Liar yang berdiri di tepi tebing memandang luas ke arah cakrawala, tampangnya yang dingin tidak sedikit pun menunjukkan kegundahan hatinnya. Kedua gurunya hanya menatap santai di belakangnya dan membiarkan murid tercinta mereka meresapi makna di balik cakrawala sore.
"Liar... aku rasa kau sudah cukup untuk turun melihat hiruk pikuk kehidupan di luar sana. Ranah kependekaranmu sudah berada di atas ranah pilih tanding, jika harus menggunakan ranah kultivasi pun kau sudah mencapai ranah Kaisar Dewa Penguasa menengah... Jadi kurang apa lagi.." tanya Sondong Sasongko.
"Pamanmu itu benar Liar... di usiamu yang baru lima belas tahun itu merupakan pencapaian luar biasa dan kau bisa disebut sebagai jenius tiada tara bahkan jenius langka.." timpal Chen Jia.
Liar membalikkan badannya dan menghadap ke arah kedua gurunya dengan tatapan dan wajah yang tetap dingin, namun bagi kedua praktisi hebabt itu sudah menjadi hal biasa melihat sikap Liar yang seperti itu.
"Aku hanya akan turun gunung saat aku sudah bisa menggabungkan teknik beladiri Pendekar dan Kultivator. Kenaikan tingkatan Pendekar tidak menimbulkan hukum kesengsaraan petir, tetapi para kultivator harus melewatinya terlebih dahulu. Untuk itu aku minta waktu paling lama satu tahun dan paling cepat empat bulan untuk memecahkan misteri ini.." sahut Liar dengan tampang yang sangat serius dan pergi meninggalkan kedua gurunya.
Sondong Sasongko dan Chen Jia hanya terkekeh melihat tingkah muridnya sambil kembali menikmati teh spiritualnya.
"Sondong... apa kau yakin bocah es itu bisa menggabungkan kedua aliran beladiri hingga menjadikannya sebagai aliran beladiri miliknya sendiri...?" tanya Chen Jia.
"Jika dia benar - benar mewarisi watak dan bakat ibunya maka itu bukanlah hal yang mustahil.. Kita lihat saja dalam waktu empat bulan pertama dari sekarang..." jawab Sondong Sasongko
"Apakah Andhira sejenius itu....? dan aku dengar bahwa dia merupakan praktisi tanpa ranah namun mampu mengalahkan semua ranah lawan.." sambung Chen Jia.
"Hahahaha... berbicara Andhira, mungkin hanya akan membuat orang sakit kepala. Sejak aku mengenalnya ketika masih belum menikah dengan Lintang Dharma Setya, aku tidak merasakan ranah kependekarannya bahkan hanya terlihat seperti manusia biasa. Tetapi saat dia sudah bertarung maka tidak akan ada lawan yang sanggup menghadapinya bahkan di ranah kultivasimu saat ini..." sahut Sondong Sasongko mengakhiri perbincangan mereka.
Akhirnya dua tokoh misterius itu kembali tenggelam dalam permainan catur mereka. Mereka bisa menghabiskan waktu berhari - hari hanya untuk bermain catur yang diselingi perselisihan kecil bahkan hingga bertarung dengan sangat serius.
Sementara Liar yang sudah memasuki sebuah goa di dasar sebuah jurang dari wilayah tempatnya bermukim tampak larut dalam sebuah pemahaman. Dia tampak begitu tenang dalam sikap lotusnya, aura kehidupan tampak terus berputar mengelilingi tubuhnya yang saat ini sedang memahami peningkatan ranah pendekar.
Dengan adanya aura kehidupan itu sangat membantu pemahaman yang sedang dia pahami dan kembangkan. Dan setelah dua hari dua malam akhirnya Liar membuka matanya dan terlihat ada sedikit senyum manis di bibirnya. Dia kemudian bangkit dan keluar dari goanya.
