Share

Bab 215

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-07 00:03:56

Ananta tetap terlihat tenang. Tidak terguncang oleh ucapan Andara barusan. Padahal menurut Andara itu adalah sesuatu yang besar.

"Full time ya?"

"Iya, Mas. Kalau aku kerja penuh di sana banyak banget keuntungan yang bakal kudapat. Selain pengalaman, itu juga bisa jadi batu loncatan buat karir aku ke depannya. Dan yang pasti income-nya juga nggak sedikit," tutur Andara membeberkan.

"Tapi uang bukan segalanya, Andara," respons Ananta sedikit dingin.

"Memang iya. Tapi buat aku uang bisa membeli segalanya, Mas. Nggak munafik, uang adalah salah satu sumber kebahagiaan."

Sebuah senyum miring terukir di bibir Ananta. "Paris has changed you too much. Padahal belum dua bulan kamu di sini. Gimana kalau udah satu tahun, dua tahun, tiga tahun?"

"Mas, ini bukan hanya soal uang." Andara berusaha membela diri.

"Jelas ini soal uang. Apa nggak cukup aku aja yang jadi sumber kebahagiaan kamu?"

"Mas, bukan begitu," koreksi Andara. Ia tidak ingin suaminya menjadi salah paham. "Kesempatan ini pen
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (13)
goodnovel comment avatar
BerryMore
Ananta ngewe nomer satu, giliran dukung Andara nanti nanti aja
goodnovel comment avatar
BerryMore
laki laki egois, Andara harusnya tau skrg pun dia sudah berusaha layak, skrg yg jd beban dia buat menapaki masa depan cemerlang tuh lelaki busuk itu lagi
goodnovel comment avatar
yan ikads
semoga hepi ending
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 247

    Lebih kurang seratus lima puluh kilometer dari kota itu, sebuah keluarga harmonis sedang berkumpul bersama. Mereka adakah Andara, Rani, dan Hermawan--suami Rani."Ra, Ello mana? Kok nggak keliatan?" tanya Rani pada Andara yang baru saja menata piring di atas meja makan. Mereka akan sarapan pagi bersama."Masih tidur kayaknya, Ma." Andara melirik ke arah tangga menuju lantai dua, di mana kamar Ello berada."Begadang lagi dia semalam?""Mungkin, Ma.""Hm, anak itu." Rani geleng-geleng kepala. "Sampai kapan coba dia mau kayak gitu?""Lebih baik disuruh nikah biar berubah. Biar ada yang ngurusin." Hermawan yang duduk di salah satu kursi menimpali."Ra, coba deh kamu bangunin Ello, sekalian suruh sarapan bareng kita," suruh Rani."Iya, Ma." Andara meninggalkan ruang makan untuk kemudian naik ke lantai dua.Sepeninggalnya, Rani berbicara serius dengan suaminya."Aku mikirnya juga

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 246

    Entah ini kebetulan atau karma kecil untuk Ananta. Tapi sebagian anak-anak memang memiliki kepekaan alami. Mereka bisa menangkap luka yang tidak pernah diceritakan dan menyimpan potongan-potongan rasa sakit yang diwariskan diam-diam dari ibunya. Itu pula yang terjadi pada Kaivan.Meski anak itu masih kecil dan ia tidak tahu apa yang terjadi pada kedua orang tuanya kandungnya, namun semesta bekerja dengan caranya sendiri. Ada rasa asing yang mengendap di dada anak itu setiap kali berada di dekat sosok ayahnya. Rasa yang tidak bisa ia jelaskan, tapi cukup untuk membuatnya menjauh."Om, Kai mau pulang ke Bandung. Kai nggak mau di sini. Kai mau sama Mama. Kai mau sama Papa." Kaivan mulai merengek diiringi oleh air matanya yang berjatuhan."Kai, katanya kita mau lihat lumba-lumba. Dia lucu lho. Dia bisa loncat, terus nanti Kai bisa pegang juga. Kalau di Bandung mana ada lumba-lumba." Shankara berusaha membujuk keponakannya itu. Ia tidak mau rencananya gagal. Ia harus bisa mendekatkan Kaiva

