Sesampainya di rumah Serena terkagum sampai matanya tak berkedip melihat rumah mewah di depannya.
"Ayo masuk," ajak Radit.
"Wah besar sekali kayak istana," ucap Serena tanpa sadar sehingga membuat orang di sekitarnya tersenyum.
"Ayo sayang masuk," ucap nyonya Vivi.
"Ah iya, Mah," ucap Serena sambil berjalan masuk. Sesampainya di dalam di terkaget karena pelayan di rumah terdeter berdiri dalam bentuk barisan untuk menyambut mereka.
"Selamat datang nyonya, tuan dan nona Serena," ucap pelayan itu serempak, sebelumnya mereka tahu bahwa ada anggota baru di kediaman Pras.
"Bibi Leni tolong antar kan Serena ke kamarnya di lantai tiga," ucap nyonya Vivi.
"Baik nyonya, mari non Serena saya antar kan," kata bibi Leni.
"Ah iya, Bi," kata Serena sambil mengikuti langkah bibi Leni.
"Ini, Non, kamarnya saya tinggal dulu," kata Bu Leni setelah sampai di kamar Serena.
"Iya, Bi terimakasih," kata Serena tersenyum.
"Iya, Non, sama-sama, kalo vegbeg saya permisi dulu non, Serena," kata Bu Leni sambil berjalan.
Sampai di kamar Laras langsung terkagum melihat kamar yang besar ini mungkin di perkirakan dua kali lipat dari kamarnya di rumah Pratama, Serena pun melempar kan badannya di atas King size. Karena kelelahan Serena pun tidur.
"Bi, tolong antar kan pakaian Serena ya," kata nyonya Vivi setelah menerima baju pesanan dari mall tadi sore.
"Ah iya nyonya," jawab Leni sambil mengambil barang Serena dan ikuti empat pelayan lainnya yang membantu, sesampainya di atas mereka sudah mengetuk pintu namun karena tidak ada jawaban mereka pun masuk dan melihat Serena terlelap, mereka pun menyimpan barang-barang itu dengan pelan takut mengganggu tidur Serena, setelah semuanya selesai mereka pun keluar kamar dan berjalan ke bawah sampai di bawah bi Leni di panggil sama nyonya Vivi.
"Bi Leni bagaimana Serena," tanya nyonya.
"Non Serena tidur nyonya mungkin kecapean," kata Bi Leni.
"Ya sudah bi Leni suruh teman-temanmu istirahat," kata Nyonya.
"Iya, nyonya, mari," kata Bi Leni sambil berlalu.
Nyonya Vivi memang orang yang baik, dia tidak pernah membedakan antara pelayanannya baginya mereka adalah keluarga, makanya pelayan betah kerja di rumah besar mereka. Di kediaman Prasetyo ada sepuluh pekerja, enam orang pembantu, dua orang satpam dan dua orang tukang kebun. Mereka semua tinggal di belakang kediaman Prasetyo.
Pagi harinya Serena bangun dan melihat sekeliling, saat pandangannya jatuh ke lemari pakaian dia langsung melompat kaget karena melihat begitu banyak pakaian bermerk tertata rapi di lemari, bukan hanya itu dia pun langsung melongo melihat perhiasan dan juga make up yang tertata rapi di tempatnya masing-masing.
Setelah melihat semuanya dia pun pergi kemarin mandi untuk membersihkan badannya setelah itu dia memilih pakaian namun bingung tidak ada pakaian yang sederhana di lemari, akhirnya pilihannya jatuh jepkep baju kaos hitam dan celana legging yang elegan dan sederhana pas di badannya,dia pun bergegas keluar kamar tanpa memakai make up, hanya polesan lipstik sedikit. Dia turun ke bawah dan melihat para pelayan sudah mulai bekerja.
"Pagi, Bi," sapa Serena.
"Eh, Non Serena, pagi, Non," jawab bi Leni mewakili teman yang lainnya.
"Ada yang bisa saya bantu nggak, Bi," tanya Serena.
"Tidak ada non sebentar lagi sudah selesai," kata Bi Leni sambil memperhatikan pekerja lainnya yang sibuk, karena tugas bi Leni adalah membersihkan kamar jadi untuk masak ada pembantu lainnya.
"Ya sudah, Bi, Bu aku mau kebelakang bisa antar nggak," tanya Serena.