"Jika apa yang aku pahami benar... maka tidak akan sulit bagiku meningkatkan ranahku di sisi kultivator atau bahkan hanya kekuatanku saja yang terus meningkat tetapi tanpa ranah... Hahahahaha... sungguh menyenangkan jika itu bisa aku wujudkan..." gumamnya kemudian melesat ke tengah hutan untuk mencari lawan bertarung seperti biasanya.
ROOOOAAARRR....!
Auman binatang spiritual tingkat tiga tampak menggema menggetarkan area sekitar saat Liar tiba di tempat bintang spiritual tersebut. Bintang spiritual yang terkenal dengan sebutan Serigala Petir berdiri angkuh menatap Liar dengan nafsu membunuh. kedau tanduk kecil di kepalanya terus memancarkan kilatan petir perak.
Liar masih berdiri dengan tangan disilangkan di depan dada sambil menatap dingin binatang yang ada di depannya sekitar tiga puluh meter. Serigala Petir yang ditatap sedemikian rupa oleh Liar merasa terprovokasi dan melesat menerkam Liar seraya melepaskan serangan energi berbentuk cakar yang sangat tajam.
BOOOOMMM...!
Cakar besar itu menghantam tempat Liar berdiri sebelumnya namun hanya mengenai udara kosong dan menghantam tanah. Sedangkan targetnya sudah berada di atas Serigala Petir dan langsung melayangkan tendangan ke arah dua tanduk kecil di kepalanya.
SWWOOOOSSHHH..!
PRAAAAKKK...!
Dua tanduk kecil di kepala Serigala Petir seketika hancur hingga menyebabkan Serigala Petir itu berguling - guling sebelum kepalanya meledak. Di bekas ledakan kepala Serigala Petir tergeletak kristal bulat berwarna merah terang sebesar kelereng dengan benih petir di dalamnya.
"Lumayan juga inti binatang spiritual ini... hehehe.. ini bisa aku jual saat turun gunung nanti. Meskipun aku sudah memiliki ribuan inti bintang spiritual tetap saja ini bisa menjadi tambahan..." gumam Liar sambil cengengesan sendiri.
Liar semakin dalam memasuki kedalaman hutan untuk mencari lawan yang sepadan. Dalam waktu dua hari Liar sudah bertarung dengan seratusan lebih bintang spritual dengan berbagai tingkatan hingga tubuhnya penuh luka dan pakaian yang compang camping.
Dia tidak kembali ke tempat kedua gurunya tetapi memilih untuk kembali ke gua tempatnya bersemedi sebelumnya.
Setelah melalui pertarungan terus menerus selama dua hari terakhir, Liar kembali memahami penggabungan dua unsur beladiri dari hasil pertarunganya dengan binatang spiritual. Liar pun kembali larut dalam pemahamannya dan semakin tinggi pemahamannya semakin tebal dan cepat pusaran aura kehidupannya.
Hingga tanpa terasa dia sudah menghabiskan waktu tiga minggu lamannya di dalam goa tersebut. Selama tiga minggu itu kekuatannya telah meningkat beberapa tahapan tanpa ada efek apa pun, bahkan ledakan teredam dalam dirinya pun tidak ada.
Merasakan kejadian luar biasa dalam peningkatan ranahnya membuat Liar seketika membuka matanya dan memeriksa seluruh tubuhnya bahkan hingga ke lautan kesadarannya. Rasa tidak percaya tampak menggantung di wajahnya, dia tidak menyangka meskipun hanya sebagian kecil namun dia sudah berhasil menggabungkan kedua unsur beladiri yang dia kuasai.
"Hahahaha... akhirya aku berhasil menggabungkan kedua unsur beladiri ini. Jika semudah itu kenapa harus repot - repot... Aku harus memberitahu paman Sondong dan paman Chen.." gumamnya sambil beranjak dari semedinya, namun tiba - tiba Liar mengurungkan niatnya dan kembali dalam posisi lotusnya.
