Home / Fantasi / Legenda Pendekar Biru / Bab 109 Sisi Lain Dari Lintang

Share

Bab 109 Sisi Lain Dari Lintang

Author: Pujangga
last update Last Updated: 2025-08-16 19:09:53

“Lepaskan katamu? Jangan bercanda, hahaha,” Lintang tertawa.

Walau lebih dari 10.000 pasukan mengepungnya, Lintang masih berdiri tenang sembari memegangi leher Raden Dahlan.

“Lantas apa mau, Ki Sanak?” teriak Adipati Rateja.

Tangannya bergetar memegang tombak bersiap akan memenggal leher Lintang.

Sementara Raden Dahlan hanya dapat diam mematung, dia tidak lagi berani berbicara karena sadar bahwa Lintang ternyata seorang pemuda gila.

“Aku akan menunjukan padamu apa itu keadilan,” ungkap Lintang menyeringai lebar.

“Maksudmu?” Adipati Rateja mengerutkan kening.

“Hihihihihi,” Lintang terkekeh.

Kemudian__Krak! KyAaaaaa!

Lintang dengan kejam mematahkan satu tangan Raden Dahlan membuat pemuda itu langsung berteriak histeris.

“Ka-kau ...?” Adipati Rateja terbelalak tidak percaya.

Kakinya mulai melangkah berniat melesat menyerang Lintang, tapi pemuda itu dengan sigap kembali memegang tangan Raden Dahlan yang lain sehingga sang Adipati terpaksa harus mengurungkan niatnya.

Sementara para pasukan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 111 Danau Mayit Bagian 2

    Balada, Ki Larang, dan Balangbang sungguh terkejut mendapati danau yang tadi mereka lihat kini tiba-tiba ada di depan mata.Padahal saat menghentikan kereta, jarak danau tersebut masih sekitar 2 kilo lagi.Tapi kini letak kereta berada tepat di tepi danau, membuat Balada, Ki Larang, dan Balangbang serentak terbelalak tidak percaya.Jaka di belakang yang merasa ada kejanggalan pun segera turun dari kereta.Namun sama seperti halnya Balada, dia juga langsung melebarkan mata tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Begitu juga dengan Nindhi, Wirusa, Gendis, Kitri dan Yamuna. Mereka bahkan langsung menganga tidak kuasa menahan keterkejutan.“A-a—ada apa ini?” Wirusa terbata.Belum sempat Balada atau Ki Larang menjawab, langit cerah di atas tiba-tiba saja menjadi gelap membuat semua orang semakin terperangah keheranan.“Berkumpul!” teriak Balada menyadarkan perhatian mereka.Wush! Wush! Wush!Jaka dan yang lain segera berlompatan menghampiri Balada, mereka langsung mencabut pedang bersiap

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 110 Danau Mayit

    Kerajaan Saba adalah wilayah besar yang bersebelahan dengan kerajaan Manggala, sementara di bagian timur terdapat kerajaan lain bernama Ateja.Ki Keling dan Cantika waktu itu ternyata bersembunyi di sebuah desa bernama Lembu.Desa itu berada diperbatasan antara nagari Saba dan nagari Ateja. Sehingga saat Lintang bertanya, Cantika mengatakan bahwa dia berpisah dengan kakeknya di Nagari Saba.Hiyahh! Hiyah! Hiyahhhh!Ki Larang memacu kuda dengan sangat cepat. Begitu pula dengan Jaka yang membawa kereta barang di belakangnya.Semenjak kedekatan mereka semakin terjalin, Balada dan teman-temannya tidak lagi berlari, tapi mereka juga ikut menaiki kereta.Balada dan Balangbang ikut menaiki kereta putri Widuri, mereka duduk di bangku kusir bersama Ki Larang.Sementara Nindhi, Wirusa, Bagas, gendis, Kitri, dan Yamuna menaiki kereta barang bersama Jaka.Sedangkan Cantika Ayu ikut di dalam kereta putri Widuri. Gadis itu dibaringkan di bangku mewah di samping tempat duduk Widuri.Hiyahh! Hiyah! H

