Share

Manusia atau Siluman?

Author: Alie-Afie
last update Last Updated: 2022-09-03 01:57:49

Liu Shin sampai di tempat di mana terjadi sebuah pertarungan antara seorang kekek tua melawan empat Beast spirit yang sangat kuat.

Liu Shin mengamati Kakek tua itu dan mengagumi kehebatan jurus-jurus yang di keluarkan olehnya.

Beberapa saat berlalu, Kakek tua itu berhasil membinasakan keempat ekor Beast spirit.

"Siapa Kau?" Secepat kilat Kakek tua itu sudah berada di belakang Liu Shin dengan pedang di arahkan ke lehernya setelah mengalahkan empat ekor Beast spirit.

"Bagaimana Kakek tua ini mengetahui keberadaanku?" Liu Shin menelan ludahnya.

Liu Shin tidak memiliki kesempatan menghindar karena pergerakan Kakek tua itu yang sangat cepat dengan teknik meringankan tubuh. Bagi Liu Shin yang belum berkultivasi dan belajar satupun jurus, Kakek tua itu sangatlah hebat, bukanlah seseorang yang pantas untuk Dia remehkan. Selain kultivasinya berada di tingkat yang tinggi, teknik, jurus, dan pusakanya juga berada di tingkat yang tidak patut untuk di remehkan.

Tahapan Kultivasi

- Pendekar Pemula

- Pendekar Raja

- Pendekar Kaisar

- Pendekar Bumi

- Pendekar Langit

- Pendekar Petapa

- Pendekar Agung

- Pendekar Suci

- Pendekar Nirwana

Masing-masing tahapan terdiri dari empat tingkatan : awal, menengah, tinggi, dan puncak.

Tingkatan Kitab, teknik, jurus, dan juga pusaka :

- Tingkat Perak

- Tingkat Emas

- Tingkat Raja

- Tingkat Kaisar

- Tingkat Bumi

- Tingkat Langit

- Tingkat Suci

- Tingkat Surgawi

- Tingkat Legendaris

Untuk tingkatan diatasnya, kebanyakan Kultivator masih sangat jarang yang mengetahuinya seperti beberapa Kitab yang di miliki Liu Shin yang tingkatannya masih menjadi misteri.

"Meskipun kehabisan banyak tenaga, Aku masih mempunyai kemampuan," ucap Sang Kakek masih menempelkan pedangnya di leher Liu Shin.

"Maaf Kakek tua, Junior hanya ingin bertanya." Liu Shin menoleh tanpa rasa takut, Hidup dan mati adalah makanan sehari-harinya, bagaimana Dia takut dengan hal semacam itu. Selain itu, Zhu Lao juga tidak akan membiarkan sesuatu yang dapat membahayakan nyawa Liu Shin terjadi.

Kakek tua itu tersentak kaget dan melompat ke belakang setelah melihat wajah Liu Shin yang masih sangat muda. Tetapi Dia tetap waspada dengan Liu Shin, "Jangan coba membodohiku, apa Kamu berusaha mengambil keuntungan dari pertarunganku?"

"Maaf jika Junior telah mengganggu Kakek tua." Liu Shin menghela nafas lega setelah Kakek tua itu menjauhkan Pedang di lehernya.

"Mau bertanya apa? kenapa Bocah sepertimu berada di tempat ini? apa Kamu benar-benar manusia atau siluman?" Kakek tua itu tidak mengendurkan sedikitpun kewaspadaannya, tidak ada yang tidak mungkin baginya di hutan tengkorak seperti itu.

"Aku bukan siluman, Aku manusia sama seperti Kakek. Aku hanya tersesat dan ingin bertanya arah pada Kakek tua" Liu Shin berusaha meyakinkan Kakek tua itu agar tidak bertingkah konyol.

Kakek tua itu tidak mau mendengarkan Liu Shin dan mulai menyerangnya "Bukan siluman ya?"

Bommm

Tanah di tempat Liu Shin berada sebelumnya terbelah terkena hantaman pedang Kakek tua itu, Liu Shin berhasil mengindarinya sesaat sebelum pedang Kakek tua itu mengenainya.

"Kakek tua itu, benar-benar menakutkan," gumam Liu Shin.