"Mari non, bibi antar," kata Bi Leni sambil berjalan yang di ikuti oleh Serena.
"Ini non, ini adalah tanaman yang di taman oleh nyonya karena sejak dulu iya suka dengan bunga-bunga," kata Bi Leni.
"Bibi udah lama kerja di sini," tanya Serena.
"Udah lama non sejak tuan Radit umur empat tahun," kata Bi Leni.
"Wah berarti lama banget ya, Bi" kata Serena.
"Iya, Non udah lama, ohh ya non saya ke dalam dulu," kata Bi Serena.
"Iya sudah, Bi terimakasih," ucap Serena tersenyum.
Serena memandang tanaman indah di depannya sambil tersenyum,dia membayangkan betapa malang kehidupannya selama ini, dia bercita-cita menjadi dokter tapi semua itu dia kubur dalam- dalam mengingat selama ini di bekerja banting tulang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tak terasa air matanya jatuh.
"Non, Serena di tunggu di meja makan sama nyonya dan tuan muda," kata Bi Leni mengagetkan serena yang sedang melamun, Serena buru-buru menghapus air matanya.
"Ah iya, Bi," kata Serena sambil berdiri. Sesampainya di dalam, Nyonya Vivi dan Radit sedang duduk di meja makan menunggu Serena.
" Maaf, Mah," kata Serena canggung.
"Nggak apa-apa dayang, ayo makan," ajak Nyonya Vivi. Mereka pun makan dengan tenang, setelah selesai makan mereka berkumpul di ruang tamu.
"Radit hari ini ada meeting, Mah," kata Radit hendak berdiri.
"Dit sebentar siang ajak fitting baju di butik Tante Luna teman mama," kata Nyo Vivi.
"Iya, Ma, nanti jam makan siang Radit langsung kesana, mama dan Serena duluan aja kesana," kata Radit lalu mencium tangan mamanya.
"Iya hati-hati," kata Nyonya Vivi. Setelah radit berangkat, nyonya Vivi pun meminta Serena untuk membantunya berjalan.
"Serena tolong bantu mama berjalan yah, mama udah bosan duduk terus," kata nyonya Vivi.
"Iya, Ma, ayo, Ma. Serena bantu pelan-pelan, Yah," kata Serena sambil memegang tangan nyonya Vivi. Setelah satu jam berlatih akhirnya nyonya Vivi sudah bisa berjalan seperti biasanya.
"Sayang mama udah bisa jalan, ngga kaku lagi," kata Nyonya Vivi senang.
"Iya, Ma, akhirnya mama bisa jalan," kata Serena ikut senang.
"Ohh yah sayang mama telfon teman dulu yah, nanti kita ke butik langganan mama," kata nyonya Vivi.
"Iya, Mah," kata Serena tersenyum. Nyonya Vivi pun menelepon temannya Luna "hallo Luna ini Vivi," kata nyonya Vivi.
",,,,,,,," Luna.
"Ini loh sebentar siang saya kesana dengan valoc menantu saya," kata nyonya Vivi.
",,,,,,,," Luna.
"Hhhh iya Radit mau nikah loh," kata Nyonya Vivi senang.
" ,,,,,,," Luna.
"Iya sudah nanti kita bicarakan kalo ketemu," kata nyonya.
",,,,,,," Luna.
"Oke," kata nyonya Vivi langsung mematikan ponselnya.
"Ayo sayang kita siap-siap," kata nyonya Vivi menarik tangan Serena.
"Ah iya, Ma," kata Serena mengikuti langkah nyonya Vivi.
Sesampainya di kamar Serena langsung mengganti pakaiannya dengan gaun sederhana yang elegan, sangat pas di badannya lalu mengoles sedikit pewarna bibir dan bedak bayi, setelah itu dia memilih sepatu warna putih lalu memakainya, dengan rambut yang di gerai menambahkan kecantikan alaminya.
"Ayo sayang," ajak nyonya Vivi.
"Iya, Mah," kata Serena menyambut tangan nyonya Vivi. Mereka pun berangkat di antar sopir.
