Share

Bab 849

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-28 20:09:33

Panglima Suma tidak tahu entah sejauh mana kesaktian Anjeli, namun dari sorot matanya, Gadis itu sepertinya memang tidak main-main dengan ucapannya.

“Ayolah paman! Paman tidak asyik, cepat katakan apa paman mau semua musuh paman mati atau tidak?” desak Anjeli.

Di tengah rasa bingung, takut, keheranan, penasaran, dan sakit yang mendera, panglima Suma pada akhirnya mengangguk menerima penawaran dari Anjeli.

Melihat hal tersebut, sosok Anjeli seketika lenyap dari pandangan. Dia keluar dari balik kepulan asap hitam dan langsung membantai semua pasukan yang ada di sana.

Gerakan Anjeli amat sangat cepat sehingga tidak ada satu pun mata yang mampu melihatnya.

Anjeli cukup menyentuh tubuh musuh, kemudian tubuh mereka akan langsung meledak menjadi serpihan.

Bum! Bum! Bum! Bum! .... Bum!

Pendekar Samba bersama para panglima dan semua pasukannya mematung melebarkan mata, tatkala menyaksikan satu persatu pasukan musuh hancur tanpa sebab.

Tidak ada wajah yang tidak memucat melihat itu, semua orang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1027

    Hoss! Hoss! Hoss!Napas sang mahluk tidak terlihat terus berhembus layaknya badai, menerpa tubuh Lintang.Dia cukup terkejut karena Lintang seperti tidak memiliki ketakutan, bahkan mahluk tersebut mengira Lintang tidak mengetahui keberadaannya.Sampai ketika Lintang membuka suara, dia langsung mundur menjauh.“Oyyy jelek, napasmu begitu bau!” ungkap Lintang sembari mengibaskan punggung tangan tepat di depan hidungnya.“Grrrrrrr!” sang mahluk tidak terlihat menggeram, mencengkramkan cakarnya pada dasar bebatuan, membuat permukaan goa terbelah mengalami retakan dalam.“Hahahaha, mahluk lain mungkin saja tidak mampu melihatmu. Tapi aku, sedari awal aku bisa merasakan keberadaanmu. Dasar kadal berkaki pendek!” Lintang tertawa terbahak bahak.Ternyata sedari tadi, Lintang sudah mengetahui kehadiran mahluk tersebut.Tidak hanya kehadirannya, tetapi Lintang juga mampu memperkirakan tinggi tubuh, kekuatan, bahkan bentuk wujudnya, membuat sang mahluk asing terperangah tidak percaya.“Grrrrrr!”

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1026

    Dengan menggunakan mata batin, Lintang maupun raja Mulu, pangeran Arundia dan yang lain mampu menemukan lokasi yang menjadi sumber aura sihir.Mereka semua berlompatan terjun ke dalam lautan, kemudian menyelam sampai mencapai dasar.Seperti dugaan Lintang, laut hitam memang berupa laut dangkal yang kedalamannya hanya mencapai 90 meter.Jadi tidak heran jika manusia biasa seperti prajurit kerajaan atau nelayan mampu menjangkaunya, karena tekanan air yang bisa ditahan oleh tubuh manusia normal mencapai kedalaman 130 meter.Namun jika lebih dari itu maka akan terjadi kegagalan fungsi organ seperti detak jantung menurun bahkan berhenti, pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah akan melambat serta paru-paru akan berkompresi, seluruh sel darah di dalamnya akan mengembang, menyebabkan penumpukan, membuat dada akan terasa amat sesak.Bahkan jika jauh lebih dalam, gendang telinga manusia akan robek, tulang belulangnya akan remuk terhimpit tekanan air, membuat semua organ yang ada di dala