Kembali dia menutup matanya dan mulai kembali memahami penggabungan unsur beladiri Pendekar dan Kultivator. Sehari kemudian dua pusaran energi yang berbeda mengitari tubuh Liar, pusarannya terus bergabung sedikit demi sedikit hingga akhirnya bergabung sepenuhnya.
"Masih belum cukup ternyata... masih terlalu banyak rahasia yang harus aku pecahkan. Tatapi aku yakin seiring berjalannya waktu ini semua akan terkuak dan pada saat itu lah aku akan benar - benar berdiri di atas kemampuan mulikku sendiri..!" gumam Liar dengan tekad dan semangat yang sangat membara.
Tetua Pertama yang melihat Liar ada di samping Gagak Jiwa tampak tersenyum lega karena orang yang bisa menjadi sumbel malapetaka sudah kembali."Syukurlah Tuan Muda Liar sudah kembali dalam keadaan selamat, tetapi siapa lelaki paruh baya tampan di sampingnya?" batin Tetua Pertama."Tetua Pertama, lelaki itu adalah si Gagak Jiwa. Beri tahu para Tetua yang masih lurus untuk tidak memprovokasi binatang iblis yang bersama bocah beku itu.." ujar Leluhur Pertama melalui transmisi suara.Tetua Pertama tampak mengangguk mengerti dan mengirimkan suaranya melalui transmisi suara kepada beberapa Tetua. Sementara Tetua Agung yang sedari tadi bersembunyi di lipatan dimensi menjadi gemetaran melihat Liar masih hidup dan kembali bersama bintang iblis paling menakutkan."Keparat! Bocah sialan itu kenapa masih hidup dan terlihat baik - baik saja bahkan datang bersama bintang iblis yang Leluhur Pertama saja kesulitan menghadapinya..." batin Tetua Agung.Jantungnya tiba - tiba berdegub kencang saat Liar
Liar mengitari batu bulat kehijauan itu dengan sedikit mengedarkan kekuatan jiwanya. Dan seketika batu bulat besar itu merespon dengan bergetar dan mulai melayang hingga satu kaki serta memancarkan aura kekacauan dan aura kematian yang sangat pekat membuat Liar merasa sangat gembira."Tuan Muda, selubungi batu itu dengan kekuatan jiwamu dan tariklah masuk ke dalam lautan energi dantianmu.." ujar pecahan jiwa tua tiba - tiba.Tanpa menunggu instruksi berikutnya, Liar menyelimuti batu bulat kehijauan itu dengan kekuatan jiwanya dan meletakan batu itu di dalam dantianya. Liar pun mengambil sikap Lotus dan memasuki lautan energinya untuk melihat ada reaksi apa yang akan di timbulkannya.Dan benar saja, energi gabungan dari seni Kultivasi dan seni Pendekar tiba - tiba bergetar dan berputar sangat cepat.WUUUUNNG!SIIIUUTT!BUUUZZ!Batu bulat kehijauan itu terhisap ke dalam pusat energi milik Liar dan sekarang berada di tengah pusat energi itu seolah - olah menjadi intinya. Hal itu membuat
BUUUZZZ!Liar bersama Gagak Jiwa dihempaskan begitu melewati portal dunia rahasia hingga nyaris terjerembab."Tempat apa ini Senior?" tanya Liar sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh area yang terjangkau oleh pandangannya."Ini dunia rahasia yang aku sendiri tidak tahu namanya meski sudah menguasai tempat ini selama ribuan tahun. Aku akan mengantar Tuan ke suatu tempat yang selalu gagal aku masuki.." jawab Gagak Jiwa penuh semangat.Namun pembawaan Liar yang sangat dingin hanya terlihat biasa saja mendengar penjelasan Gagak Jiwa. Mereka pun menuju tempat yang dimaksud oleh Gagak Jiwa. Setelah terbang selama dua jam akhirnya mereka sampai di sebuah bukit batu yang berwarna hitam kelam.Liar tampak terkejut saat merasakan energi jiwa yang luar biasa terpancar dari sebuah celah sempit yang ada di sisi bukit. Dengan tenang Liar mendekati celah itu meskipun Gagak Jiwa melarangnya namun dia tetap melangkah dengan mantap.SWWOOOSSHH!Tiba - tiba serangan jiwa yang sangat mengerikan meng