Sesampainya di butik Luna mereka langsung di sambut langsung Luna. "He Vivi," sapa Luna. "Heiii jeng apa kabar?" tanya Vivi. "Baik banget gimana keadaan kamu udah mendingan kan" tanya Luna sambil menggandeng tangan Vivi lalu duduk ruang kerjanya. "Udah mendingan kok, ohh iya ini calon menyukai saya Luna," kata Vivi lalu menarik tangan Serena untuk duduk di sampingnya. "Wow, Vi, si kutub Utara pintar banget cari bini, udah cantik nih, siapa namamu," tanya Luna. "Serena, Tante," jawab Serena tersenyum. "Nama yang cantik sama seperti orangnya kenalkan nama saya Luna mamanya Arga," kata Luna tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Iya Tante," kata Serena menyambut uluran tangan Luna. "Oh ya, si kulkas mana," tanya Luna. "Oh itu tadi katanya nunggu makan siang baru mampir ke sini," kata Vivi. "Cikk, si kulkas sudah menikah tapi anakku itu lemot banget pacar aja nggak ada," cerocos Luna. "Sudahl
Hari pernikahan kita telah tiba, di sebuah kamar besar Rena sedang di dandani oleh MUA." Nona anda sangat cantik sekali" kata MUA tersebut" Terimakasih mbak" kata Rena" Sama-sama nona, semuanya sudah selesai kami keluar dulu" kata MUA tersebut" Sayang kamu cantik sekali" kata Vivi" Terimakasih mah" kata Rena tersenyum" Iya sayang sama-sama" kata Vivi" Wow pengantin wanitanya cantik sekali" kata Luna yang baru masuk" Terimakasih tante" kata Rena" Iya sayang sama-sama" kata Luna" Sayang mama keluar sebentar ya mau lihat Radit" kata Vivi" Iya mah" kata rena****Di sebuah kamar yang tak kalah besar terlihat Radit sudah siap dengan jas pengantinnya." Sayang kamu sudah selesai" kata Vivi yang baru masuk" Iya maha" kata Radit' sebentar lagi kamu sudah jadi suami jadi jangan pernah menyakiti hati istrimu, wanita itu tipis seka
Serenatidak pernah menyangka bahwa ternyata pernikahan yang terjadi hanyalah pernikahannya kontrak. "Sayang kok ngelamun sih," kata Vivi yang sedari tadi melihat menantunya melamun. "Ahh nggak apa-apa mah," kata Rena. "Oh iya sayang nanti temani ibu ke rumah sakit yah buat kontrak kaki ibu ini," kata Vivi. "Iya mah, Serena siap-siap dulu yah," kata Rena lalu bangkit dari tempat duduknya menuju kamar untuk bersiap-siap, setelah itu ia turun lagi. "Sudah sayang," tanya Vivi. "Iya, Rena kita masuk," kata Vivi setelah sampai di rumah sakit. "Iya, Ma," kata Rena lalu melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Setelah dari rumah sakit kini nyonya Vivi dan Rena sedang duduk di sebuah restoran mewah. "Oh iya sayang kapan kalian bulan madu," tanya Vivi. "Rena terserah kak Radit aja mah," kata Rena tersenyum. "Heiii, Vi," sapa Luna yang baru masuk restoran. "Luna ayo sini," kata Vivi melamba
Setelah sampai di kampus, Rena masuk ke kelas setelah di bertemu dengan rektor berkaitan dengan jurusan dan kelas yang dia pilih. "Hai mahasiswa baru ya," tanya seorang perempuan yang duduk di samping Rena. "Ah, iya," kata Rena tersenyum. "Kenalin aku Stella baru dua minggu masuk kampus ini," kata perempuan yang bernama stella sambil mengulurkan tangannya ke pada Rena. "Aku Rena," kata Rena menerima uluran tangan Stella sambil tersenyum. "Selamat pagi adik-adik," kata dosen yang baru masuk "Pagi, Pa," kata semua mahasiswa. Dua jam mengikuti pelajaran akhirnya kini waktu untuk beristirahat. "Rena kamu tinggal di mana?" tanya Stella "Aku tinggal bersama sua, ahh maksudnya aku tinggal sama majikan aku?" kata Rena yang hampir keceplosan bilang suami. "Ohhhh ya terus kamu di ijinin kerja," tanya Stella. "Iya asal kan pekerjaan rumah di kerjakan pagi hari biar pulang kampus langsung masak makan m
