Share

8. Latihan II

Matahari bersinar dengan terang, memberikan penerangan bagi seluruh dunia. Sejuknya angin pagi menambah kesan indahnya suasana pagi ini.

Abinawa sudah sejak pagi berada di lapangan bersiap untuk berlatih. Girih Fatih yang melihat hal itu, tentu tersenyum riang.

"Ku lihat kau sangat bersemangat sekali Abinawa." Kata Abinawa.

"Tentu saja guru, aku sudah tidak sabar untuk dapat menyimpan tenaga dalam di tubuhku dan menjadi seorang pendekar." Abinawa menjawab dengan semangat.

Girih Fatih yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum lembut. Dia lantas menjelaskan jika proses yang harus di lalui oleh Abinawa masih panjang.

"Kau harus menguasai dasar bela diri terlebih dahulu, baru setelah ini kita memulai tahap penyimpangan tenaga dalam." Pinta Abinawa.

Abinawa yang mendengar hal itu, tentu membuat dia kecewa. Namun, hal itu tidak membuat dia mundur.

"Tidak usah khawatir, semakin cepat kau menguasai dasar bela diri, maka semakin cepat pula kau untuk dapat menyimpan tenaga dalam." Kata Abinawa.

"Aku akan dengan cepat menguasai dasar bela diri guru ... Aku akan menyelesaikannya dengan cepat." Sahut Abinawa dengan semangat dan bergelora.

Girih Fatih dengan segera langsung memulai dengan kuda-kuda dasar dan tendangan. Kuda-kuda dasar terbagi menjadi 20 bagian. Sementara tendangan di bagi menjadi 4 bagian, yaitu tendangan depan, tendangan samping, tendangan sabit dan tendangan cangkul.

Teknik dasar dapat di lalui dengan cepat oleh Lanting Damar, hal itu tentu membuat Girih Fatih tersenyum puas. Sosok Abinawa benar-benar menunjukkan jika dirinya memiliki bakat bela diri dan olah kanuragan.

"Luar biasa, hanya dalam waktu tiga hari saja, kau sudah menguasai dasar dengan tingkat penguasaan sempurna." Girih Fatih tanpa sungkan memberikan pujiannya kepada Abinawa.

"Itu semua berkat bimbingan dan arahan dari guru." Kata Abinawa.

Girih Fatih yang mendengar jawaban dari Abinawa merendah membuat dia merasa tidak salah dalam mengangkat murid.

Setelah mampu menguasai dasar, Abinawa juga harus dapat mempelajari macam-macam variasi tendangan dan di tambah pukulan. Selain itu, Abinawa juga harus mempelajari tangkapan dan elekan.

"Tangkapan dan elekan adalah dua hal yang wajib di miliki oleh seorang pendekar." Jelas Girih Fatih.

Girih Fatih menjelaskan jika dua hal ini sama pentingnya dengan dasar dan kekuatan fisik. Karena jika seorang pendekar memiliki tangkapan dan elekan yang bagus, maka reflek akan mengikuti. Sehingga membuat seorang pendekar menjadi tanpa tanding dan tidak tertandingi.

"Kau harus mempelajari dua hal ini dengan sempurna, karena dua hal inilah yang akan menentukan nasib dirimu di masa depan." Pinta Girih Fatih kepada Abinawa.

Abinawa menganggukkan kepala dengan semangat. Dia tentu menjadi begitu bersemangat, karena sadar jika dia berusaha dengan maksimal, maka dia akan mendapatkan hasil yang dia bayangkan.

Girih Fatih memulai latihan tangkapan. Abinawa memulai dengan pelan, dia langsung berjalan di atas batang pohon yang memanjang membelah lebarnya sungai. Sepanjang jalan itu pula, dirinya harus dapat menangkap setiap apel yang di lemparkan oleh Girih Fatih.

Selain melatih tangkapan, tanpa sadar Abinawa juga melatih keseimbangan tubuh. Abinawa melewati semua itu dengan cepat, dia menghabiskan waktu satu purnama.

Selama kurang lebih satu purnama, Abinawa sudah menguasai tangkapan dan keseimbangan tubuh sampai penguasaan mahir.

"Baik, aku rasa sudah cukup untuk latihan tangkapan. Selanjutnya yaitu latihan elekan, ini akan jauh lebih rumit." Kata Girih Fatih.

Girih Fatih lantas mengajak Abinawa untuk meninggalkan sungai dan menuju ke dalam hutan. Ternyata di sana sudah ada puluhan batang kayu yang di tancapkan bersusun rapi.