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 245

    Pagi-pagi sekali anak-anak itu sudah bangun. Mereka mengguncang-guncang badan Shankara yang masih pulas dalam tidurnya.“Om, bangun! Bangun! Kita mau jalan-jalan!” teriak Kaivan dengan suara khas anak kecil.Thalia ikut menepuk-nepuk lengan papanya. “Pa, ayo! Kai sudah siap, aku juga sudah ganti baju.”Shankara membuka mata dengan malas lalu mengusap wajahnya. “Astaga, pagi-pagi sudah ribut. Kalian ini nggak bisa lihat Om masih ngantuk?” gumamnya, meski senyum tipis menyelip di bibirnya.Namun, begitu melihat wajah ceria kedua anak itu, kantuknya seketika menguap. “Om janji mau ajak jalan-jalan.” Kaivan meraih tangan Shankara, menarik-nariknya dengan penuh semangat.“Janji ke mana?” Shankara mengernyit, pura-pura lupa.“Katanya mau lihat lumba-lumba di Ancol!” sahut Kaivan cepat. Matanya penuh binar. “Kak Thalia juga mau, kan?”Thalia mengangguk bersemangat, rambutnya bergoyang. “Iya! Aku udah nggak sabar mau lihat lumba-lumbanya loncat-loncat."Shankara menghela napas pasrah. Ini ba

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 244

    Informasi yang diterimanya dari Kaivan membuat Andara tidak kuasa menahan rasa penasaran.Shankara yang keselamatannya semakin terancam, dengan cepat mengambil alih handphonenya dari Kaivan sebelum anak itu bicara macam-macam."Hai, Ra, nggak usah dipikirin ya yang dibilang Kai.""Siapa yang sakit, Bang? Tadi Abang mampir ke mana dulu?" buru Andara menyelidiki."Itu, Ra, supplier spare part langganan Abang. Jadi tadi Abang mampir dulu. Makanya baru nyampe rumah jam segini.""Sakit apa? Kenapa kayaknya Kai takut?""Oh itu. Jadi teman Abang itu diinfus makanya Kai bilang jarum. Ada yang mau kamu omongin lagi sama Kai? Abang mau rebus air panas buat mandi dia." Shankara buru-buru mengalihkan."Coba kasih hpnya ke Kai, Bang."Ponsel Shankara pindah pada Kaivan. Selama hitungan menit ibu dan anak itu mengobrol berdua. Shankara mendengarkan dengan saksama. Syukurlah Kaivan tidak lagi membahas soal Ananta.

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 243

    Shankara menarik napas panjang sambil membujuk Kaivan agar tetap bertahan di sana. Lelaki itu berlutut di lantai sembari meletakkan kedua tangannya masing-masing di bahu Kaivan."Kai, coba dengar Om dulu." Ia mencoba menenangkan Kaivan yang gelisah. "Malam ini kita menginap di sini, besok baru kita pulang ya?" bujuknya."Nggak mau!" Kaivan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Kai mau main sama Kak Thalia.""Tapi Kak Thalia nggak ada di rumah. Dia di rumah Tante Calista.""Kalau gitu Kai mau pulang ke Bandung sekarang. Kai mau telepon Mama. Suruh Mama jemput sekarang." Kaivan mulai merengek.Shankara semakin panik. Ia tidak mau Kaivan mengadu pada Andara yang membuat semua jadi kacau."Ka, nggak usah dipaksa," ujar Ananta. Suaranya terdengar lemah.Shankara menatap sahabatnya itu. Ia bisa merasakan perasaan Ananta. Lelaki itu pasti sangat sedih."Ya udah, kita telepon Mama, tapi nanti kalau udah nyampe rumah ya." Shankara memutuskan untuk mengalah daripada memperunyam suasana. "Sekarang

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 242

    Anak kecil itu memandangi pria dewasa di sebelahnya dengan benak dipenuhi pertanyaan. Ia berusaha menyerap informasi yang tidak sanggup ia cerna."Papa? Papa Kai, kan, lagi di Bandung, Om," ujarnya bingung.Shankara sempat terdiam sepersekian detik, lalu tersenyum kaku. "Oh iya, Om lupa. Om salah bicara. Bukan papa Kai maksudnya, tapi teman Om."Kaivan memiringkan kepalanya. “Teman Om?"“Iya, dia teman Om. Orangnya baik. Nanti Kai bisa kenalan,” jawab Shankara, mengusap kepala mungil itu.Bocah itu tampak belum sepenuhnya puas dengan jawaban sang paman, tapi akhirnya mengangguk kecil. “Kalau baik, Kai mau. Tapi Om ikut ya?”“Ikut dong. Om nggak bakal ninggalin Kai.”Shankara menggandeng tangan Kaivan menuju rumah. Setiap langkah kecil bocah itu terdengar jelas, seakan menambah degup jantung yang berkejaran di dada Shankara sendiri. Ia tahu cepat atau lambat kebenaran akan terungkap, tapi untuk saat ini ia memilih menjaga agar hati anak itu tidak kaget terlalu cepat. Dan tentu saja aga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status