"Kamu siluman, bocah tengik. Jangan berpikir setelah melawan empat Beast spirit Aku tidak mampu melawan siluman tengik sepertimu" umpat Kakek tua itu setelah melihat kecepatan pergerakan Liu Shin dalam menghindar.

Kakek tua itu tidak percaya seorang anak yang masih belia di matanya mampu bergerak cepat dan lincah bahkan tidak takut saat pedangnya menempel di lehernya. Meskipun Dia sudah menurunkan kekuatannya, tetap saja Liu Shin yang tampak tenang sangat tidak masuk akal baginya.

"Tahan Kakek tua, Aku bukan siluman," sanggah Liu Shin.

Kakek tua itu tidak menghiraukan Liu Shin dan kembali menyerangnya. Liu Shin melompat kesana kemari menghindari serangan kakek tua itu, "Apa benar Dia manusia? kemampuannya cukup menakutkan untuk bocah sepertinya," batinnya.

Kakek tua itu melemahkan serangannya untuk menguji kemampuan Liu Shin. Akan tetapi, tempat di sekitar Mereka menjadi berantakan dan porak poranda.

"Baiklah kalau kakek tua tidak mau memberitahuku, Aku akan pergi, maaf karena sudah mengganggumu."

Liu Shin hendak melesat meninggalkan Kakek tua itu.

"Tunggu!" cegah Kakek tua itu menghentikan Liu Shin yang hendak melesat pergi.

"Kamu mau bertanya apa?" lanjut Kakek tua itu mulai penasaran dengan Liu Shin.

"Aku tersesat Kek, bermaksud untuk bertanya jalan keluar," jawab Liu Shin.

"Apa Kamu bukan siluman, Bocah?" tanya Sang Kakek.

"Lurus saja ke utara, akan ada sebuah kota di sana," balas Sang Kakek.

"Terimakasih Kek" Liu Shin menelangkupkan kedua tangannya, kemudian kembali akan melesat meninggalkan Sang Kakek.

"Tunggu dulu" Kakek tua itu masih penasaran dengan Liu Shin "Apa Kamu benar-benar bukan siluman?" selidik Sang Kakek.

"Apa itu siluman? Akupun tidak tahu apa itu siluman, bagaimana Aku membuktikan kalau Aku bukan siluman?" Liu Shin menjadi sedikit kesal karena Kakek tua itu terus menyebutnya sebagai siluman.

"Ambil ini, siluman akan binasa jika menyentuh Batu ini." Kakek tua itu melemparkan sebuah batu giok ke arah Liu Shin.

Kakek tua itu sedikit membual, batu itu merupakan artefak langka hanya untuk mengetes seseorang manusia atau bukan, tidak bisa membuat binasa. Jika siluman maka akan berubah warnanya menjadi berwarna merah, jika iblis maka akan berubah menjadi berwarna hitam.

Liu Shin dengan sigap menangkapnya "Apa yang harus Aku lakukan dengan batu ini?"

"Tidak perlu, lemparkan kembali ke sini" Kakek tua itupun mulai mempercayai Liu Shin bahwa Dia bukanlah siluman setelah melihat artefak batu gioknya tidak berubah warna.

"Duduklah bocah, Aku sangat penasaran dengan bocah sepertimu" Kakek tua itu menyuruh Liu Shin untuk duduk di depannya.

"Tidak perlu Kek, Aku akan segera pergi ke Kota yang kakek sebutkan" Liu Shin menolak untuk beristirahat di sana.

"Ambilah ini!" Kakek tua itu melemparkan sebuah jubah, Dia melihat Liu Shin hanya mengenakan penutup dari kulit kayu kering karena pakaian satu-satunya terbakar saat berada di Dunia jiwa. Liu Shin kemudian mengenakan pakaian yang di berikan oleh Kakek tua itu meskipun agak kebesaran.

"Terimakasih Kek," ucap Liu Shin kemudian permisi untuk melanjutkan perjalanannya.

"Bocah, tunggu sebentar!!! siapa yang mengizinkanmu pergi? duduklah," Kakek tua itu ingin mengetahui Liu Shin lebih jauh.

"Aku Wang Bei. Siapa namamu? kenapa Kamu tersesat di tempat seperti ini? apa Kamu tau tempat seperti apa ini?" Wang Bei mulai penasaran dengan Liu Shin.

