Qing Yuan mengepalkan tangannya sambil masih berlutut di atas lempengan batu altar. "Laoshi, aku akan menerima hukuman darimu malam ini. Aku tidak tahu, apakah aku masih dapat melihat matahari terbit esok hari."
Yang Hua mengernyitkan kedua alis matanya dan bergumam dalam hati. "Anak bodoh ini, apa lagi yang dia katakan? Apakah dia pikir aku ini akan membunuhnya?"Raut wajah Yang Hua menyiratkan rasa heran, tetapi dia tetap menjaganya setenang mungkin.Di balik pinggangnya, jari-jari tangan pria itu masih memainkan mutiara biru miliknya sambil memikirkan beberapa kabar mengenai Qing Yuan dan Shen Ji.Sebelumnya, dia memasuki hutan ini dengan bertujuan untuk menjenguk keadaan Qing Yuan dan menanyakan perihal racun dalam tubuhnya dan juga ada hal penting lainnya yang ingin dia sampaikan.Namun, sewaktu di dalam perjalanan menuju kediaman bambu milik anak kesayangannya, secara tanpa sengaja pria itu mendengar pembicaraan para pengikut QingSuara bentakan Yang Hua seperti guntur menggelegar di siang hari di telinga semua orang.Tubuh Yang Kun dan Yang Bin seketika membeku di tempat. Kulit wajah mereka memucat seperti mayat hidup."Ah Kun, Ah Bin! Apakah kalian sedang membelanya ,dan sangat ingin menggantikannya menjalani hukuman?" bertanya Yang Hua sambil menatap tajam ke arah kedua muridnya.Yang Bin dan Yang Kun langsung tersungkur, bersujud dengan badan gemetar."Kami tidak berani, Laoshi!"Yang Kun sampai bersujud tiga kali saking takutnya. "Ampuni kami, Laoshi!" "Ampuni kami!""Lalu, mengapa jadi kalian berdua yang menjadi sangat berisik? Biarkan dia bicara!" Yang Hua berkata sambil menatap tajam kedua muridnya."Baik, Laoshi!" Yang Kun dan Yang Bin langsung mengepalkan kedua tangannya.Yang Hua kemudian menoleh ke arah Qing Yuan. "Katakan apa yang ingin kamu sampaikan!" Qing Yuan melanjutkan ucapannya. "Baik, Laoshi."
Para murid saling bergumam, mengatakan rumor tentang Mutiara Hati Petir milik sang guru. Namun, mereka juga tidak mengetahui secara pasti apa kegunaan dari benda tersebut.Qing Yuan sendiri tak mendengar gumaman para saudara seperguruannya. Dia juga tidak melihat adanya bola mutiara biru yang sedang melayang di udara. Tepatnya, di atas kepala Qing Yuan hanya berjarak tak lebih dari setengah tombak.Mutiara biru itu adalah inti petir yang didapatkan secara susah payah oleh Yang Hua saat dirinya berlatih di wilayah Puncak Selatan, tepatnya di atas puncak Gunung Tang Lei.Pria itu harus menerima ratusan kali serangan petir saat mengambil mutiara tersebut. Meskipun pada akhirnya Yang Hua terluka parah hingga nyaris tewas terbakar, tapi hal itu juga bisa dikatakan sepadan dengan pencapaian yang diperolehnya. Sekarang, alih-alih menghukum Qing Yuan, sebenarnya dirinya bertujuan untuk menerapkan kekuatan Mutiara Hati Petir ke dalam tubuh muridnya. Soal
"Itu bukan petir biasa, Hua'er!" jawab Yang Shui sambil mendesah. "Itu adalah ...." Yang Shui menundukkan kepala. Ada perasaan berat dan sedih dalam hati yang membuat suara pemuda itu menjadi lirih. "Itu adalah seseorang yang sangat sakti yang sedang mengeluarkan ilmu tingkat tingginya." Mendengar ini, Shen Ji terperangah. Mata bulatnya semakin membulat indah. Seseorang dengan ilmu semacam ini tentunya bukanlah orang lemah dan memiliki kekuatan tiada tara. Ia pun langsung merasa ingin menjadi seperti seseorang yang dengan begitu menakjubkannya bisa mengeluarkan ilmu tingkat dewa tersebut. "Woaaaah, hebat! Sangat hebat!" Shen Ji menepuk tangannya sendiri dan berseru dengan mata berbinar, tak percaya. "Orang itu sungguh sangat hebat, dan aku ingin juga punya ilmu seperti itu!" "Untuk apa kamu ingin memiliki ilmu semacam itu" Qing Wei langsung menyambar ucapan Shen Ji. Shen Ji sedikit kaget. Memangnya untuk apa ilmu tingkat tinggi semacam itu bagi seorang gadis sepertinya?
Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi
"Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu
Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela
"Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti
Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u