Share

Bab 189

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2024-07-12 17:52:40

“Serius?” Raut muka Gianna tampak berpikir keras.

“Kamu meragukan kemampuanku?”

“Bukan begitu. Aku percaya. Hanya saja, aku belum sempat mengeceknya. Cuma melihat sepintas lalu, tapi … foto itu kelihatan asli.”

Amisha tersenyum tipis. “Fotonya memang asli, tapi videonya sudah diedit.”

“Benarkah? Kurasa, aku harus mengeceknya sendiri.” Gianna terkesima.

Ia mengira dirinyalah yang lebih dulu membaca berita itu. Ternyata ia kecele. Amisha justru sudah mengetahui berita itu lebih cepat dari dirinya.

Amisha mengangguk ringan.

“Tidak perlu. Sekarang tugasmu melacak alamat IP-nya. Terus hubungi orang-orang kita untuk mencari keberadaan pelakunya!” perintah Amisha pada Gianna sembari kembali ke tempat duduknya.

“Siap, Bos!”

Tanpa membuang waktu, Gianna langsung bergerak. Tidak butuh lama bagi Gianna untuk melacak alamat IP sang pelaku penyebaran berita yang mencoreng nama baik Zain.

Gianna merogoh kantong blazer dan mengeluarkan ponsel dari sana, lalu memencet tombol berlambang gagang telepon
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 295

    Sedari tadi Zain berjalan bolak-balik layaknya sebuah setrika yang sedang bekerja. Sebelah tangannya terkepal menutup mulut. Sesekali ia meniup kepalan tangan yang bergetar itu. Detak jantungnya memburu dan kian bergemuruh seiring waktu. "Duduk, Bro! Bawa tenang! Banyak-banyak berdoa!" bujuk Yoshi, menenangkan kegelisahan Zain. Tanpa membantah, Zain menjatuhkan pantat di atas kursi ruang tunggu. Namun, sedetik kemudian ia bangkit lagi dengan resah yang makin membuncah. Yoshi menghela napas panjang, prihatin dengan kondisi Zain. Ia tahu kakak sepupunya sedang dilanda panik. Sudah cukup lama Amisha dikurung di dalam ruangan bersalin, tetapi belum juga terdengar lengkingan tangis bayi. Ketenangan batin Zain terus tergerus detik demi detik. Gianna berlari tergopoh-gopoh melewati koridor rumah sakit menuju ruang bersalin. Ia harus menyelesaikan urusannya dengan klien sebelum datang menyusul Amisha.

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 294

    "Aduh! Sakit banget!" keluh Amisha, mengaduh. Ia berjuang menahan nyeri dengan memegangi bagian bawah perutnya. Terpaksa ia pun membatalkan niatnya untuk turun, lalu kembali duduk di tepi ranjang. Tas kerja yang sudah ditentengnya ditaruhnya di atas kasur. Wajahnya memucat. Sebagian besar isi perutnya bagai ditarik dengan paksa ke bawah. "Astagfirullah. Ya Allah! Sakitnya!" jerit Amisha lagi. Ia mencoba meluruskan perutnya dengan menopangkan kedua tangan ke belakang. Namun, rasa nyeri itu tak berkurang sama sekali. Malah semakin menyentak. Zain yang saat itu sudah menunggu di bawah berdiri dengan gelisah. Biasanya Amisha tak pernah terlambat berangkat kerja. Diliriknya arloji yang melingkar di tangannya. Hampir sepuluh menit Amisha mundur dari kebiasaan disiplin waktunya. Raut muka Zain seketika berubah ketika teringat bahwa mereka baru kemarin pulang dari Bumi Rafflesia. Mendugas ia masuk kemb

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 293

    “Mau ke mana dulu, Tuan? Non?” tanya Encep pada Zain dan Amisha. Mata paruh bayanya mengintip kemesraan sepasang suami istri itu melalui kaca spion. Tanpa sadar, ia mengulum senyum. Mungkin ikut terbayang masa mudanya bersama Imah. “Terserah Mang Encep ke mana baiknya,” sahut Amisha. “Non nanti mau belanja tidak?” tanya Encep lagi. Sesaat Amisha melirik Zain, meminta persetujuan suaminya lewat tatapan mata. “Up to you, Sweetie. Asal kau sanggup dan tetap sehat,” komentar Zain. “Mungkin cuma beli oleh-oleh khas daerah ini saja, Mang!” putus Amisha. “Oke. Mang Encep siap memandu Non Amisha dan Tuan Zain,” seru Encep, menambah kecepatan laju mobil yang dikendalikannya. Destinasi pertama, Encep membawa Amisha dan Zain ke Pantai Panjang. Panas mentari selepas zuhur sedang terik-teriknya. Alhasil, mereka hanya duduk manis menikmati deburan ombak sembari menikmati es kela

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 292

    “Huh? Ponsel Glen?” tanya Amisha seraya mengulurkan tangan, meraih sebuah gawai yang berdering nyaring di atas meja ruang tengah.Ia baru saja akan melewati ruangan itu, menyusul Zain yang sudah keluar lebih dulu.Sesaat ia mengintip ke ruang makan. Memastikan kalau-kalau masih ada Glen di sana. Ternyata ruangan itu kosong.“Ke mana anak itu? Ponselnya malah ditinggal di sini?” heran Amisha.Karena Glen tak jua kunjung menampakkan batang hidungnya, dengan sangat terpaksa Amisha mengangkat panggilan kala ponsel Glen kembali berbunyi.Seraut wajah perempuan cantik yang muncul di layar monitor ponsel itu membuat alis Amisha sedikit mengerut.‘Pacar Glen?’ batinnya.“Ya?” sahut Amisha setelah menekan lambang telepon berwarna hijau.Hening sejenak. Mungkin gadis cantik di seberang telepon terkesima mendengar suara seorang perempuan yang menyahuti panggilannya.“Maaf, apa benar ini nomor telepon Glen?” tanya

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 291

    Gee masih menanti jawaban Gianna dengan dada berdebar, harap-harap cemas. “Bagaimana, Nona Gianna? Anda tertarik?” "Oh, tidak! Terima kasih atas tawarannya. Aku demam panggung," tolak Gianna, terang-terangan. "Aku suka kejujuran Anda, walaupun harus kuakui bahwa aku juga kecewa ditolak mentah-mentah. Anda orang pertama yang menolak tawaran langsung dariku, Nona Gianna," sahut Gee disertai nada gurauan. "Fitting-nya sudah selesai, ‘kan?" tanya Gianna, mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, tentu saja. Calon suami Anda memilih mode terakhir," beritahu Gee. "Aiiyya, Anda mengabarinya?" kaget Gianna. "Jelas! Dia yang ingin menentukan sendiri seperti apa penampilan calon pengantinnya di hari istimewa itu," tukas Gee. "Terserah. Bagiku itu tidak penting," putus Gianna, tak ingin berlarut-larut membicarakan calon suaminya yang sok misterius itu. "Ini, Mr. Gee!

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 290

    “Kak, boleh pinjam mobil?” tanya Glen pada Zain. Sementara sendok berisi makanan menggantung tepat di depan mulutnya.Zain menghentikan suapannya, melirik Glen dengan tatapan penuh tanya.“Mau ke mana?”“Tidak terlalu jauh sih. Cuma mau ke rumah Uncle Harist,” jawabnya, sedikit tak acuh. Tangannya sibuk mengumpulkan makanan yang berserakan di atas piring agar lebih mudah disendok.“Kamu masih di bawah umur, ‘kan?” tebak Zain.“Cuma kurang setahun,” sahut Glen santai.“Tetap masih kurang. Ini Jakarta, Bro!” tegas Zain.“Kesimpulannya nggak boleh nih?”“Aku akan mengantarmu ke sana,” putus Zain.“Okay. I have no choice, right?” sahut Glen, pasrah.Walaupun hati kecilnya sedikit kecewa, Glen terpaksa harus menerima keputusan Zain. Lagi pula, ia tidak ingin mendatangkan masalah bagi kakak sepupunya seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan dia berurusan dengan pihak berwajib.Ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status