"Jika itu adalah suatu hal yang meresahkan hati ibu dan ayah, maka Qing Yuan ini hanya perlu bertindak tanpa harus bertanya apa alasannya." Qing Yuan menjawab tanpa keraguan sedikit pun.
Qing Fuyu membelai rambut anaknya dan menangkupkan kedua tangannya di pipi Qing Yuan. "Bagus! Bagus, Anaku! Ibu suka atas sikapmu, Ah Yuan-ku!""Suatu saat kamu akan mengerti, mengapa ibumu ini sangat menginginkan Yu Shan mati di tanganmu," ujarnya lagi sembari menatap dalam-dalam pupil mata sewarna giok hitam dari Gunung Que milik anak lelakinya."Bunuh Shen Ming untuk laoshi!" geram Qing Yuan dalam hati. "Dan bunuh Yu Shan untuk ibu!""Habisi semua orang bermarga Shen!" teriak hati Qing Yuan. "Habisi juga semua orang dari Marga Yu!"Suara-suara dari ayah angkat dan ibunya bagai memenuhi kepala Qing Yuan.Suara itu bagai terus mendesak dan menuntutnya untuk segera bertindak malam itu juga.
"Shen Ming, Yu Shan! Aku, Yang Yuan yang akan menghabisi kalian atas nama ibu dan guruku!" gumam Qing Yuan dengan gigi saling bergemerutuk.Pemuda itu lalu mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menyeringai sinis. Wajah tampan itu seketika dipenuhi oleh aura pembunuh yang sangat menakutkan. "Kalian tunggulah kedatanganku! Aku akan mencabut kepala kalian berdua dan mempersembahkannya untuk ibu dan guruku!"Qing Yuan kemudian tertawa lepas berkepanjangan. Suaranya bagai membelah langit yang mulai berhiaskan warna jingga. Senja itu, telah tersusun sebuah rencana pembunuhan atas dua keluarga yang cukup terpandang di wilayah Propinsi Guangbei.Pada saat yang sama, ternyata ada beberapa pasang mata tengah mengawasi mereka dari balik rerimbunan semak belukar. Para sosok manusia misterius itu saling berbisik."Cepatlah kau laporkan pada ketua kita, bahwa Kelompok Topeng Iblis akan bergerak menyergap kediaman Keluarga Guo malam ini juga. Aku tetap di sini untuk terus mengawasi pergerakan mereka!" bisik salah seorang dari para pengintai. "Ingatlah, sebagian dari kalian harus bisa memancing kelompok yang dipimpin oleh Yang Shui. Jangan sampai kelompok itu mendahului kita. Kita akan berpura-pura menjadi mereka sesuai perintah dari ketua.""Baiklah. Kami akan mengatur hal ini sebaik mungkin. Kau berhati-hatilah di sini!" ujar salah seorang dari para pengintai sembari beranjak pergi dari tempat itu."Kelompok Topeng Iblis, sekarang mari kita berlomba-lomba, kau atau kami yang memenangkan penyerangan malam ini." Pria yang masih tinggal di semak-semak dan terus mengawasi pergerakan pasukan milik Qing Yuan terlihat begitu sinis menatap sosok-sosok di hadapannya. "Humph, kalian hanya sekelompok bandit hutan yang hanya akan mendapat kesia-siaan belaka!"Malam itu di kediaman Keluarga Guo. Tepatnya di kaki Gunung Que sebelah timur.Malam perjamuan tengah dipersiapkan oleh pihak Keluarga Guo dengan sesempurna mungkin. Sepanjang jalan menuju aula dalam yang diperuntukan bagi para tuan dan nyonya tamu undangan telah digelari permadani tebal berwarna merah nan lembut.Dekorasi ruangan pun ditata sedemikian rupa, hingga seluruh permukaan dinding dipenuhi oleh helaian kain sutra merah panjang berhiaskan huruf hanzi keemasan. Kain-kain itu menjuntai dari atap sampai ke bawah.Tampak pada bagian atas pintu masuk, juga telah terpasang beberapa papan kayu berukir bertuliskan ucapan selamat datang disertai kalimat ungkapan rasa syukur atas tercapainya sebuah harapan seseorang tertera di sana.Acara perjamuan besar di Keluarga Guo diadakan guna mengungkapkan kegembiraan Guo Jin dan istrinya, dikarenakan putra mereka yang bernama Guo Han baru saja diangkat menjadi seorang jenderal muda di Kekaisaran Chu.Meskipun Guo Han sendiri tidak bisa hadir dalam acara perjamuan tersebut, karena sedang menjalankan tugas dari Yang Mulia Kaisar Chu Qi untuk menjaga benteng selatan di perbatasan antara Kekaisaran Chu dan Kekaisaran Liang.Di Aula Dalam. Para pelayan Keluarga Guo terlihat sibuk menata berbagai macam makanan dan minuman di atas meja kayu berukir yang memiliki panjang delapan jengkal dan lebar empat jengkal seukuran jari orang dewasa. Meja itu diperuntukan untuk seorang kepala keluarga beserta pasangannya.Aula luar pun juga tak kalah indahnya dari aula dalam. Tempat itu sengaja dipersiapkan untuk para tuan dan nona agar saling bertemu. Meja mereka pun saling berhadapan dalam jarak tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh supaya mereka bisa saling bertatap muka satu sama lain.Di atas meja berukir indah berselimutkan kain satin telah tertata berbagai hidangan makan malam yang sangat istimewa. Satu piring ayam panggang utuh berwarna coklat, karena dimasak dengan menggunakan saus kedelai hitam. Satu piring besar cah sayuran, satu piring besar buah-buahan segar berjajar dengan beberapa piring kue basah dan kering sebagai camilan.Semuanya terlihat begitu cantik dan berkesan mewah. Satu set peralatan minum teh serta beberapa guci arak yang terbuat dari beras dan buah dari kedai arak Sungai Anggur milik Yu Shu, juga turut menjadi sajian istimewa dalam perjamuan di malam tersebut.Sepertinya, ini akan menjadi malam yang tak akan dilupakan oleh mereka yang datang ke sana, karena sesuatu yang besar sedang mengintai dari balik kegelapan!Kelompok Qing Yuan mulai beraksi....
Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang
Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha
Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal
Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan
Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u
"Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti