Assalamualaikum teman-teman, Bersilaturahmi kembali dengan karya Asa Jannati. yuk follow akun ini sebelum atau setelah baca.#Lelaki_Pemalu_Dan_Calon_DokterCINTA LELAKI BERWAJAH CAHAYAbab 1Temaram lampu jalanan berpendar tertimpa rintik-rintik kecil hujan yang baru saja turun.Gegas Alqi menepi berteduh di teras warung kecil tepi jalan yang sudah tutup. Ia mengeluarkan jaket dalam tasnya, segera memakainya lalu menutup kepalanya dengan kupluk dan melangkah kembali melanjutkan perjalanan.Dalam benaknya terbayang wajah Ibu dan Ayah yang pasti berbahagia melihatnya kembali, setelah dua bulan tak jumpa dari kota tempatnya menempuh pendidikan. Ingin segera ia mengacak rambut dan menciumi ketiga adiknya yang sudah sangat ia rindui itu. Lelah kaki melangkah berkilo meter menuju kampungnya tak ia hiraukan.Alqi mendesah lega kala akhirnya ia bisa melihat atap rumahnya di perempatan gang. Ia percepat langkah hingga akhirnya kakinya menjejak di teras rumah. gawai hitam putihnya sedikit berc
Follow akun sebelum lanjut membaca.Bab 2#Lelaki_Pemalu_Dan_Calon_DokterGadis Bermata Bening“Bang, Nida ikut ….” Gadis kecil kelas tiga SMP itu berlari mengejar sang Abang begitu menyadari sang Abang keluar dari rumahnya. Nida memang adik yang paling dekat dengan Alqi sedari kecil. Terlebih, Alqi memang selalu memanjakan adiknya itu.“Emang mau ngapain, sih, anak kecil ikut-ikut aja,” ucap Alqi memasang tampang jutek begitu Nida sudah berhasil menjajarinya.“Ya Nida mau bantuin Abang, lah. Abang mau ke rumah Bu Sarmi, ‘kan? Rentenir itu? biar nanti kalau Abang kewalahan bicara, Nida yang bantuin,” jawabnya sembari menepuk dada dengan gaya jenaka.“Emang bisa?” “Ya, bisalah. Apa, sih, yang Nida nggak bisa.” Ia terkekeh.“Lagian Abang emang punya uang berapa mau nemuin Bu Sarmi? Dia mah nggak akan mungkin ngelepas rumah kita kalau kita nggak kasih sejumlah uang buat nebusnya.”“Uang? Ya nggak punyalah.” jawab lelaki putih berjenggot tipis itu. Sontak ia dan adiknya tertawa bersamaan
follow akun sebelum lanjut membaca. #Lelaki_Pemalu_Dan_Calon_DokterJangan Menangis Annisa (3)“Alqi minta tolong, Bu. Dalam keadaan sebagaimanapun kepepetnya, jangan pernah lagi minjam uang sama rentenir. Ibu sudah tahu hukumnya. Alqi minta maaf, kalau Alqi sudah jadi anak yang nggak penurut sama Ibu. Mulai saat ini, Alqi putuskan untuk berhenti kuliah. Alqi mau merantau cari kerja saja.”Wajah sang Ibu langsung merebak merah.“Nak, mau kemana kamu? Kuliah kamu sedikit lagi selesai, Nak.” Rosmina berpindah duduk di sebelah putranya dan mulai terisak memeluk bahu itu. Ini yang ia takutkan. Sejak semalam ia sudah tak tenang mendengar keinginan anak lelaki dengan IQ 133-nya itu yang sudah ingin berhenti dari kuliahnya. Rosmina semakin merasa berdosa karena sudah satu bulan ini memang kiriman biaya hidup untuk Alqi tak dikirim, juga termasuk biaya semester yang belum dibayar, walau sebenarnya Rosmina sudah berjanji akan segera mentransfer. Mungkin itu yang menyebabkan Alqi memutuskan p
Mohon klik subscribe n follow dulu sebelum membacaBab 5#Lelaki_Pemalu_Dan_Calon_Dokter-Merantau Untuk Ibu-“Amin …. Makasih, Kak, nasehatnya bikin Nida sedikit tenang.”Terbayang dalam benak, abangnya tadi banyak memberi nasehat, untuk lebih memperbanyak hafalan Al-Quran. “Nida harus bisa, ya. Meski tanpa guru pembimbing. Dicicil sedikit-sedikit. Pasti bisa. Tapi kalau di TPA ada yang bimbing, ya manfaatkan itu untuk mempertajam hafalan. Nanti Abang akan kirimi Nida hape biar Abang bisa mantau Nida dari jauh, ya.” Ia hanya mengangguk, tak bersemangat sembari memegangi tangan abangnya. Dalam benaknya abangnya itu akan pergi lama, bertahun tak akan pulang. Bagaimana jika ia nanti rindu ingin bertemu. Bagaimana jika nanti ia tak mengerti soal matematika, atau fisika. Biasanya ia sudah mempersiapkan banyak bahan pertanyaan ketika pada akhirnya abangnya itu pulang ke rumah. Tapi sekarang? Entah akan berapa lama lagi ia akan menunggu abangnya. Bertanya dengan Annisa, yang ada ia akan
