Share

87. Melawan

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-12-01 17:30:30

Lucien berdecak pelan, sambil menatap tubuh Elian yang terlelap di atas ranjang dengan napas yang terasa berat. Masih berpakaian lengkap, tapi keringat yang bercucuran membuat tidurnya terasa tidak nyenyak.

"Kenapa juga dia harus tiba-tiba sesak napas." Lucien kembali berdecak pelan. "Pakai acara pingsan lagi."

Kesal, Lucien melempar kaleng bir yang dia pegang. Itu membuat Elian nyaris saja berjengit karena kaget.

"Ya, Tuhan. Jangan sampai ketahuan kalau aku hanya pura-pura pingsan," gumam Elian dalam hati,

Tadi, Elian memang sempat merasa sesak napas. Namun, dia masih cukup sanggup untuk menenangkan diri, sambil memikirkan Sebastian. Hanya saja, Elian pikir lebih baik kalau dia pingsan saja. Setidaknya, dengan begitu dia bisa mengulur waktu.

"Sekarang berpikir, Eli." Yang empunya nama masih bersuara dalam hati. "Bagaimana caranya melarikan diri dari sini."

"Woi."

Suara yang Lucien yang terdengar dekat, membuat Elian terkaget. Elian sudah tersentak, tapi dengan cepat men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   101. Bicara Serius

    "Wah, coba lihat dia." "Apa itu benar Elian?" "Kalau diperhatikan lagi, dia kelihatan seperti Cara Delevingne ya." "Tampan dan cantik." "Sejak dulu dia memang begitu, tapi sekarang jadi lebih gila lagi." Elian berdehem pelan, saat dia masuk ke dalam lift. Itu dia lakukan karena dirinya bisa mendengar semua celotehan orang-orang di sekitar. Bahkan di dalam lift yang tidak banyak orang pun masih ada yang menatapnya dari atas sampai bawah sambil berbisik. "Kau kenapa?" Sebastian bertanya, sambil menatap sang istri. "Apa tenggorokanmu gatal? Gejala batuk?" "Tidak apa-apa kok." Elian dengan cepat menggeleng. "Mungkin kurang minum air." "Oh, aku bawa tumbler." Sebastian segera mengambil ransel yang tersampir di bahunya. "Minum saja dulu ini, lalu nanti aku akan belikan obat pelega tenggorokan." "Wah, kau lihat itu?" "Sebastian manis sekali ya." "Perhatian banget. Aku juga mau suami seperti itu." Mendengar suara bisikan di sekitarnya, Elian yang sedang minum itu sampa

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   100. Partner In Crime

    "Dasar jalang." Setelah berhasil memisahkan Elian dan Sebastian, perempuan tadi malah menampar Elian. "Hei, apa yang kau lakukan?" Tentu saja Sebastian akan menarik perempuan yang memakai topi itu menjauh dari istrinya. "Kau tidak apa-apa?" Sang produser kini bertanya pada Elian. "Tidak apa-apa, tapi siapa kau?" Tentu saja pertanyaan yang terakhir itu ditujukan pada si penyusup. "Aku ini pacarnya Sebastian," hardik perempuan itu melepas topi dan kacamata hitam yang dia pakai. "Tidak ada satu orang pun yang bisa mengambil dia dariku. Mau itu kau atau si banci Elian." "Lexi?" Kening Sebastian berkerut melihat perempuan muda yang pernah bekerja sama dengannya itu. "Kenapa kau ada di sini?" "Ini masih kantorku," hardik Lexi melempar topinya ke sembarang arah. "Lagi pula, apa yang kau lakukan dengan pelacur ini? Bagaimana bisa kau peluk dia? Kau selingkuh di belakangku?" Sebastian mendengus pelan mendengar pertanyaan itu. Sumpah demi apa pun dia merasa jijik. Padahal, selama

