang terkuat di generasinya.

Setelah itu, Girih Fatih langsung mengajak Abinawa untuk segera kembali ke kediaman. Dia ingin Abinawa memulihkan diri dan kondisinya, agar saat memasuki fase latihan jurus, Lanting dapat berkonsentrasi dengan penuh dan baik.

***

Tidak terasa, waktu berlalu dengan cepat. Tiga tahun sudah berlalu dengan sangat cepat dan tidak terasa.

Sosok pemuda gagah dan perkasa berdiri dengan tegap menghadap kepada seorang pria sepuh.

"Guru." Kata Abinawa.

"Kau sudah menyempurnakan semua ilmu kanuragan dan bela diri yang ku miliki, sudah saatnya kau menunjukkan dirimu pada dunia persilatan. Aku hanya berpesan satu hal, jangan gunakan apa yang ku ajarkan untuk menumpahkan darah membela kebatilan, akan tetapi gunakanlah untuk membela kebenaran sekalipun nyawa menjadi taruhannya." Jawab Girih Fatih.

"Aku mengerti guru, aku bersumpah demi langit dan bumi, aku tidak akan menggunakan ilmu kanuragan dan bela diri ini untuk menjadi penumpah darah dan pendekar haus darah." Abinawa bersujud di hadapan Girih Fatih untuk beberapa menit. 

"Aku pamit guru." Lanjut Abinawa.

Abinawa memeluk gurunya dengan erat, sebelum melangkahkan kakinya berjalan menjauh dari gua gubuk sederhana yang menjadi kediaman dan tempat tinggalnya dalam beberapa tahun silam.

Dengan ilmu meringan tubuh dan petunjuk jalan yang di berikan oleh Girih Fatih, dalam beberapa jam saja sosok Abinawa sudah berhasil keluar dari hutan Tambahulu, salah satu hutan yang tersembunyi di balik Barisan Bukit Juvi. Hanya segelintir saja orang yang mengetahui keberadaan hutan tersebut.

Tempat pertama yang di temui oleh Abinawa saat pertama kali keluar dari hutan adalah sebuah desa kecil yang berada di balik kaki Bukit Juvi.

"Tuan, jikalau aku boleh bertanya, apakah di desa ini menyediakan penginapan?" Tanya Abinawa.

"Tuan bisa menemukan sebuah penginapan di tengah desa, tapi aku sarankan lanjutan perjalanan anda saja tuan, karena desa sedang dalam keadaan tidak baik." Jawab pria itu.

Abinawa yang mendengar perkataan jawaban dari pria itu mengernyitkan dahinya, "Apa sedang terjadi di desa ini?" 

Pria itu tidak menjawab, dia hanya mengingatkan jika sayang dengan nyawa, maka segera tinggalkan desa ini. Setelah itu pria itu langsung berlalu meninggalkan Abinawa yang masih belum menemukan jawaban yang memuaskan.

Merasa penasaran dan tidak puas dengan jawaban pria tadi, Abinawa akhirnya tetap melanjutkan langkah kakinya memasuki desa dan mencari penginapan yang di maksud oleh pria tadi.

Benar saja, sebuah penginapan sederhana berdiri dengan megah di antara bangunan lainnya. 

"Aku rasa tidak ada yang salah dengan penginapan ini." Abinawa bergumam dengan pelan.

Setelah itu, Abinawa langsung melangkahkan kakinya memasuki bangunan penginapan tersebut. Tidak ada pelayan yang menyambut dirinya, bahkan penginapan ini terlihat sangat sepi dengan tamu dan pendatang. Tidak ada orang lain, kecuali seorang wanita paruh baya di meja tamu (Resepsionis).

"Aku ingin satu kamar, serta air beberapa mangkuk sup panas." Pinta Abinawa kepada wanita paruh baya itu.

Wanita paruh baya itu hanya diam, dia tampak ragu untuk menerima kedatangan dari Abinawa.

"Anak muda, apakah tidak ada orang yang memberimu peringatan untuk meninggalkan desa ini?" Tanya wanita paruh baya itu.

Abinawa yang mendengar hal itu, hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal untuk beberapa saat. "Tadi ada seseorang yang sama seperti dirimu yang menyuruhku untuk pergi, akan tetapi lihatlah langit begitu hitam dan sebentar lagi akan terjadi hujan besar, aku tidak mungkin melanjutkan perjalanan."

"Anak muda, terkadang hujan mungkin akan menjadi lebih baik, dari pada kau memilih untuk berteduh." Wanita paruh baya itu memberi peringatan kepada Abinawa untuk segera pergi.

Abinawa semakin kian bingung dan penasaran, sebenarnya apa yang terjadi di desa ini. Bahkan pemilik penginapan ini saja seakan mengusir dirinya untuk segera pergi.

"Nyonya, aku hanya ingin menginap satu malam saja ... Esok pagi aku akan lekas meninggalkan desa ini secepat yang aku bisa." Jelas Abinawa.

Wanita paruh baya hanya bisa tersenyum getir dan memberikan satu kunci kamar kepada Abinawa, "Aku sudah memberikan peringatan, tapi kau mengabaikannya ... Jadi jika terjadi yang tidak kau inginkan jangan menyalakan diriku."

Abinawa menganggukkan kepalanya dan langsung berjalan menuju kamar yang berada di lantai dua. Dia tidak terlalu khawatir, selama bahaya yang datang tidak terlalu kuat, maka dia merasa masih bisa untuk mengatasinya.

Sebuah kamar sederhana, lengkap dengan dipan menjadi tempat istirahat bagi Abinawa.

"Sudah lama sekali rasanya tidak merasakan kenikmatan tempat tidur."

Sebelum menutup matanya, Abinawa memilih untuk melakukan olah pernafasan terlebih dahulu untuk menstabilkan tubuhnya.

Abinawa melakukan olah pernafasan selama kurang lebih 2 jam. Konsentrasi Abinawa terganggu saat merasakan beberapa aura menyebar tidak terlalu jauh dari tempat dirinya menginap.

"Aura hitam, kenapa terasa begitu dekat ... Apa mungkin hal inilah yang membuat warga desa ini mengusir diriku." Abinawa bergumam dengan kecil.

Karena merasa penasaran, Abinawa memilih untuk berjalan keluar dan melihat apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Leta Hutasoit
ya ini mah harus bayar padahal ceritanya seru banget
goodnovel comment avatar
Che Sukri
pancing duit orang saja.
goodnovel comment avatar
Achmad Syakir
rekomendasi banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status