Lelaki dengan Seribu TahajudBab 19-Tabir Hati Santa-“Kebiasaan kalian, ya. Orang tua itu orang tua, harus hormat kita,” balas Alqi sembari menoyor Fatan. Alqi memang sangat dekat seperti teman kepada anak buahnya. Ia tak akan segan bercanda kepada mereka. Meski sesekali ia tegas, dan beruntung anak buahnya menghargainya di saat tegas maupun tahu diri saat bercanda.Ya, Alqi memang tak pernah memiliki fikiran macam-macam tentang Lilyana. Dalam benaknya Lilyana adalah orang tua yang harus ia hormati. Bahkan ia sangat beruntung bisa memiliki kenalan orang hebat yang bisa ia jadikan sebagai guru. Meski sering terselip tanya dalam hatinya, kenapa wanita itu begitu baik kepadanya? apakah benar seperti yang rekan-rekan kantor ucapkan?***ajSaat hiruk pikuk berganti sunyi, saat hanya bintang-bintang di langit yang terlihat begitu dominan. Saat kebanyakan orang sedang tertidur pulas, Pada malam-malam panjang, Alqi kembali bersujud kepada Sang MaHa Segala. Saat semesta terasa sedang khusu’
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 20-Fitnah Keji-“Enggak, Bang. aku nggak serendah itu!”“Lantas?”“Ya karena Santa mangkir dari tanggung jawab aja. Santa bingung, serba bingung.”“Tumben kamu bingung? Ada apa?”Santa mulai terisak. Reflek ia memeluk tubuh Alqi. Diluapkannya tangisan itu pada dada bidang lelaki bertubuh tinggi itu. Alqi tak dapat menghindari dekapan wanita ini. Akhirnya ia menunggu hingga tangisan Santa reda. Lagi-lagi, ia terjebak dalam situasi seperti ini. situasi yang tak ia harapkan. Namun selalu saja rasionalimennya kalah oleh hatinya yang mudah sekali tergerak untuk menolong orang. Otaknya selalu berpikir cepat mendapati kondisi-kondisi tertentu manusia yang butuh ditolong. Setelah tangisan itu reda. Lalu dipegangnya bahu wanita ini dan ia mundur selangkah.“Kamu itu wanita cantik dan berharga, Santa. dengar ya, kamu itu berharga. Jaga diri kamu baik-baik. Hargai dirimu sendiri. Jangan pernah lagi berkeliaran di club-club malam seperti ini.”“Santa nggak per
Bab 22-Meringkus Pelaku Dengan Tangan Sendiri.-“Wak, jangan takut. Saya akan lindungi Wawak kalau memang ada yang mengancam Wak Midun.”___Tes! Satu bulir air mata jatuh. Cepat diusapnya pipi itu.“Saya akan minta orang untuk melindungi Wawak. Setelah ini, akan ada orang yang berjaga di depan rumah ini, kalau memang Wak Midun takut, tapi tolong berceritalah."Midun hanya menggeleng lemah. Air matanya bercucuran."Dari semalam, tim kepolisian pun sudah datang kemari. Mengajak mereka berdua ke kantor polisi, sayangnya mereka ini menolak mentah-mentah, Wak Midun menangis meraung-raung tidak mau, Bang Al," ucap seorang warga yang melongok di depan pintu.Alqi teramat sedih melihat keadaan ini. Wanita janda penjual sayuran yang suaminya telah pergi, hidup berdua dengan satu-satunya anak gadisnya ini yang sehari-hari berdiam di dalam rumah. Seandainya ayahnya memang pelakunya, tak akan ia maafkan. Hanya saja, terlalu kurang ajar jika Alqi meyakini keraguannya sendiri. Sementara Alqi tahu
Bab 23.-Bakti Seorang Anak-Ustadz menepuk-nepuk bahu Alqi. "Dan saya salut, kamu berhasil meringkus kepalanya." Ia menarik lengan Alqi untuk duduk di salah satu sudut ruang tunggu, mereka berdua berbicara banyak hal.---"Gimana kabar kamu Al? Kelihatannya sudah lama, ya kita nggak ketemu?" "Alhamdulillah baik, Tadz. Kabar Ustadz gimana? Iya saya jarang sekali pulang, Tadz. Mungkin karena itu Ustadz jarang lihat saya lagi." Alqi menjawab, respek."Iya, tapi kamu nampak makin gagah dan ganteng sekarang, ya." Ustadz nampak bahagia menatap anak muda di hadapannya.Alqi tersenyum simpati."Ustadz juga gimana kabar, kelihatannya tetap bugar, ini.""Ohya, tentu. Tiap subuh jalan kaki sama anak yang bungsu ke alun-alun sampai matahari terbit, balik lagi. Kemana-mana jalan kaki atau pakai sepeda kalau dekat. Banyakin senyum dimana saja," jawabnya."Gimana lancar usahanya di Jakarta?" "Mohon doanya, Tadz." "Ya, ya, ya, pasti saya bantu doakan. Bulan depan saya akan ke Depok, jemput Faty