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   99. Berubah

    "Aku tidak pernah suruh Elian pergi ketemu klien," ucap Ariana dengan kedua mata berkedip bingung. "Tapi tadi Elian bilang kau suruh dia untuk pergi ketemu klien." Sebastian langsung protes. Sesampainya di kantor, Sebastian memang langsung mencari Ariana. Namun, karena pemilik perusahaan itu terlambat datang dan juga sibuk, alhasil Sebastian baru ketemu dengan Ariana setelah jam makan siang dan itu adalah sekarang. "Justru tadi Elian yang telepon aku dan minta untuk datang terlambat, karena katanya ada urusan keluarga." Ariana tentu saja akan menjelaskan, karena dia tidak mau dituduh sembarangan. "Dia bilang begitu?" tanya Sebastian dengan kedua alis yang terangkat. "Kau mau aku telepon dia sekarang juga?" Ariana mulai terlihat kesal, karena sepertinya Sebastian masih ragu. "Mari kita tanya saja dia, apa yang sebenarnya terjadi." "Eh, jangan dong." Sayangnya, Sebastian harus menolak. "Nanti Elian marah padaku karena tidak percaya sama dia." "Masalahnya, kau juga tidak p

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   98. Berubah Pikiran

    "Hah? Aku duluan ke kantor?" tanya Sebastian dengan kedua alis yang terangkat. "Iya." Elian mendorong lelaki di depannya itu, untuk segera keluar dari kamar. "Soalnya aku disuruh sama Ariana untuk mengurus klien dulu, jadi kau duluan saja." "Bagaimana kalau kita bersama saja?" Sebelum benar-benar sampai di depan pintu, Sebastian berbalik. "Aku akan antar kau dan bisa temani juga." "Tidak usah." Elian langsung melotot. "Memangnya kau bisa bantu apa kalau misalnya ikut? Aku bisa sendiri dan aku tidak terima penolakan." Pada akhirnya, Sebastian hanya bisa menyerah saja. Dia mau tidak mau pergi, tanpa ditemani oleh pengawal atau siapa pun. Soalnya, Hugo jelas akan mengawal Elian. "Kenapa tidak ada yang mengawal Sebastian?" Tentu saja Elian akan bertanya pada Hugo yang sejak tadi menunggu di depan pintu. "Master tidak suka, tapi kalau Madam mau, aku bisa suruh seseorang untuk mengikuti dia diam-diam," balas Hugo dengan panjang lebar. "Lebih baik begitu." Elian mengangguk penu

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   97. Butuh Bantuan

    "Hangatnya," gumam Elian pelan, sambil mengeratkan pelukannya. "Apa kau benar-benar kedinginan?" Suara yang terdengar barusan, membuat Elian menaikkan sebelah alisnya. Matanya belum terbuka, tapi dia jelas mengenali suara itu. Saking kenalnya, wajah Elian sampai memerah karena sadar apa yang terjadi. "Loh? Kok mukamu merah?" Sebastian langsung terbangun dan memegang kening sang istri. "Apa semalam aku keterlaluan ya?" "Bisa berhenti bicara yang tidak-tidak," desis Elian masih dengan mata terpejam, walau setelahnya dia langsung membuka mata. "Kau sudah bangun?" Sebastian langsung membantu istrinya untuk duduk. "Kau tidak apa-apa? Mau ke rumah sakit?" "Jangan gila." Elian dengan cepat menepis tangan sang suami. "Aku tidak .... Aduh!" "Ada apa?" Sebastian panik sendiri, saat tiba-tiba Elian merintih kesakitan. "Bagian mana yang sakit." Elian tidak membalas, tapi dia menatap sang suami dengan tatapan

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   96. Es Batu

    Elian duduk dengan gelisah di pinggir ranjang dan dalam ruangan yang lebih remang-remang dari biasanya. Tidak segelap ruangan klub yang lain, tapi bagi Elian merasa ini sudah cukup gelap. "Tidak apa-apa, Eli," gumam yang empunya nama sambil merapatkan jubah mandi yang dia pakai. "Kau sudah setuju untuk ikut ke klub, jadi kau harus tenang." Namun, apa yang Elian lihat di dalam ruangan itu membuatnya merinding. Di dalam ruangan, terpajang berbagai jenis borgol, pecut, berbagai macam bulu, tali dan banyak hal lain yang sanggup membuat Elian merinding. Apalagi kalau dibayangkan. "Sebastian belum tentu akan memakai itu semua." Elian kembali bergumam untuk menenangkan dirinya. "Lagian, kau sudah setuju untuk bercinta dengan cara Sebastian. Jangan jadi pengecut." "Apa kau mau mundur saja?" Suara yang tiba-tiba terdengar, membuat Elian tersentak. Dia menoleh ke arah datangnya suara dan menemukan Sebastian hanya menggunakan handuk di sek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status