"Aku Shin Liu kek. Aku tidak tahu tempat seperti apa hutan ini," jawab Liu Shin tidak memberitahukan identitasnya. Zhu Lao menyuruhnya untuk melakukan hal itu dengan telepati jiwanya.

"Ini hutan tengkorak, bagaimana kamu bisa berada di hutan tengkorak, Aku sudah lebih dari sepuluh tahun berada di sini dan tidak pernah sekalipun bertemu dengan manusia, apalagi masih bocah sepertimu."

Sejauh ini, tidak ada yang berani memasuki hutan tengkorak. Mungkin, hanya orang-orang tertentu saja yang berani masuk ke dalamnya, dan itu dapat di hitung jari. bahkan, tidak ada yang benar-benar tahu ada atau tidaknya seseorang yang berani masuk ke dalam inti hutan tengkorak.

Jika saja Wang Bei mengetahui Liu Shin bahkan sudah melewati salah satu bagian dari inti hutan tengkorak, Dia pasti akan memuntahkan darahnya.

Liu Shin hanya menghela nafas, duduk di depan Wang Bei seperti perintahnya, "Memangnya kenapa jika Aku berada di hutan tengkorak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Kemenangan Liu Shin

    Dengan usaha keras, Liu Shin dan Surya kelana akhirnya bisa menapak di gunung brawijaya. Mereka langsung melesat mencari keberadaan Si Mata Merah. "Siapa kalian?" tanya Si Mata Merah melihat Liu Shin dan Surya kelana. Liu Shin tidak segera membalas Si Mata Merah. Dia melihat ke altar kuno dan tidak mendapati istrinya. Sementara Surya kelana bernafas lega karena adiknya masih hidup. "Dimana istriku?" tanya Liu Shin. "Jika istrimu tidak ada, dia berarti telah dibawa oleh dewa iblis ke alam dewa," balas Si Mata Merah. Liu Shin mengepalkan tangannya, amarahnya memuncak mengetahui istrinya dibawa ke alam dewa. Tanpa banyak berkata, Liu Shin dan Surya kelana mulai menyerang Si Mata Merah. Pertempuran berlangsung sangat sengit, hingga tidak lama Liu Shin berhasil menghabisi Si Mata Merah. Namun, iblis kuno yang telah menyerap beberapa wanita dengan tubuh spesial telah bangkit dengan separuh kekuatannya. Iblis kuno kemudian turun tangan karena terganggu dengan kedatangan Liu S

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Kerajaan Kuno Selatan

    Ribuan tahun yang lalu, benua malaya disebut sebagai kerajaan kuno selatan. Wilayah kekuasaannya mencakup seluruh benua malaya. Kerajaan kuno selatan itulah yang terus berperang dengan benua tianlang maupun benua taishan untuk memperluas wilayah kekuasaan.Seiring dengan berjalannya waktu, perang saudara terus menerus terjadi di kerajaan kuno selatan. Kerajaan kuno selatan mulai terlupakan dan berubah nama menjadi benua malaya dengan banyak kerajaan besar maupun kecil yang berdiri tegak.Kerajaan-kerajaan di benua malaya itu tidak ubahnya seperti sekte yang memiliki aliran hitam dan putih, yaitu baik dan jahat.Si Mata Merah mengumpulkan kerajaan-kerajaan yang jahat di bawah kepemimpinan kerajaan wirasena. Dia berniat kembali menjadikan benua malaya menjadi kerajaan kuno selatan.Dalam menggapai keinginannya itu, Si Mata Merah dimanfaatkan oleh Cheng Gu, seseorang dari klan penyihir yang sempat dihabisi oleh Liu Shin.Cheng Gu menjanjikan Si Mata Merah kekuatan dahsyat sehingga mampu