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 109 Sisi Lain Dari Lintang

    “Lepaskan katamu? Jangan bercanda, hahaha,” Lintang tertawa.Walau lebih dari 10.000 pasukan mengepungnya, Lintang masih berdiri tenang sembari memegangi leher Raden Dahlan.“Lantas apa mau, Ki Sanak?” teriak Adipati Rateja.Tangannya bergetar memegang tombak bersiap akan memenggal leher Lintang.Sementara Raden Dahlan hanya dapat diam mematung, dia tidak lagi berani berbicara karena sadar bahwa Lintang ternyata seorang pemuda gila.“Aku akan menunjukan padamu apa itu keadilan,” ungkap Lintang menyeringai lebar.“Maksudmu?” Adipati Rateja mengerutkan kening.“Hihihihihi,” Lintang terkekeh.Kemudian__Krak! KyAaaaaa!Lintang dengan kejam mematahkan satu tangan Raden Dahlan membuat pemuda itu langsung berteriak histeris.“Ka-kau ...?” Adipati Rateja terbelalak tidak percaya.Kakinya mulai melangkah berniat melesat menyerang Lintang, tapi pemuda itu dengan sigap kembali memegang tangan Raden Dahlan yang lain sehingga sang Adipati terpaksa harus mengurungkan niatnya.Sementara para pasukan

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 108 Pelajaran

    Setelah mendengar pengakuan Lintang, sang pemilik penginapan tidak lagi berani berbicara.Dia mundur memberi jalan agar Lintang bisa keluar, sementara para pelayan menggeleng tidak habis pikir.“Dia pasti mati,” gumam sang pemilik penginapan di dalam hati.Lintang mampu mendengar itu, tapi dia tidak peduli. Alih-alih takut, Lintang malah kembali bersiul, berjalan menuju pintu seakan tidak memiliki beban.“Dasar bocah gila,” sang pemilik penginapan menggeleng.Kreeeeet!Lintang membuka pintu utama penginapan, menunjukan diri kepada Raden Dahlan dan semua pasukannya.“Hahahahahaha, akhirnya kau muncul juga pemuda siluman!” Raden Dahlan tertawa senang.Begitu juga dengan 11 berandal yang bersamanya, sementara para prajurit yang tadi menyebar segera berkumpul mengelilingi halaman penginapan sembari menghunuskan tombak dan pedang ke arah Lintang.“Sudah beruntung kemarin kau tidak mati di tanganku dasar pemuda manja. Namun sayang ternyata dirimu tetap ingin kuhajar, baiklah!” ucap Lintang

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 107 Pasukan Kadipaten Talang Bayang

    Pagi hari saat Lintang bangun dari peristirahatannya, dia dikejutkan dengan 1600 prajurit kadipaten yang mengepung penginapan.Waktu itu Balada, Cantika, Ki Larang, Wirusa dan yang lain sudah tampak panik di dalam kamar.Mereka tidak percaya masalah di rumah makan ternyata akan berbuntut sebesar ini.“Akhirnya kau bangun juga, adik nakal. Sial! Tidurmu begitu lelap seperti bangkai,” umpat Balada.“Hihihihi, aku lelah sekali kak. Ini juka karena si gadis galak itu,” tunjuk Lintang ke arah wajah Cantika.“Cih!” Cantika langsung membuang pandangan.Putri Widuri dan Nindhi terlihat tidak suka terhadap Cantika, tapi mereka tidak berani mengatakan apa-apa karena tidak mau Lintang kecewa.“Ini terlalu banyak, senior. Sekarang bagaimana?” tanya Balangbang bingung.Mereka masih bersembunyi di dalam kamar karena tidak tahu entah harus melakukan apa.“Para berandal sialan itu ya,” Lintang menarik napas dalam seakan sedang memikirkan sesuatu.“Kita tidak bisa lari dari mereka. Baiklah! Biarkan ak

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 106 Mahluk Astral

    Cantika Ayu memang memiliki watak keras, kejam, serta haus akan darah. Tapi sebagai seorang wanita, dia juga sesungguhnya memiliki kelembutan hati serta rapuh akan rasa sakit.Terbukti, kali ini Cantika benar-benar menunjukan sisi lain pada dirinya. Gadis itu menangis lirih di dalam pelukan Lintang.“Sekte Iblis Darah?” Balada, Ki Larang dan yang lain sama-sama melebarkan mata tidak pernah mendengar nama organisasi semacam itu.Bagi Lintang sendiri, nama iblis sudah tidak asing di telinganya, dia bahkan memiliki beberapa teman dari bangsa iblis di dalam pusaka pagoda. Pusaka masa lalu yang bisa ia panggil ketika telah mencapai tingkat kanuragan tertentu.Namun pusaka itu masih tersimpan di dalam dunia dimensi yang belum bisa dirinya buka.Tapi mendengar kata iblis dari mulut Cantika, Lintang langsung mengerti bahwa di dunia ini juga ternyata ada mahluk-mahluk astral layaknya di semesta Narapada dan Mayapada.Ini membuktikan bahwa alam para dewa juga pasti sangat dekat, membuat Lintang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status