Sore harinya Rena sudah ada rumah, sepeese biasa dia membersihkan semua pekerja rumah dan memasak makan malam meskipun itu tidak akan pernah di sentuh oleh suaminya namun dia tetap melakukan itu berharap suatu saat suaminya mau mencicipi masakannya. "Mending mandi dulu deh sambil nunggu tuan Radit," kata Serena lalu berlalu ke kamar untuk membersihkan badannya tidak lama kemudian terdengar suara deru mobil yang masuk ke pekarangan rumah. Rena pun berlari membuka pintu depan. "Malam tuan, mau makan atau mandi dulu," tanya Rena tersenyum, namu orang yang di tanya tidak menjawabnya malah langsung berjalan menuju ke kamarnya. Rena yang melihat itupun menunduk kan kepalanya Setelah Radit benar-benar tidak keluar makan dari tadi Rena pun pergi menuju meja makan. "Ekhmmmmm," dehaman Radit membuat Rena kaget dan langsung berdiri dari meja makan. "Tuan Radit mau makan apa?" tanya Rena "Saya cuma mau bilang besok saya akan ke luar ko
Kedatangan Stella yang menjemputnya. Tidak lama kemudian Stella datang. "Heiii Rena," kata Stella. "Hai, ayo langsung berangkat saja," kata Rena lalu naik ke motor Stella. "Sudah siap, Baby," kata Stella terkekeh. "Sudah ayo," kata Rena. Tidak sampai beberapa menit di perjalanan kini mereka sudah sampai di tempat yang mereka janjikan. "Kamu pesan apa, Beb," tanya Stella. "Aku cappucino saja," jawab Rena. "Mbak capuccinonya dua, yah," kata Stella kepada pelayanan yang sudah berdiri di meja mereka. "Tunggu sebentar ya, Mbak," kata pelayan itu ramah. Setelah menunggu lima menit akhirnya pesanan mereka pun datang. "Silahkan mbak selamat menikmati," kata pelayan tadi. "Terimakasih, Mbak," kata Rena. "Ohhhh yah bagaimana kamu sudah ijin belum sama majikan kamu soal kompetisi," tanya Stella. "Sudah kata majikan aku dia senang banget mendengarnya," kata Rena. "Wah baik ban
Sudah dua bulan Rena dan Radit tidak bertemu. Rena dan Stella juga sudah memenangkan kompetisi di luar negeri. Radit juga sudah bertunangan dengan Bianca meskipun tidak banyak yang tahu hanya Arga dan orang tua Bianca yang tahu. Keluarga Bagaskara juga sudah dua bulan berada di Surabaya namun belum menemukan putri mereka yang hilang. Rena sering menginap di rumah mama Vivi dan Stella. "Rena gimana kalo hari ini kita jalan-jalan," kata Stella. "Stella, aku nggak bisa untuk hari ini soalnya perasaan aku nggak enak," kata Rena murung. "Kamu sakit Rena" tanya Stella khawatir. "Nggak Stella cuma nggak tau kayak akan ada terjadi sesuatu," kata Rena gelisah. "Ya sudah yuk kita pergi ke kafe seberapa jalan aja buat nenangin diri kamu, hari ini kafe di sana akan ada penyanyi loh tuh teman-teman kampus kita sudah pada ke sana semua," kata Stella sambil menunjuk ke arah kafe yang sedang ramai. "Kamu duluan aja ya aku ke toilet sebentar," ka
Di sebuah apartemen Radit dan Arga sedang santai di ruang tamu, mereka di kaget kan dengan berita yang yang muncul di TV Selamat pagi pamirsa hari ini kami akan mengabarkan sebuah berita kecelakaan di jakaJak tepatnya di depan kampus UG. Kecelakaan menyebabkan seorang mahasiswa bernama Serena Narayana hampir kehilangan nyawanya. Setelah berita itu muncul beberapa foto di tempat kejadian dan rincian kecelakaan tersebut hingga tentang keadaan Serena yang di bantu dengan alat rumah sakit. Melihat itu Radit secepat kilat berlari keluar dari apartemen dan Arga juga mengikutinya dari belakang. Radit dan Arga langsung menaiki jet pribadi Radit yang sudah terparkir di atap apartemen. Setelah 1 jam melakukan penerbangan kini jet Radit mendarat di atap rumah sakit tempat di mana Serena di rawat. "Mah, gimana keadaan Rena?" tanya Radit saat sudah sampai di ruang rawat Rena. "Rena koma, Dit, nggak tau kapan sadar," jawab Vivi menangis. "Ma