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Informasi Dunia Jiwa

    Liu Shin menyimpan kristal kehidupan di cincin ruang dimensinya. Dia memikirkan cara bagaimana bisa naik ke atas gumpalan awan gunung brawijaya.“Saudaraku, apa kamu sanggup menghindari petir hitam?” tanya Liu Shin.“Meskipun harus mati, aku akan mencobanya demi adikku,” balas Surya Kelana.“Lebih baik kita menghindar terlebih dahulu dari hujan petir hitam. Kita pikirkan cara terlebih dahulu bagaimana bisa sampai ke gunung brawijaya.”“Baiklah.”Liu Shin dan Surya Kelana kemudian menjauh dari jangkauan petir hitam di atas permukaan air laut.Liu Shin melihat Surya Kelana duduk dengan posisi lotus diatas permukaan air laut dan memejamkan matanya. “Saudaraku, apa yang kamu lakukan?” tanya Liu Shin.“Aku sedang membaca beberapa kitab, siapa tahu ada yang berguna,” balas Surya Kelana.Liu Shin menyipitkan matanya. “Apa maksudmu? Aku hanya melihatmu duduk bersila tanpa melakukan apapun. Kamu juga tidak mengenakan cincin ruang dimensi sebagai tempat penyimpanan kitabmu.”“Aku tidak membutuh

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Kepiting Raksasa 2

    “Saudaraku, lekas menjauh dari sini dan menghindar dari jangkauan hujan petir!” perintah Liu Shin kepada Surya Kelana. “Aku akan membantumu,” ujar Surya Kelana. “Ini sangat berbahaya, biarkan aku menghadapinya seorang diri,” balas Liu Shin. Liu Shin menyadari jika area untuk memasuki gunung brawijaya sangat sukar untuk ditembus. Mau tidak mau dia harus melawan kepiting raksasa dan membinasakannya. Kepiting raksasa tidak akan membiarkan seorangpun mencapai gunung brawijaya di wilayah kekuasaannya di permukaan air laut. Sementara itu, awan yang sangat besar tempat keberadaan gunung brawijaya bergemuruh sangat keras dan terus menghujani Liu Shin dan Surya Kelana dengan petir hitam. Dari pengamatan Liu Shin, gunung brawijaya menolak siapapun yang akan memasukinya dengan formasi ataupun fenomena alam yang ada disekitarnya. “Dua orang akan lebih mudah menghadapinya, aku bisa mengalihkan perhatiannya,” Surya Kelana memaksa untuk ikut menghadapi kepiting raksasa. “Baiklah,” balas Liu S

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Kepiting Raksasa

    "Hmmm ... gunung brawijaya? gunung itu sangat sulit ditemukan," balas manager paviliun."Berapa harga yang harus kami bayar?" tanya Liu Shin."Ini bukan masalah harga, paviliun kami juga kekurangan informasi tentangnya.""Lalu, informasi apa yang paviliun ketahui? Aku akan membayarnya dengan harga yang pantas," balas Liu Shin kemudian mengambil ribuan koin emas dan meletakkannya di atas meja dihadapan manager paviliun."Anak muda ... masukkan kembali uangmu! Bagaimana jika kita saling bertukar informasi? Kamu tidak perlu membayarnya."Liu Shin mengerutkan alis. "Apa maksudmu?""Gunung brawijaya merupakan tempat paling mengerikan di benua ini, sangat mustahil dimasuki manusia biasa. Hanya orang-orang dengan kekuatan layaknya dewa yang bisa memasukinya. Jika kamu berhasil memasukinya, aku ingin kamu memberikan informasi tentang apa saja yang ada di gunung tersebut. Bagaimana menurutmu?""Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke tempat ini setelah urusanku selesai di gunung brawijaya,"

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Paviliun Informasi

    Setelah cukup lama bertarung, Liu Shin akhirnya bisa melumpuhkan Cheng Gu. Liu Shin memaksa Cheng Gu untuk memberikan informasi padanya, tapi Cheng Gu tidak mau mengakui apapun. Liu Shinpun akhirnya membunuh Cheng Gu. Liu Shin melanjutkan perjalanannya di wilayah kekuasaan kerajaan wirasena untuk mencari gunung brawijaya. Dia mencari informasi selama beberapa hari di kota ataupun desa namun tidak kunjung juga mengetahui dimana letak keberadaan gunung brawijaya. “Kemana aku bisa menemukan keberadaan gunung brawijaya? Sial, aku lupa bertanya letak gunung brawijaya kepada pendekar buta.” Liu Shin terlihat frustasi kerena tidak menemukan keberadaannya. Saat Liu Shin sedang melesat terbang, dia melihat pemuda yang sedang di keroyok oleh dua orang. Liu Shin mengamati pertarungan yang tidak seimbang tersebut. Setelah memastikan pemuda yang sedang dikeroyok tidak bersalah, Liu Shinpun akhirnya membantunya. “Saudara, biarkan aku menolongmu,” ujar Liu Shin mengagetkan pemuda yang sedang di

