Berita siang...
“Pemirsa...! Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagi seluruh para pekerja yang bernaung dibawah perusahaan-perusahaan yang tergabung di Sudarta grup. Mereka mulai kembali bekerja setelah hampir tiga bulan lamanya mengundurkan diri ketika perusahaan-perusahaan tersebut diambil alih kuasa oleh Nyonya Naira.“Tuan Besar Sudarta dan putranya Tuan Junara telah resmi membuka kembali semua pabrik-pabrik, studio patriot televisi dan beberapa proyek yang sempat vakum.”“Alhamdulillah kini semua kembali berjalan seperti semula.” Ujar Astuti yang tengah bersiap menikmati makan siang bersama Desma dan ibu Aisyah. Mata mereka tertuju kelayar televisi yang menempel didinding ruang makan itu.“Alhamdulillah Ma... Badai sudah berlalu dalam keluarga kita.” Sahut Desma sambil menyendokkan nasi kepiring Astuti.Sedangkan ibu Aisyah terlihat ikut tersenyum bahagia dan Desma kemudian juga menyendokkan nasi kepiring“Alhamdulillah, akhirnya mereka berkumpul kembali. Semoga mereka akan rukun dan damai selamanya.” Ujar Santi yang turut menyaksikan jalannya persidangan dari channel youtube disebuah laptop yang ditaruh diatas meja.“Iya Ma, akhirnya Bang Mohzan berhasil menyatukan keluarganya.” Sahut Ramona yang duduk disamping Santi. Mereka berdua selalu mengikuti perkembangan kabar keluarga Mohzan dari berita-berita online.“Sebenarnya mereka semua adalah orang-orang yang baik. Namun kehadiran Nyonya Nairalah yang membuat semuanya menjadi kacau balau.” Sambung Santi mengemukakan pendapatnya.Ramona menganggukkan kepala tanda setuju dengan pendapat ibunya. Matanya masih setia memperhatikan layar laptop yang masih menayangkan siaran langsung persidangan Tuan Satya di Jakarta.Disana masih terlihat Tuan Satya menyalami beberapa orang yang hadir dalam persidangan itu. Tubuh Tuan Satya terlihat lebih kurus dan pandangan matanya tidak lagi kejam s
Malam itu cuaca sangat cerah. Dilangit terlihat bulan bersinar terang bagaikan baginda malam yang tengah duduk disinggasana.Tuan Junara dan Desma duduk berdua disebuah bangku panjang yang ada ditaman samping kediaman mereka. Mereka telah bisa menarik nafas lega setelah masalah demi masalah telah terlewati dengan baik.“Desma...!”“Iya Mas..!Tuan Junara merapatkan tubuhnya ketubuh Desma dan menggenggam tangan wanita itu dengan lembut. Desma membiarkan Tuan Junara memeluk tubuhnya dan iapun menyandarkan kepalanya kedada Tuan Junara.“Kita telah menghabiskan begitu banyak waktu dengan tinggal terpisah. Saat ini Mas tidak ingin kita berpisah lagi untuk selamanya.” Bisik Tuan Junara ditelinga Desma.“Iya Mas, semoga saja tidak ada lagi perpisahan diantara kita.” Sahut Desma lirih.“Desma, kamu adalah wanita yang paling cantik yang pernah Mas temui didunia ini. Mas bersyukur bisa menjadi suamimu.&rd
“Saya mau yang itu Mbak..!” Ujar Mohzan menunjuk sebuah cincin yang terbuat dari emas putih.“Yang ini Bang..?” Pelayan toko emas itu mengambil cincin dari etalase dan memberikannya kepada Mohzan.Mohzan menganggukkan kepalanya dan menerima benda kecil itu lalu beberapa saat mematutnya.“Iya Mbak, saya mau yang ini saja. Berapa harganya Mbak..?”“Perlu ditulis nama dibelakang cincinnya Bang..?” Tanya gadis itu.Mohzan mengangganggukkan kepalanya lalu gadis tersebut memberikan secarik kertas dan pena lalu menyuruh Mohzan menuliskan nama yang akan diukir dibelakang perhiasan mungil itu.“Ini Mbak..!” Ujar Mohzan mengembalikan secarik kertas itu berikut penanya setelah ia menulisnya.Gadis itu menerimanya dan membaca sejenak nama yang ditulis Mohzan dikertas itu.“Beruntung sekali gadis yang telah mengikat hati lelaki gagah ini.” Sungut gadis itu dalam hatinya. Dengan ekor ma
Sorak sorai bergemuruh dilapangan yang berada dihalaman depan gedung tua yang menjadi tempat tinggal anak-anak jalanan sebelum pindah keasrama.Alpan dan Jery berada dalam satu tim, sedangkan Mohzan dan Dika menjadi lawan mereka. Arya memilih untuk menjadi wasit.Kedua kesebelasan sudah mulai berhadapan dan kini melakukan kick of pertama.“Ayo Jery... Oper sama Angga... Teriak Alpan menyemangati timnya. Alpan bertindak sebagai kapten di kesebelasannya.Dika berusaha merebut bola dari kaki Angga dan ia berhasil mengoper bola kepada Wahyu lalu Wahyu mengoper lagi kepada Dika dan...“Goool...!!”Gol pertama tercipta dari kaki Dika setelah kedua kesebelasan itu berjibaku hampir 25 menit lamanya. Penonton mulai berdatangan dan menyoraki kedua tim yang bertarung. Dania dan Chen serta Soraya sudah tiba pula ditempat itu. Mereka ikut bersorak memberikan semangat.“Ayooo Jery..! Balaaas...!” Terdengar suara seorang gadis
