Tuan Junara memasuki halaman kantor Wisnu dengan sepeda motornya. Ia memarkir diantara beberapa motor karyawan yang lain.
Belum sempat ia meninggalkan halaman parkir itu tiba-tiba seorang laki-laki mendekatinya.“Selamat sore Tuan Junara...!! Perkenalkan nama saya Samuel. Saya adalah kepala sekuriti disini.” Lelaki yang ternyata bernama Samuel itu memperkenalkan diri dengan hormat.“Oh, selamat siang Bapak Samuel. Saya Junara akan menjadi bawahan Bapak. Sebutkan apa perintah yang harus saya laksanakan ?” Tuan Junara menyalami lelaki itu dan menanyakan tugasnya.Samuel nampak sangat grogi untuk memberi perintah kepada seorang Junara. Siapa sih yang tidak kenal dengan sosok pengusaha yang satu ini..? Selain kaya raya ia juga terkenal sangat dermawan dan berhati mulia. Wajah pemilik stasiun televisi swasta itu dikenal oleh semua orang di negeri ini karena wajahnya sering wara wiri dilayar kaca.Samuel menggaruk kepalanya yang tidak gatalWajah Arya langsung bersemu merah begitu melihat kehadiran Soraya ditempat itu. Pemuda itu tidak memperlihatkan wajah cemburu lagi kepada Chen. Soraya sudah menjelaskan kepada Arya bahwa dirinya dan Chen adalah kawan sejak kecil karena mereka bertetangga. Dan Arya juga bisa menerima itu dan memakluminya.“Hai Adik ipar...!!” Seru Dania sumringah menyapa Arya. Dania memang memiliki sifat yang ceplas ceplos. Dirinya sangat berbeda dengan adiknya Soraya yang bersifat pemalu.Arya tersenyum dan menyalami Dania, Soraya dan Chen. Dengan Chen seperti biasa mereka mengadu kepalan tinju sebagai simbol persaudaraan.“Oh ya, Kak Dania.. ini kenalkan Abang Mohzan..!” Soraya memperkenalkan kakaknya itu dengan Mohzan.Dalam hati sebenarnya Soraya berharap Dania dan Mohzan saling jatuh cinta.Mohzan menerima uluran tangan Dania yang menyalaminya.“Terima kasih telah menyelamatkan Mama saya..!” Ujar Mohzan membuka percakapan dengan D
"Alpan itu adalah saudara sepupumu Mohzan, hanya dialah satu-satunya saudara sedarah denganmu. Usahakan perkecil masalah dengan dia.” Desma memberi nasehat kepada putranya sambil menghidangkan makanan dimeja makan.Akhir-akhir ini, permasalahan dengan Alpan terus saja meruncing. Alpan dengan berbagai cara terus menyerang Mohzan. Mulai dengan fitnah-fitnah dan cacian yang sengaja ia sebarkan lewat media masa sampai dengan tindakan nyata yang ia lakukan bersama anak buahnya.“Iya Ma, Mohzan akan berusaha mengendalikan situasi ini agar tidak berkembang menjadi lebih buruk lagi. Bagaimanapun Mohzan harus menghargai Mas Alpan. Dia adalah satu-satunya saudara Mohzan. Tapi sayang, Mas Alpan selalu berprasangka buruk kalau kita akan menuntut hak atas semua kekayaan Kakek yang telah ia kuasai.” Sahut Mohzan menarik nafas prihatin.“Hmmm...” Ibu Aisyah yang sedari tadi hanya mendengar, kini ikut mendesah. Ia kemudian menyendokkan nasi ke piring Moh
"Ada tamu untukmu...!” Seorang petugas polisi memanggil Tuan Satya lalu mengantarkannya ke ruang khusus untuk menerima tamu.“Tunggu disini, saya akan menjemputnya..!” Perintah polisi itu lalu keluar ruangan meninggal Tuan Satya yang dijaga oleh dua orang polisi lainnya.Tuan Satya sudah bisa memastikan tamu yang akan menemuinya pasti Bapak Hendarto pengacaranya.Lapat-lapat terdengar detak sepatu memasuki ruangan itu. Tuan Satya malas untuk mengangkat wajahnya. Ia memilih menunduk menatap papan meja dihadapannya.“Silahkan..!!” Terdengar suara petugas polisi mempersilahkan tamu itu masuk.Mereka kemudian keluar dan mengawasi dari ruang sebelah yang dibatasi oleh kaca rahasia yang tembus pandang.“Paman..!!”Bagai disengat kala jengking Tuan Satya mendengar panggilan itu. Ia mendongakkan kepalanya untuk mengetahui siapa yang telah memanggilnya.“Moo... Mohzaaan..!!” Tuan Satya terpekik dan
Mohzan melangkah gontai memasuki salah satu ruangan didalam komplek asrama. Ruangan itu khusus diperuntukkan untuk membuat bermacam-macam pekerjaan tangan bagi anak-anak yang tinggal disana.Hasil kerajinan tangan itu sudah tersebar dan terjual kemana-mana. Penghasilan itu juga banyak membantu untuk pembiayaan hidup mereka sehari-hari.“Abang terlihat lesu..?? Abang sakit..??” Jery yang sedang menata hasil pekerjaan tangan yang sudah jadi disebuah rak, bertanya sambil menatap heran kepada Mohzan yang kurang semangat pagi itu.“Jery..!! Tolong ambilkan Abang tikar dan bantal..!!” Perintah Mohzan kepada Jery.“Abang ngantuk...?? Istirahat ditempat tidur Jery saja Bang.” Ujar Jery mendekati Mohzan dan memegang pergelangan tangannya.Mata anak itu nanar memandang Mohzan yang terlihat kurang sehat.“Tidak Jery.. Abang mau disini saja..!” Mohzan menolak tawaran Jery.Jery tidak mau membantah lagi. Ia segera