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 24.-Berita Kematian-"Santa?""Ya, boleh bareng 'kan, Bang?""Kemana?""Ya ke Jakarta …" Alqi menghela napas. 'Ada apa dengan gadis ini. Bukankah seharusnya dia tahu aku tak akan melakukan perjalanan jauh dengan seorang wanita. Dia sendiri tahu aku lelaki yang menjaga diri dari pandangan wanita.' Alqi mengabaikan Santa. Mencium dan memeluk ibunya, juga adik-adiknya. Meminta ijin lembut agar ibunya tenang. "Nak …." Sang Ibu tak tahu harus berkata apa lagi, berkali ia melarang anak bujangnya itu untuk tak cepat pergi. Namun sia-sia."Nanti Alqi akan selalu video call, Bu. Kabari terus keadaan Ayah, ya."Rosmina mengangguk-angguk menangis."Ibu tenang, ya. Kita usaha maksimal, tapi juga kembalikan semua pada Allah." diusapnya lembut pipi wanita itu. Lantas mencium tangan keriput itu dalam. Tangan kiri Rosmina mengelus kepala itu lembut.Giliran Santa kemudian mencium tangan Rosmida, juga kepada adik-adik Alqi. Ia menyelipkan amplop lumayan tebal ke
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 25-Menjenguk Fatya-"Saya turut berduka cita, Alqi atas kepulangan Ayah kamu. Ayah kamu pasti lelaki yang sholeh, semoga surga menantinya.""Insyaa Allah. Terima kasih, ya, Bu."Lilyana menyodorkan sesuatu ke atas meja. Wanita itu baru saja pulang dari Turki. Setelah mendengar kabar dari Sri, Ia bergegas datang ke kantor Alqi. Alqi memang sesekali masih bersilaturahmi mengunjungi Sri dan Mudin di sana.Teringat beberapa kali Sri bercerita. "Mas Al, Ibu itu memang sayangnya sama kamu beneran, loch. Belio masih suka nanya-nanya soal kamu, gimana kabarnya, warna baju suka warna apa, sepatu sukanya model gimana, nomornya berapa. Westala pokok'e kalo' saya cerita tentang kamu, belio suka. Ibu juga pernah bilang, kangen sama kamu, Mas, waktu kamu baru-baru pindah dari sini. Belio seperti melamun gitu kamu nggak di sini lagi. Wes-wes kalau orang nggianteng dan baik itu, memang sulit untuk di move on-nin, Mas," ucap Sri terkekeh."Mbok nih, bisa aja. Ya Ibu
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 26-Merajut Asa Mendekap Cita-Alqi jadi sedikit melupakan rasa tak nyaman yang sempat hinggap dalam benak. Ada banyak hal berkecamuk dalam jiwa lelaki yang biasanya tenang ini.Ada rasa sedih, saat melihat mahasiswa-mahasiswa kedokteran UI itu menggunakan jas almamaternya. Sedang semangat-semangatnya kuliah, seperti halnya ia dulu yang selalu bersemangat menyambut hari-hari untuk segera menyelesaikan studinya. Mungkin bahkan kini semua teman-temannya sudah lulus, bekerja di perusahaan-perusahaan luar negeri. Ia sendiri yang hanya seorang putus kuliah.Perasaan tak nyaman lainnya, saat melihat salah seorang di antara mereka, dijodohkan dengan Fatya. Ada yang terbakar dalam jiwanya meski ia tahu tak seharusnya begitu. Rasa cemburu yang muncul tiba-tiba dalam benak melihat pemandangan itu, menyadarkannya, bahwa sejatinya ia menyukai gadis itu. Alqi kini mulai memahami perasaannya terhadap Fatya yang selama ini berusaha tak ia terjemahkan sebagai apapun.
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 27-Kerinduan Hati-Sontak Ibu, Nisa dan Altaf terbahak menyaksikan kelakar-kelakar dua orang kakak adik yang sedari dulu memang sudah seperti anjing dan kucing ini."Abang, nih, dari dulu bilangin Nida kayak Nida masih bocah aja. Nida kan udah kelas dua SMA, Bang. Wajarlah sedikit tahu soal cinta-cinta, bosen kan muroja'ah terus," elaknya lagi."Hmm, emang kamu pinter ngelesnya, ya, kayak bajai," timpal Alqi."Ya, pinterlah, 'kan duplikat Abang. Mueheheh." Nida tertawa menggoda.Tak lama terdengar adzan Isya."Sudah-sudah, shalat kalian. Sudah adzan," tegur Nisa kemudian.Nida berlari ke kamar mandi. Keluarga Almarhum Achmad ini memang sudah terbiasa mempraktekkan shalat tepat waktu. Alqi memberi kode pada Altaf untuk gegas shalat ke masjid.Rosmina hendak bangkit dari duduk, menyusul anak-anaknya berwudhu. Ditatapnya sekali lagi sekeliling ruangan yang baru ditempati pagi ini dengan haru. Rumah bertipe lima puluh yang Alqi beli dari sebuah keluarga