“Alhamdulillah, kita sudah bisa kembali kerumah kita Lista.” Ujar Danar setelah selesai beres-beres rumah. Khalista baru saja pulang dari sekolah.“Iya Pa, syukurlah Tuan Satya kini sudah berubah baik. Kalau tidak entah apa nasib kita selanjutnya.” Jawab Khalista yang ikut merapikan beberapa barang diruang tamu.Sepertinya rumah itu dibiarkan kosong begitu saja, buktinya tidak ada barang yang berpindah tempat. Hanya debu tebal menutupi dimana-dimana.“Pa, Lista rindu sama Mama Santi dan Ramona. Kalau mereka ada disini tentu akan lebih ramai dan menyenangkan.” Kata Lista menghentikan pekerjaannya. Ia duduk bermenung diatas sofa.“Hmmm...!!” Danar menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia juga sangat merindukan istri dan anak tirinya itu. Tapi ia tidak tahu dimana mereka berada.Danar berjalan lalu duduk disamping Khalista. Pikirannya juga ikut menerawang kemasa-masa dimana mereka masih tinggal bersama
“Ya sudah kalau begitu Bu Anggi. Tidak apa-apa kalau Khalista main disini dulu. Asal Bu Anggi tidak direpotkan.” Sahut Danar sangat sopan.“Wuuuiiih... Inikah yang disebut dengan tobat..? Bertanyalah Anggita kepada dirinya sendiri. Ia menyoroti punggung lelaki yang baru saja berbalik badan menuju pintu pagar rumahnya lalu menghilang.Anggita memutuskan untuk kembali keruang tamu rumahnya. Ia belum puas untuk mengintrogasi anak orang. (Hmm.. kepo juga nih si Ibu..😀😀😀)“Tadi Papamu menanyakan kamu Lista..!” Ujar Anggita memberi tahu Khalista. Namun sepertinya gadis itu tiada bergeming. Ia malah menatap sebuah foto berbingkai indah yang terpajang didinding ruang tamu Anggita.“Berliana... Seandainya kamu masih ada, aku pasti bisa curhat kepadamu. Semakin besar ternyata beban hidup bukan semakin ringan Liana.” Ratap Khalista kepada foto Berliana yang merupakan teman bermain kecilnya.Anggita jadi sedih mendengar ratap
Sabtu pagi dikediaman Tuan Besar Sudarta.Kesibukan terlihat diruang makan pagi itu. Seluruh keluarga Tuan Besar Sudarta berkumpul mengelilingi meja makan. Ratmi terlihat sibuk melayani dengan menata hidangan diatas meka dibantu oleh Desma dan ibu Aisyah.Sebuah televisi dengan layar lebar puluhan inci tergantung didinding menayangkan berita pagi.Mohzan duduk berdampingan dengan Alpan dan Tuan Satya berdekatan dengan Tuan Junara. Disamping Tuan Junara ada Desma lalu ibu Aisyah. Sedangkan Tuan Besar Sudarta berdampingan dengan Astuti istrinya yang kini tengah malayaninya dengan mengoleskan slai mangga kepotongan roti yang merupakan kesukaan Tuan Besar Sudarta.“Bagaimana Mohzan..? Mohzan sudah siap menghadapi Mr. Vincent malam ini.?” Tanya Tuan Junara kepada Mohzan yang sibuk memotong roti dengan pisau kecil diatas piring datar.“Insya Allah Pa !” Jawab Mohzan tenang setenang ia mengunyah makanan dimulutnya.“Pemirsa.. hari
Gedung olah raga dipusat kota Jakarta semakin ramai dikunjungi para calon penonton yang ingin menyaksikan langsung pertandingan duel antara Mohzan dengan Mr. Vincent. Kepada setiap calon penonton dijual satu lembar tiket yang harganya tidak terlalu mahal. Hasil penjualan tiket itu sudah disepakati akan diberikan kepada masyarakat yang berekonomi lemah dan akan disalurkan melalui dinas sosial. Hal itu menjadi persyaratan mutlak dari Mohzan sebelum menyetujui pemungutan biaya dari pertunjukkan itu.Karena besarnya gedung tidak mencukupi untuk menampung semua penonton yang hadir, maka diluar gedung disediakan layar yang sangat besar agar penonton yang tidak berhasil mendapatkan tiket tetap bisa menyaksikan jalannya pertandingan.Satu persatu tamu kehormatan memasuki gedung itu. Mereka datang dari berbagai negara guna untuk menyaksikan langsung pertandingan yang sungguh tidak biasa ini. Mereka mempunyai tugas dari negara mereka masing-masing untuk memberikan keterangan resmi s