-Telepon Ibu Memberi Sebuah Tanya-Alqi tergemap, mendengar tangisan Rosmina. Ia beristighfar beberapa kali. Lalu mulai menenangkan ibunya.“Bu, tenang. Sabar.” Ia tak mencoba bertanya ada apa sebenarnya. Dibiarkannya suara wanita penyabar yang kasih sayangnya begitu luas kepada anak-anaknya itu tetap menangis.“Alqi ... Nak, anak Ibu tersayang …” Serak suara itu di antara isak.“Iya, Bu.”“Pulanglah, Nak. Ibu kangen. Ayah sakiiit ….”“Ayah sakit, Bu?”“Iya, sakit. Pulanglah, Nak. Kamu pokoknya harus pulang. Jangan di Jakarta lagi.”“Jangan di Jakarta lagi, Bu?”“Iya, Nak, huhuhu …. Pulanglah, Nak, Ibu mengkhawatirkanmu. Khawatir kamu kenapa-kenapa? Ibu takuut. Pulang sajalah, Nak. Kamu tinggal di kampung. susah senang kita di kampung saja. Ibu janji, akan segera lunasi semua hutang Ibu. Ibu pasti bisa lunasi hutang itu. Bismillah, Nak .... Cari rejeki di sini saja. Bareng-bareng sama Ayah Ibu.” Wanita yang sangat Alqi kasihi itu kembali menangis. Dalam benak Alqi menjadi penuh tany
Bab 6-Rumah Masa Kecil Mungkinkah Kembali-“Ya Allah, Qi, baru aja Kang Deni senang punya temen lurus kayak kamu bisa ngajarin shalat, tempat nanya soal agama, eh malah sekarang mau pindah kerja ….” Deni muram. Diusap wajah itu dengan ujung bahunya.“Kita masih sering ketemu, Kang.” Alqi menepuk pundak Kakang ketemu gede yang cukup menghibur hari-harinya belakangan ini.“Bang Alqi. Santa sediiihh banget. Kenapa, si harus pindah? Nanti kita jadi jarang ketemu, deh. Jangan sombong ya kalau udah ada di tempat kerja yang baru ….” Dua sudut bibir perempuan dengan wajah mirip Prilly Latuconsina itu tertarik ke bawah.“Jangan sedih, Bu Bos. Ini malah jalan terbaik. Kan kalau nanti kalian jadi nikah, nggak boleh kerja satu kantor. Ini bentuk pengorbanan Alqi, mengalah, resign dari sini,” candanya yang ditimpali Alqi dengan mata membulat.“Insyaa Allah kita masih bisa silaturahmi, Bu Bos,” jawab Alqi.“Ya, janji, ya Bang, tetep komunikasi. Tetep mau jawab kalau saya WA. Sukses ditempat yang b
-Maukah Kamu Datang Menemui Papa?- (7)Kemudian ia fokus lagi membereskan service-an laptop di depannya. Di sampingnya berjajar sembilan buah laptop yang menanti untuk dibenahi juga. Seperti biasa, lantunan murotal bervolume kecil terdengar mengalun dari gawainya.“Bang Alqi ….” Seorang wanita sudah berdiri di depan pintu kosnya. Tubuhnya basah wajahnya berurai air mata.---“Bu San-ta,” jawab Alqi terbata. Tanpa diminta, Santa langsung masuk ke ruang tamu kosannnya. Alqi segera bangkit berdiri, tergagap.“Bang, Papa Santa kecelakaan,” isaknya.“Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.”“Tolong antar Santa ke Primaya Hospital Tangerang, naik motor, biar cepat sampai, Bang.” Alqi terpegun sesaat. Kemudian menatap wanita yang sedang menangis ini. “Tolong, Bang. Santa nggak tahu lagi mau minta tolong siapa. Santa nggak tahu apakah Papa selamat atau nggak. Tolong kalau perlu nanti Santa bayar.” Terbata di antara tangisan Santa memohon.Alqi menjadi iba, dan alangkah kurang ajarnya bila tak
-Kedermawanan Gadis Berhati Salju- (8)Sebuah WA masuk dari Santa.[Alhamdulillah. Semoga terus Allah sehatkan, ya.] balas Alqi.[Papa mau kenal kamu lebih jauh, Bang. Mama juga. Maukah kamu nanti datang sekali lagi menjenguk Papa?]----Seketika Alqi tertegun. Sebuah tawaran baik. Bersilaturahmi. Alqi mencoba tak ingin punya penilaian berlebihan. Tapi di sisi lain ada tanya dalam benaknya. Apakah keluarga Santa mengira ia memiliki hubungan khusus dengan Santa? Jika, ya, Alqi merasa tak perlu datang, karena akan semakin sulit menghindar dan akan menyakiti Santa nantinya. Ia tak hendak ingin menjalin hubungan dekat dengan perempuan manapun saat ini.Ia lelaki yang punya prinsip tak pacaran, tak dekat dengan wanita manapun. Ia begitu menghormati wanita, memacarinya artinya adalah menjatuhkan martabatnya sebagai seorang wanita.Ia ingat pesan Ustadz Ibrahim yang sering berceramah di masjid Salman, kampusnya, laki-laki baik-baik tak akan memacari perempuan manapun. Berdekatan dengan lawan