Gagak Jiwa melakukan serangan demi serangan main - main penuh kegembiraan disertai tawa mengejek yang tidak pernah berhenti."Hahahahah! Ayo manusia - manusia sombong dan penuh iri dengki, di mana kesombongan kalian sebelumnya?" ejek Gagak Jiwa sambil terus menyerang.Pan Liang merasa sangat kesal meskipun menyadari dia tidak akan mampu meski hanya menghadapi kekuatan main - main Gagak Jiwa. Namun rasa egois dan angkuh yang sudah membatu dalam hatinya membuat dia lupa daratan dan memandang tinggi dirinya sendiri."Ayo gunakan formasi tempur kita! Aku yakin bisa membuat gagak sialan ini terluka!" teriak Pan Liang kepada teman - temannya.Mereka pun membentuk formasi tempur yang selama ini mereka banggakan dalam pertarungan berkelompok. Mereka bergerak dinamis saling silang menyusun serangan yang memang sedikit berhasil membuat Gagak Jiwa kerepotan. Akan tetapi dengan kecepatannya, Gagak Jiwa mampu membalikkan keadaan.Setiap kibasan tongkat Gagak Jiwa terus mereduksi kesadaran jiwa Pan
"Wooii bocah udik! Jangan sombong dan pamer di depanku!" hardik Pan Liang penuh amarah."Ooohh.. sudah sampai kalian. Heeii... senior Pan, apa masalahmu hingga terlihat sangat marah? Aku hanya istirahat sambil menunggu kalian.." jawab Liar sambil tersenyum mengejek.Pan Liang semakin meradang melihat ejekan Liar secara terang - terangan dan bersiap untuk menyerangnya namun di cegah oleh teman - temannya. Pan Liang awalnya sempat berontak namun akhirnya menyadari ucapan teman - temannya dan memilih untuk diam.Liar sendiri hanya menatap tajam mereka dengan tatapan yang sangat dingin. Dan sebagai pelampiasan kekesalannya, Liar mengetuk batu tempatnya tiduran dengan jari telunjuknya.BLAAARR!Batu besar itu pun hancur berkeping - keping membuat teman - teman Pan Liang terkejut dengan wajah pucat. Sementara Pan Liang sendiri merasa jantungnya berdebar keras namun tetap bersikap sombong dan angkuh."Apa kita hanya akan mematung di tempat ini saja? Kapan kita akan sampai di tempat tujuan...
Liar sengaja tidak mengejar binatang iblis spiritual yang terpental namun mengeluarkan pedang bobrok yang kini terlihat lebih mengerikan. Seluruh bilahnya yang berwarna hitam pekat terlihat seperti bulu elang di permukaannya dan kedua sisi tajamnya bergerigi seperti bulu yang rusak oleh angin.Benang - benang jiwa bergoyang di setiap ujung gerigi pada mata pedangnya, sementara aura kekacauan bersinar redup tipis di tengah bilahnya membuat penampilan pedangnya terlihat mengerikan. Binatang iblis spiritual menatap Liar dengan tatapan membunuh dan penuh kebencian."Manusia tidak tahu diri! dengan kekuatan kecilmu itu kau berani menantangku, maka terimalah kematianmu!"WUUUTTT!Bola energi sebesar kelapa dengan aura kekerasan melesat ke arah Liar namun Liar sama sekali tidak panik dan merentangkan kedua tangannya dengan senyum mengejek.PERTAHANAN BADAI JIWA!BOOOMM!Bola energi itu menghantam tubuh Liar dengan telak hingga menimbulkan getaran di sekitarnya disertai asap dan debu yan begi