“Dika dan Jery sudah pergi Bang..!!”Arya tidak bisa berbohong ketika Mohzan bertanya padanya.Arya segera menceritakan hal ihwal kepergian dua orang anak laki-laki itu dari asrama.Mohzan menghela nafas berat. Ia merasa berdosa telah membagi beban kepada adik-adiknya.“Abang tidak perlu bersedih. Dika dan Jery bukanlah anak kecil lagi. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan.” Arya menghibur Mohzan yang terlihat risau.“Berikan mereka kesempatan untuk berbakti Bang.” Sambung Arya menambahkan.Mohzan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia yakin Dika sudah cukup besar untuk mempertimbangkan setiap keputusan dan tindakan.Namun dalam hati ia sangat terharu melihat perhatian adik-adiknya kepadanya. Rasanya tidak sia-sia ia berkorban selama ini. Bukannya Mohzan berharap imbalan, tapi budi pekerti yang diperlihatkan adik-adiknya itu membuat ia sangat bahagia.“Makan dulu sarapannya Bang..!!” Khalista mempersi
Bekas kediaman keluarga Sudarta yang kini telah berpindah tangan kepada Alpan dan Naira terlihat sunyi. Alpan dan Naira lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah untuk bersenang-senang dan bermaksiat ria.Aura rumah itu kini telah jauh berbeda dari biasanya. Dua orang satpam yang menjaga pintu gerbang nampak terkantuk-kantuk dibelai udara siang yang tengah berhembus angin semilir.Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh suara klakson mobil yang telah berdiri diluar pagar. Kedua satpam itu terlonjak kaget lalu spontan meloncat dari tempat duduknya dan memencet tombol untuk membuka pintu pagar.Mobil mewah berwarna merah segera melesat masuk dan kemudian terparkir ditempatnya.Tak lama berselang Naira turun diikuti seorang pemuda tampan. Mereka nampak saling bermesraan.Kedua satpam itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.Bik Ratmi yang bertugas membersihkan rumah itu hanya bisa mengurut dada. Dalam hatinya ia mengumpat kelakuan Naira yang te
“Malam ini kita harus tidur disini Jer. Besok kita lanjutkan mencari Bapak Junara.” Ujar Dika kepada Jery yang sedang membentangkan kardus di emperan toko yang sudah tutup.Mereka berdua sudah kembali ke alam kehidupan gelandangan yang sudah lama mereka tinggalkan semenjak dipungut oleh Mohzan.“Siap Bang...! Kita balik ke dunia kita kembali..!” Sahut Jery dengan nada tetap riang.Hahhahaha...Mereka berdua tertawa lepas.Beberapa saat kemudian kedua remaja tanggung itu sibuk manata tempat tidur mereka agar sedikit nyaman. Dinginnya angin malam yang berhembus kencang membuat tubuh mereka sedikit bergetar.Tiba-tiba....“Plaak... Plaaak.. plaaak..!!! Suara derap kaki terdengar begitu riuh seperti orang ramai berkejaran.“Woooiii... Keparaaaat..!!! Sini kalian..!”Suara makian bersahutan.Para tuna wisma yang berada didekat Dika dan Jery segera bergegas meninggalkan tempat itu.“Tawu
“Wah... Pagi-pagi begini kamu sudah siap Juna..!!” Tuan Besar Sudarta menyapa Tuan Junara yang meletakkan secangkir teh dan sepiring nasi goreng dihadapannya.Mereka baru saja melakukan sholat subuh bersama. Tuan Junara sudah mengenakan baju seragam sekuriti. Mereka bersiap untuk sarapan bersama.“Iya Pa, hari ini Juna masuk pagi. Nanti sore sudah pulang.” Jawab Tuan Junara memulai sarapannya.Nasi goreng dengan telor dadar sebagai lauknya sering kali menjadi menu sarapan mereka. Yaaah... Hanya itu menu yang bisa dikuasai Tuan Junara yang bertindak sebagai koki bagi mereka berdua.Sambil mengobrol Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara menonton televisi yang sedang menayangkan berita pagi.“Pemirsa..!! Ternyata masih banyak anak muda yang dapat kita jadikan harapan bangsa kita untuk masa yang akan datang. Tadi malam satuan kepolisian metro jaya telah menemukan dua sosok pemuda yang gagah berani dengan kemampuan bela diri yang mumpun