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1025

    “Ini bukan salah siapa-siapa, tetapi kita sepertinya sudah tiba di wilayah laut hitam,” ungkap Lintang membuat semua orang terkejut, tak terkecuali dengan Garu dan Pangeran Arundia.“La-laut hitam? Ta-tapi mengapa air laut di bawah tidak berwarna hitam, ayah? Bu-bukankah kata ayah sebelumnya ....,” pangeran Arundia langsung berdiri mengerutkan kening, mengedarkan pandangan ke arah lautan lepas.Begitu pula dengan Samhu, Limo, Raja Kancradaka, dan Garu.Namun mereka tetap tidak menemukan apa pun, selain hamparan air dan gelombang yang hampir nampak sama di setiap pandangannya.Tetapi tidak lama, Asgar tertawa terbahak bahak, melepaskan ketegangan yang selama ini dia rasakan.“Hahaha, sudah kubilang ini bukan salahku sialan,” ujar Asgar kegirangan karena selain bisa terbebas dari omelan Lintang, dia juga telah berhasil mematahkan kutukan yang membuat dirinya kerap dijuluki si ular tukang tersesat.Waktu itu Asgar sungguh merasa tidak bersalah, dimana saat memegang kemudi, Asgar memang t

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1024

    Kapal yang pangeran Arundia tumpangi terus berlayar ke arah tenggara, mencari sebuah lautan yang airnya berwarna hitam.Selama tiga hari tiga malam, pangeran Arundia bersama Asgar, Limo, Garu, Samhu, dan Raja Kancradaka tidak berhenti mengedarkan pandangan.Mereka secara bergantian terus mengamati samudra, berharap apa yang ditujunya lekas tercapai.Namun letak laut hitam memang sangat jauh, sehingga dengan kecepatan cahaya sekali pun masih belum ditemukan.Dan selama itu pula Lintang bersama putri Shalya tidak pernah keluar dari kamarnya.Bahkan tidak ada satu pun yang mampu merasakan energi mereka seakan keduanya telah hilang berpindah alam.Akan tetapi baik pangeran Arundia, Asgar atau yang lain. Mereka tidak berani mencarinya, dimana sebelum berpisah, Lintang pernah berkata untuk tidak mengganggu dia saat sedang beristirahat.Bagi pangeran Arundia, Asgar, dan semua yang ada di geladak kapal, hal itu tidak masalah karena mereka tahu dengan apa yang akan dilakukan oleh dua orang dew

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1023

    “Baguslah, ayo!” Lintang segera mengibaskan tangan kegirangan, dia menciptakan portal dimensi menuju kapal.Kemudian setelah itu, dia menyambar tubuh putri Shalya memasuki portal tersebut, membuat keduanya seketika berpindah tempat ke ruang peristirahatan Lintang.Di sana terdapat sebuah pembaringan besar lengkap dengan meja dan kursi berisi makanan.Sedangkan di salah satu dinding, lubang-lubang ventilasi menghadap langsung ke lautan, membawa udara segar yang menenangkan.Cahaya rembulan menerobos masuk melalui lubang-lubang tersebut, membuat ruangan kamar nampak temaram walau tidak menyalakan lampu minyak.Putri Shalya kala itu yang masih canggung kepada Lintang langsung berbaring di atas kasur, sedangkan Lintang masih memandangi lautan dari celah lubang.Setelah meneguk secangkir air yang ada di atas meja, Lintang pun mulai beranjak menghampiri pembaringan.Dia terlentang menatap langit-langit ruangan yang tersusun dari deretan kayu oak yang nampak lusuh termakan usia.“Haah! Hidup

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1022

    “Hahaha, kanda salah, maaf sayang,” Lintang kembali tertawa canggung. Akan tetapi putri Shalya masih merajuk mengembungkan kedua pipinya.Sesaat suasana lagi-lagi menjadi hening, namun tidak lama setelah itu, Lintang dan Putri Shalya tertawa bahagia secara bersamaan.“Baiklah! Karena dinda tidak bisa berenang, jadi kita mandi di pinggiran saja, ayo!” Lintang melepas celananya, membuat wajah Putri Shalya seketika merona karena melihat sesuatu yang menggantung di antara kedua kaki Lintang.“Aaaaa!” Putri Shalya menjerit terkejut, dia menutup wajah cantiknya menggunakan kedua tangan.“Haais, dasar wanita,” Lintang bergumam menggeleng.Kemudian tanpa rasa malu, Lintang mulai melenggang memasuki sungai. Sementara putri Shalya masih berdiri di tepi dengan tubuh yang gemetaran.Namun jari-jemari di wajahnya sedikit demi sedikit mulai terbuka, mengintif apa yang sedang dilakukan Lintang.“Ka-kanda,” putri Shalya mendapati Lintang sedang asik mandi sendiri.Dia ingin bergabung bersama suaminya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status