Abinawa yang sadar akan hal itu, langsung melompat dengan segera ke atas batang kayu itu dan segera memasang kuda-kuda tarungnya.

"Kau sangat cepat memahaminya." Kata Girih Fatih. 

"Tugasmu hanya mengelak setiap lemparanku ini, tidak perlu menangkapnya. Kau mengerti bukan?" Lanjut Abinawa.

Abinawa menganggukkan kepalanya dengan segera. Abinawa menarik nafas berlahan dan menghembuskan kembali secara berlahan.

Detik kemudian, puluhan kerikil kecil melesat dengan cepat ke arah Abinawa. Abinawa yang melihat hal itu, tentu dengan segera berusaha sebisa mungkin untuk menghindar.

Namun, kecepatan dari kerikil itu gagal untuk di imbangi dan di hindari dengan kecepatan menghindar dari Abinawa. Alhasil Abinawa harus puas melihat tubuhnya dengan cepat di penuhi oleh luka, akibat serangan dari kerikil tersebut.

"Akhhh ... " Abinawa meringis kesakitan dan merasakan nyeri di beberapa bagian lukanya itu.

Girih Fatih yang melihat hal itu hanya tersenyum tipis, "Kau harus lebih cepat, jika tidak ingin mengalami luka setiap harinya."

Abinawa yang mendengar hal itu, hanya bisa pasrah dan menghela nafas panjang. Dia sudah dapat membayangkan jika dalam beberapa hari ke depan, tubuhnya tidak akan terbebas dari luka.

Benar saja, Abinawa harus merelakan satu purnama lebih untuk dapat menyelesaikan latihan elekan tersebut, lengkap dengan tubuh yang di penuhi bekas luka.

"Aku ucapkan selamat, karena kau sudah berhasil menyempurnakan latihan dariku ini, sekarang inilah saat yang paling kau tunggu ... Membuka dantian dan membuatmu mampu menyimpan tenaga dalam ... "

Abinawa yang mendengar hal itu, tentu langsung melonjak girang. Dia sungguh tidak pernah menduga jika hari akhirnya tiba pula.

"Ikutlah denganku, langkah pertama yaitu Tapa Brata. Berhasil tidaknya ini tergantung pada dirimu sendiri ... " Girih Fatih langsung mengajak Abinawa menuju sebuah air terjun yang berada di hulu sungai.

Abinawa cukup terkejut saat mengetahui ada air terjun di sekitar tempat mereka latihan selama ini.

"Bertapalah selama satu purnama, aku yakin satu purnama sudah lebih dari cukup untukmu membuka dantian ... " 

Tidak terlalu banyak bertanya, Abinawa langsung melompat ke  atas bagi yang berada di tengah-tengah air terjun tersebut. Dia langsung mengambil posisi duduk bersila.

"Aku akan menjemputmu satu purnama ke depan, aku harap kau berhasil membuka dantian di dalam tubuhmu." Girih Fatih menepuk pundak Abinawa dengan yakin jika Abinawa akan menyelesaikan semuanya.

"Guru tidak usah khawatir, aku akan melakukan yang terbaik dan tentunya tidak akan pernah mengecewakan guru." Kata Abinawa dengan penuh semangat.

Setelah Girih Fatih menghilang dari pandangan, Abinawa langsung menutup matanya memfokuskan dirinya untuk membuka dantian dan membuat tubuhnya dapat menyimpan tenaga dalam, agar membuat dia dapat menjadi pendekar pilih tanding ataupun bukan tidak mungkin tanpa tanding di seluruh daratan.

Abinawa benar-benar memfokuskan dirinya pada Tapa Bratanya dan melupakan sejenak mengenai kerasnya dunia dan kehidupan. Abinawa benar-benar bertekad untuk dapat membuka dantian dengan cepat, agar dapat memberikan kebanggaan pada sosok gurunya dan membuktikan jika Girih Fatih tidak salah mengangkat dirinya menjadi murid selama ini.

Dalam beberapa hari ke depan, tubuh Abinawa mulai di selimuti oleh sinar atau kilau cahaya berwarna merah dan biru yang menyelimuti tubuh Abinawa.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Budi Mardi
1 bulan purnama bertapa dgn tdk makan n minum dibawah guyuran air terjun, apa tdk modar?? cerita yg betul fantasi n tdk masuk akal, apalagi blum bisa tenaga dalam ataupun kutivasi.. Author novel ini sungguh sangat bodoh, tolol. otakmu penuh tai..!!!!
goodnovel comment avatar
Nanda Pangestu
tolong nama tokonya
goodnovel comment avatar
Achmad Syakir
tubuh abinawa diselimuti cahaya putih dan biru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status