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Klan Penyihir

    “Anak muda, kamu benar-benar arogan.” Wusss Orang itu melesat turun ke tanah untuk menyerang Liu Shin. “Tinju Macan Api.” Bummmm Liu Shin berhasil menghindar dari serangan orang itu. Serangan tinju orang itu sangat dahsyat mengenai tanah, membuat tanah menjadi sebuah kawah yang sangat besar. “Orang ini begitu kuat, aku harus waspada,” gumam Liu Shin. “Kembalilah ke kerajaan manggala atau aku akan membunuhmu.” Orang misterius itu kembali mengancam Liu Shin. “Aku tidak akan kembali sampai aku menemukan Si Mata Merah,” jawab Liu Shin. “Jadi, kamu mencari Si Mata Merah? Langkahi dulu mayatku,” ujar orang misterius tersebut. “Siapa kamu?” tanya Liu Shin. “Karena kamu akan mati, aku akan menjawab pertanyaanmu. Aku Cheng Gu dari klan penyihir dunia atas.” “Jadi, kamu adalah seseorang yang memburu Ratu Siluman Rubah? Kenapa kamu melindungi kerajaan wirasena dan apa hubunganmu dengan Si Mata Merah?” “Itu tidak ada urusannya denganmu,” jawab Cheng Gu. Pertempuran sengitpun terjadi

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Makam Kuno

    Setelah selesai makan di kedai arak, Liu Shinpun pergi dari kota kalageni untuk melanjutkan perjalanan menuju kerajaan wirasena. Dalam perjalanannya, Liu Shin melihat puluhan petapa suci melesat terbang dengan sangat cepat menuju ke arah timur. “Mau kemana orang-orang tersebut?” gumam Liu Shin. Liu Shin yang penasaran mengikuti petapa-petapa suci itu. Para Petapa ternyata menuju ke sebuah lembah yang bernama lembah hitam. Di lembah itu, sudah berkumpul sekitar ratusan petapa suci lainnya. Liu Shin bersembunyi di dahan sebuah pohon dan mengamati Para Petapa. Para Petapa terlihat berkumpul di depan sebuah pintu portal yang ada di lembah itu. Tidak lama kemudian, pintu portal terbuka dan petapa-petapa itu memasuki pintu. “Ada apa di balik pintu portal itu? Aku ikuti saja mereka.” Liu Shin mengikuti petapa-petapa suci masuk ke sebuah portal. Portal itu membawa Liu Shin menuju ke sebuah tempat yang tampak seperti labirin. “Apa yang sesungguhnya mereka cari di tempat seperti ini?” Tr

  • Legenda Pendekar Pedang Liu Shin   Latih Tanding

    “Tunggu anak muda! Apa kamu yakin bisa mengalahkan Si Mata Merah?”“Sejujurnya, aku mungkin belum mampu mengalahkannya, oleh karenanya istriku berhasil dibawa kabur oleh Si Mata Merah ke benua ini. Namun, aku tidak ingin berlama-lama karena kedua istriku mungkin dalam bahaya,” balas Liu Shin.“Kalau begitu, aku akan mengajarimu sedikit cara bagaimana mengalahkannya. Aku sudah sangat hafal dengan jurus dan tekniknya. Apa kamu tertarik? Aku juga sudah lama menyimpan dendam dengannya dan ingin membunuhnya.”“Baiklah kalau tuan pendekar buta bersedia,” jawab Liu Shin.“Tutup matamu!” perintah Pendekar Buta.Kekuatan Si Mata Merah sangat mengerikkan. Hanya dengan menatap matanya, seseorang akan menjadi patung. Oleh karenanya, Pendekar Buta bermaksud mengajari Liu Shin bagaimana cara bertarung menggunakan insting dan pendengarannya.Liu Shin tanpa ragu menutup matanya. Mereka lalu berlatih tanding tanpa penglihatan, membuat Liu Shin selalu terkena pukulan tongkat sakti milik Si Pendekar Bu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status