Share

Chapter 5

Sesampainya di rumah Serena terkagum sampai matanya tak berkedip melihat rumah mewah di depannya.

"Ayo masuk," ajak Radit.

"Wah besar sekali kayak istana," ucap Serena tanpa sadar sehingga membuat orang di sekitarnya tersenyum.

"Ayo sayang masuk," ucap nyonya Vivi.

"Ah iya, Mah," ucap Serena sambil berjalan masuk. Sesampainya di dalam di terkaget karena pelayan di rumah terdeter berdiri dalam bentuk barisan untuk menyambut mereka.

"Selamat datang nyonya, tuan dan nona Serena," ucap pelayan itu serempak, sebelumnya mereka tahu bahwa ada anggota baru di kediaman Pras.

"Bibi Leni tolong antar kan Serena ke kamarnya di lantai tiga," ucap nyonya Vivi.

"Baik nyonya, mari non Serena saya antar kan," kata bibi Leni.

"Ah iya, Bi," kata Serena sambil mengikuti langkah bibi Leni.

"Ini, Non, kamarnya saya tinggal dulu," kata Bu Leni setelah sampai di kamar Serena.

"Iya, Bi terimakasih," kata Serena tersenyum.

"Iya, Non, sama-sama, kalo vegbeg saya permisi dulu non, Serena," kata Bu Leni sambil berjalan.

Sampai di kamar Laras langsung terkagum melihat kamar yang besar ini mungkin di perkirakan dua kali lipat dari kamarnya di rumah Pratama, Serena pun melempar kan badannya di atas King size. Karena kelelahan Serena pun tidur.

"Bi, tolong antar kan pakaian Serena ya," kata nyonya Vivi setelah menerima baju pesanan dari mall tadi sore.

"Ah iya nyonya," jawab Leni sambil mengambil barang Serena dan ikuti empat pelayan lainnya yang membantu, sesampainya di atas mereka sudah mengetuk pintu namun karena tidak ada jawaban mereka pun masuk dan melihat Serena terlelap, mereka pun menyimpan barang-barang itu dengan pelan takut mengganggu tidur Serena, setelah semuanya selesai mereka pun keluar kamar dan berjalan ke bawah sampai di bawah bi Leni di panggil sama nyonya Vivi.

"Bi Leni bagaimana Serena," tanya nyonya.

"Non Serena tidur nyonya mungkin kecapean," kata Bi Leni.

"Ya sudah bi Leni suruh teman-temanmu istirahat," kata Nyonya.

"Iya, nyonya, mari," kata Bi Leni sambil berlalu.

Nyonya Vivi memang orang yang baik, dia tidak pernah membedakan antara pelayanannya baginya mereka adalah keluarga, makanya pelayan betah kerja di rumah besar mereka. Di kediaman Prasetyo ada sepuluh pekerja, enam orang pembantu, dua orang satpam dan dua orang tukang kebun. Mereka semua tinggal di belakang kediaman Prasetyo. 

 Pagi harinya Serena bangun dan melihat sekeliling, saat pandangannya jatuh ke lemari pakaian dia langsung melompat kaget karena melihat begitu banyak  pakaian bermerk tertata rapi di lemari, bukan hanya itu dia pun langsung melongo melihat perhiasan dan juga make up yang tertata rapi di tempatnya masing-masing.

Setelah melihat semuanya dia pun pergi kemarin mandi untuk membersihkan badannya setelah itu dia memilih pakaian namun bingung tidak ada pakaian yang sederhana di lemari, akhirnya pilihannya jatuh jepkep baju kaos hitam dan celana legging yang elegan dan sederhana pas di badannya,dia pun bergegas keluar kamar tanpa memakai make up, hanya polesan lipstik sedikit. Dia turun ke bawah dan melihat para pelayan sudah mulai bekerja.

"Pagi, Bi," sapa Serena.

"Eh, Non Serena, pagi, Non," jawab bi Leni mewakili teman yang lainnya.

"Ada yang bisa saya bantu nggak, Bi," tanya Serena.

"Tidak ada non sebentar lagi sudah selesai," kata Bi Leni sambil memperhatikan pekerja lainnya yang sibuk, karena tugas bi Leni adalah membersihkan kamar jadi untuk masak ada pembantu lainnya.

