Share

Bab 4

"Profesor, aku akan kembali menjelajahi hutan!" beritahu Mark.

"Tapi Mark ... bagaimana kalau Profesor Jansen membutuhkan tenagamu untuk merawat pemuda itu?" protes Instruktur Lennon. "Jay dan Ben telah menyusul Dave. Tetaplah di sini!"

"Beruang itu sangat ganas, Instruktur. Tak masalah jika Dave baik-baik sebelum Jay dan Ben menemukannya, tapi bagaimana kalau dia terluka menjelang mereka tiba?"

"Ini salahku. Aku tidak pernah berpikir kita akan menghadapi situasi seperti ini. Kalau tahu, aku akan membawa murid lebih banyak," keluh Profesor Jansen. "Pergilah, Mark! Aku bisa menangani anak ini sendiri."

"Tapi Profesor—"

"Instruktur Lennon, mereka mungkin akan lebih membutuhkan bantuan Mark daripada aku."

Profesor Jansen membutuhkan tanaman herbal tertentu untuk penelitian. Oleh karena itu, Mark dan Dave harus bergerak cepat untuk menemukannya.

Akan tetapi, jika dihadapkan pada pilihan antara menyelamatkan nyawa orang lain dan ambisi pribadinya, Profesor Jansen lebih memilih untuk mengorbankan ambisi pribadinya.

Walau dengan berat hati, Instruktur Lennon melepaskan Mark.

"Prof, aku merasa sangat familiar dengan wajah anak malang ini," ujar Instruktur Lennon, mengamati lebih lekat setiap mili wajah Karel.

"Itulah alasan utamaku bersikeras untuk menyelamatkannya."

Profesor Jansen terus memantau perkembangan kondisi kesehatan Karel. Ia bahkan rela meninggalkan ruang sempit yang menjadi laboratorium sederhana untuk penelitiannya demi menjaga anak itu.

"Bertahanlah! Kau harus berjuang untuk terus hidup. Hanya dengan begitu kau dapat membalaskan dendammu pada orang-orang yang telah menyakitimu!"

"Apa Anda sedang mencoba untuk menanamkan sugesti hitam pada alam bawah sadar anak itu, Prof?" Instruktur Lennon terkejut mendengar kata-kata Profesor Jansen.

Ke mana kelembutan seorang dokter yang melekat dalam jiwa Profesor Jansen selama ini? Apa dia telah kehilangan kelembutan itu bersama dengan raibnya satu-satunya sumber kebahagiaannya yang tersisa?

"Kalau aku mati, anakmu juga akan ikut mati bersamaku!" igau Karel.

Wajah Profesor Jansel berseri. Cepat-cepat ia melakukan pemeriksaan pada tubuh Karel.

"Ini mukjizat! Kerja organ vitalnya meningkat!"

"Anda luar biasa, Prof! Tidak sia-sia aku dan tiga anak buahku mengajukan cuti panjang demi bisa menjadi ajudan pribadi Anda.

"Anda selalu bisa membuatku takjub dengan segala keajaiban yang tercipta dari setiap sentuhan tangan Anda."

"Aku hanya perantara. Pada hakikatnya, Allah-lah sumber dari segala keajaiban itu." Wajah Profesor Jansen berubah murung. "Tapi ... apalah arti semua keajaiban itu. Kedua tangan ini tak mampu menyelamatkan anakku."

"Ayah ..." lirih Karel memanggil ayahnya.

Profesor Jansen menitikkan air mata haru. "Selamat datang kembali, Nak! Mulai sekarang, akulah ayahmu!"

Karel yang belum sepenuhnya sadar tercengang. Ia baru saja bermimpi ayahnya menangis di pojok sunyi pada sebuah rumah kecil di tengah hamparan perkebunan sayur. Kenapa ada lelaki asing yang menawarkan diri menjadi ayah pengganti untuknya?

"Akh!" Karel meringis saat mencoba bangkit.

Setiap persendiannya bagai remuk dihantam godam.

"Jangan memaksakan dirimu! Tetaplah berbaring! Kau aman sekarang!"

Profesor Jansen menahan tubuh Karel dan membantunya untuk kembali berbaring.

"T–terima kasih, Dokter!"

"Panggil aku ayah!"

"A–Ayah?"

Profesor Jansen mengangguk.

Karel mengerutkan kening. Dunia sungguh aneh! Ayah mertuanya mati-matian ingin membuangnya, tetapi lelaki asing ini malah memungutnya menjadi anak.

Ini anugerah dari Sang Penguasa jagat raya yang tak boleh ia lewatkan. Dia akan membuat ayah mertuanya menyesal karena telah membuangnya.

Tidak, tidak! Dia bukan hanya akan menaklukkan ayah mertuanya yang berhati buas, tapi juga akan membuat putri tunggal lelaki kejam itu semakin tergila-gila padanya.

'Xela, Tuan De Groot ... aku akan kembali!'

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Knight
antara siksa dan mukjizat.....oke jg tuk awalny. smg lnjutanny lebih menarik lg tor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status