Share

04. Perjamuan

last update Last Updated: 2023-11-20 23:11:19

Sementara itu, selepas senja, acara perjamuan akan segera dimulai.

Para tamu undangan mulai bersiap-siap untuk memasuki tempat yang telah ditentukan. Para kepala keluarga diiringi istri dan putra putrinya datang dengan pakaian kebesaran dari masing-masing keluarga.

Para pria berpenampilan segagah mungkin dan para gadis bersolek secantik-cantiknya agar terlihat paling menarik di antara semua yang hadir dalam acara tersebut.

Para tamu itu pun segera menata diri di tempat yang telah disediakan oleh penyelenggara. Mereka dilayani dengan sangat istimewa oleh para pelayan berseragam khusus dari Keluarga Guo tanpa terkecuali.

Para tuan muda berpakaian hanfu mewah duduk bersama di belakang meja untuk pria. Barisan meja para nona berada dalam jarak lima hasta dari hadapan meja para pria. Mereka saling tersenyum menampilkan keramahan masing-masing, meskipun ada juga yang bersikap dingin dan hanya menganggukkan kepala sebagai balasan jika ada yang menyapanya.

"Tuan Guo Jin beserta Nyonya memasuki tempat perjamuaan!" Suara lantang seorang pria yang ditunjuk untuk menjadi juru bicara membuat semua yang hadir pun segera menoleh ke arah  dua orang paling penting dalam di Keluarga Guo.

Guo Jin dan istrinya datang diiringi oleh empat orang pelayan wanita dengan mengenakan hanfu berbahan sifon berwarna kuning pucat sebagai seragam khusus.

Senyum cerah terkembang di bibir pasangan suami istri yang sudah memasuki usia lima puluh tahunan itu. Keduanya berjalan sembari menganggukkan kepalanya ke arah para tamu.

Guo Jin dan Huo Rong yang merupakan kakak kandung Huo Lin istri dari Shen Ming, berjalan menuju ke belakang sebuah meja yang terletak paling ujung menghadap barisan meja para tamu.

Guo Jin berdiri sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan berbicara dengan suara lantang berwibawa untuk memulai acara perjamuan, "Selamat datang saya ucapkan kepada para Tuan dan Nyonya Besar semua! Selamat datang saya ucapkan juga kepada para Tuan Muda yang gagah rupawan, beserta para Nona yang cantik jelita! Terima kasih saya ucapkan kepada para tamu yang terhormat atas kehadirannya dalam acara perjamuan ini!"

Guo Jin pun tersenyum sumringah.

Para tamu berseru serentak seraya mengepalkan tangan mereka. "Terima kasih kembali, Tuan Rumah yang terhormat!" 

"Ya, ya, ya." Guo Jin terkekeh, menganggukkan kepala dan kemudian mengangkat cawan yang terbuat dari logam kuningan berbentuk lonceng.

Seorang pelayan wanita dengan sigap namun hati-hati segera menuangkan arak dari poci keramik berwarna biru muda hingga terisi hampir penuh. Guo Jin memegang cawan berisikan arak beras berkadar alkohol rendah dengan kedua telapak tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Mari kita mulai acara perjamuan ini dengan bersulang bersama!" Guo Jin mengacungkan cawan arak kepada semua tamu yang masih berdiri kemudian meneguk hingga habis isi dari cawannya.

Para tamu pun melakukan hal yang sama, guna menghormati sang pemilik rumah. Mereka meminum arak dalam cawan masing-masing sampai tak tersisa sedikit pun. Guo Jin lalu berseru, "Mari! Saya persilahkan untuk kembali duduk, wahai para Tuan dan Nyonya semua!"

"Mari, mari!" ucap beberapa tamu.

Semua orang kembali duduk di tempat masing-masing.

"Silahkan Tuan-Tuan dan Nyonya sekalian untuk menikmati hidangan ala kadarnya ini, dan maafkanlah kami jika mungkin ada yang kurang berkenan atau sajian dari kami jauh dari kata layak," ujar Nyonya Huo Rong sembari tersenyum ramah.

"Terima kasih, Nyonya Guo. Semuanya sudah lebih dari cukup dan sangat istimewa bagi kami," sahut nyonya dari Keluarga Shi.

"Maaf, Tuan Guo. Jika boleh saya bertanya, ada gerangan apakah yang membuat Anda mengadakan acara perjamuan besar dan mewah ini?" tanya Xiao Jun, sang kepala Keluarga Xiao yang duduk bersebelahan dengan pria bernama Yu Shan.

"Benar, Kakak Guo. Terus terang saja, kami menjadi sedikit terkejut dengan undangan yang cukup mendadak ini," kata Shi Gao yang merupakan calon besan dari Yu Shan.

Sambil membelai jenggot panjangnya Guo Jin menjawab, "Oh itu."

Dia pun terkekeh. "Maafkanlah kami atas undangan yang sangat mendadak ini. Kami mengadakan perjamuan dengan mengundang Tuan beserta keluarganya untuk hadir di kediaman Guo sebagai ungkapan rasa syukur yang tak terhingga atas anugrah dari Dewa pada keluarga kami," jawabnya sambil mengelus jenggotnya.

"Anugrah dari Dewa? Anugrah apakah itu, wahai Kakak Guo?" Shi Gao bertanya pada sang kepala Keluarga Shi.

"Apakah itu berupa hadiah dari Yang Mulia Kaisar? Aku mendengar kabar angin, jika Han'er baru saja diangkat menjadi seorang jenderal. Apakah kabar itu benar, Kakak Guo?" tanya Xiao Jun lagi.

Guo Jin terdiam.

Hanya saja, itu tak lama.

Dia kembali tertawa kecil dan menjawab, "Benar sekali, Adik Xiao. Sepertinya, tak ada suatu hal yang tak luput dari pengawasanmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
thelastyoungmaster
world building yg bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   118. TIGA HARI PENENTUAN

    Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   117. Pikiran Kotor

    Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   116. Gagal Berduel

    Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   115. Pedang Ganda Ada Dua Pasang?

    Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   114. Dia Tahu Namaku?

    Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   113. Salah Paham

    "Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status