"Ya sudah, Bi, Bu aku mau kebelakang bisa antar nggak," tanya Serena.

"Mari non, bibi antar," kata Bi Leni sambil berjalan yang di ikuti oleh Serena.

"Ini non, ini adalah tanaman yang di taman oleh nyonya karena sejak dulu iya suka dengan bunga-bunga,"  kata Bi Leni.

"Bibi udah lama kerja di sini," tanya Serena.

"Udah lama non sejak tuan Radit umur empat tahun," kata Bi Leni.

"Wah berarti lama banget ya, Bi" kata Serena.

"Iya, Non udah lama, ohh ya non saya ke dalam dulu," kata Bi Serena.

"Iya sudah, Bi terimakasih," ucap Serena tersenyum.

Serena memandang tanaman indah di depannya sambil tersenyum,dia membayangkan betapa malang kehidupannya selama ini, dia bercita-cita menjadi dokter tapi semua itu dia kubur dalam- dalam mengingat selama ini di bekerja banting tulang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tak terasa air matanya jatuh.

"Non, Serena di tunggu di meja makan sama nyonya dan tuan muda," kata Bi Leni mengagetkan serena yang sedang melamun, Serena buru-buru menghapus air matanya.

"Ah iya, Bi," kata Serena sambil berdiri. Sesampainya di dalam, Nyonya Vivi dan Radit sedang duduk di meja makan menunggu Serena.

" Maaf, Mah," kata Serena canggung.

"Nggak apa-apa dayang, ayo makan," ajak Nyonya Vivi. Mereka pun makan dengan tenang, setelah selesai makan mereka berkumpul di ruang tamu.

"Radit hari ini ada meeting, Mah," kata Radit hendak berdiri.

"Dit sebentar siang ajak fitting baju di butik Tante Luna teman mama," kata Nyo Vivi.

"Iya, Ma, nanti jam makan siang Radit langsung kesana, mama dan Serena duluan aja kesana," kata Radit lalu mencium tangan mamanya.

"Iya hati-hati," kata Nyonya Vivi. Setelah radit berangkat, nyonya Vivi pun meminta Serena untuk membantunya berjalan.

"Serena tolong bantu mama berjalan yah, mama udah bosan duduk terus," kata nyonya Vivi.

"Iya, Ma, ayo, Ma. Serena bantu pelan-pelan, Yah," kata Serena sambil memegang tangan nyonya Vivi. Setelah satu jam berlatih akhirnya nyonya Vivi sudah bisa berjalan seperti biasanya.

"Sayang mama udah bisa jalan, ngga kaku lagi," kata Nyonya Vivi senang.

"Iya, Ma, akhirnya mama bisa jalan," kata Serena ikut senang.

"Ohh yah sayang mama telfon teman dulu yah, nanti kita ke butik langganan mama," kata nyonya Vivi.

"Iya, Mah," kata Serena tersenyum. Nyonya Vivi pun menelepon temannya Luna "hallo Luna ini Vivi," kata nyonya Vivi.

",,,,,,,," Luna.

"Ini loh sebentar siang saya kesana dengan valoc menantu saya," kata nyonya Vivi.

",,,,,,,," Luna.

"Hhhh iya Radit mau nikah loh," kata Nyonya Vivi senang.

" ,,,,,,," Luna.

"Iya sudah nanti kita bicarakan kalo ketemu," kata nyonya.

",,,,,,," Luna.

"Oke," kata nyonya Vivi langsung mematikan ponselnya.

"Ayo sayang kita siap-siap," kata nyonya Vivi menarik tangan Serena.

"Ah iya, Ma," kata Serena mengikuti langkah nyonya Vivi.

Sesampainya di kamar Serena langsung mengganti pakaiannya dengan gaun sederhana yang elegan, sangat pas di badannya lalu mengoles sedikit pewarna bibir dan bedak bayi, setelah itu dia memilih sepatu warna putih lalu memakainya, dengan rambut yang di gerai menambahkan kecantikan alaminya.

"Ayo sayang," ajak nyonya Vivi.

"Iya, Mah," kata Serena menyambut tangan nyonya Vivi. Mereka pun berangkat di antar sopir.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Hamdani Abdullah
typo kebanyakan ...
goodnovel comment avatar
Ropi Anto
banyak banget tipo banyak yg ga ngerti
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status