Share

Bab 217

last update Last Updated: 2025-09-08 13:19:27

Ananta terbatuk pelan dan refleks menutup mulutnya dengan tangan. Sementara Andara terus memerhatikannya, menunggu jawaban yang akan diberikan lelaki itu.

"Karena nggak apa tadi, Mas?" tanyanya mengulangi.

Andara merasa sangat penasaran.

"Aku takut tiga tahun lagi gaun ini sudah ketinggalan zaman."

“Maksud Mas, trend bakal berubah?”

“Iya. Desainer tiap tahun bikin yang baru. Kalau kita nunggu terlalu lama, nanti pas hari H kamu malah nyesal karena gaunnya bukan yang paling cantik lagi.”

"Ya nggak apa-apa sih, Mas. Aku bukan tipe yang FOMO ikut-ikutan trend. Yang penting aku suka bajunya. Tapi karena berhubung tiga tahun lagi masih lama, untuk apa beli sekarang? Nanti-nanti juga bisa." Andara menatap pantulan dirinya di cermin sambil mengusap renda tipis di lengan gaun itu.

“Kalau nanti-nanti, bisa aja gaunnya udah nggak ada."

"Ya nggak apa-apa. Masih ada yang lain," jawab Andara ringan. Walaupun ia sangat menyukai gaun yang saat ini melekat di tubuhnya, tapi Andara berpikir apa gunany
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Fazd
apa apaan nih si pim?? kok andara bisa gak marah ya? dia gak nangkap maksud si pim?
goodnovel comment avatar
Sri Hartati
lipatin baju aja dibantuin.. bucin banget nich, yg godain dikasarin Ananta... semoga sampai Indonesia temu clarin tetep jaga hati Andara
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
ya betul,, kata Ananta,, kalau teman kok seenaknya ngajak suami orang jalan jalan di Bangkok,, berduaan lagi koplak Pim
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 247

    Lebih kurang seratus lima puluh kilometer dari kota itu, sebuah keluarga harmonis sedang berkumpul bersama. Mereka adakah Andara, Rani, dan Hermawan--suami Rani."Ra, Ello mana? Kok nggak keliatan?" tanya Rani pada Andara yang baru saja menata piring di atas meja makan. Mereka akan sarapan pagi bersama."Masih tidur kayaknya, Ma." Andara melirik ke arah tangga menuju lantai dua, di mana kamar Ello berada."Begadang lagi dia semalam?""Mungkin, Ma.""Hm, anak itu." Rani geleng-geleng kepala. "Sampai kapan coba dia mau kayak gitu?""Lebih baik disuruh nikah biar berubah. Biar ada yang ngurusin." Hermawan yang duduk di salah satu kursi menimpali."Ra, coba deh kamu bangunin Ello, sekalian suruh sarapan bareng kita," suruh Rani."Iya, Ma." Andara meninggalkan ruang makan untuk kemudian naik ke lantai dua.Sepeninggalnya, Rani berbicara serius dengan suaminya."Aku mikirnya juga

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 246

    Entah ini kebetulan atau karma kecil untuk Ananta. Tapi sebagian anak-anak memang memiliki kepekaan alami. Mereka bisa menangkap luka yang tidak pernah diceritakan dan menyimpan potongan-potongan rasa sakit yang diwariskan diam-diam dari ibunya. Itu pula yang terjadi pada Kaivan.Meski anak itu masih kecil dan ia tidak tahu apa yang terjadi pada kedua orang tuanya kandungnya, namun semesta bekerja dengan caranya sendiri. Ada rasa asing yang mengendap di dada anak itu setiap kali berada di dekat sosok ayahnya. Rasa yang tidak bisa ia jelaskan, tapi cukup untuk membuatnya menjauh."Om, Kai mau pulang ke Bandung. Kai nggak mau di sini. Kai mau sama Mama. Kai mau sama Papa." Kaivan mulai merengek diiringi oleh air matanya yang berjatuhan."Kai, katanya kita mau lihat lumba-lumba. Dia lucu lho. Dia bisa loncat, terus nanti Kai bisa pegang juga. Kalau di Bandung mana ada lumba-lumba." Shankara berusaha membujuk keponakannya itu. Ia tidak mau rencananya gagal. Ia harus bisa mendekatkan Kaiva

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 245

    Pagi-pagi sekali anak-anak itu sudah bangun. Mereka mengguncang-guncang badan Shankara yang masih pulas dalam tidurnya.“Om, bangun! Bangun! Kita mau jalan-jalan!” teriak Kaivan dengan suara khas anak kecil.Thalia ikut menepuk-nepuk lengan papanya. “Pa, ayo! Kai sudah siap, aku juga sudah ganti baju.”Shankara membuka mata dengan malas lalu mengusap wajahnya. “Astaga, pagi-pagi sudah ribut. Kalian ini nggak bisa lihat Om masih ngantuk?” gumamnya, meski senyum tipis menyelip di bibirnya.Namun, begitu melihat wajah ceria kedua anak itu, kantuknya seketika menguap. “Om janji mau ajak jalan-jalan.” Kaivan meraih tangan Shankara, menarik-nariknya dengan penuh semangat.“Janji ke mana?” Shankara mengernyit, pura-pura lupa.“Katanya mau lihat lumba-lumba di Ancol!” sahut Kaivan cepat. Matanya penuh binar. “Kak Thalia juga mau, kan?”Thalia mengangguk bersemangat, rambutnya bergoyang. “Iya! Aku udah nggak sabar mau lihat lumba-lumbanya loncat-loncat."Shankara menghela napas pasrah. Ini ba

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 244

    Informasi yang diterimanya dari Kaivan membuat Andara tidak kuasa menahan rasa penasaran.Shankara yang keselamatannya semakin terancam, dengan cepat mengambil alih handphonenya dari Kaivan sebelum anak itu bicara macam-macam."Hai, Ra, nggak usah dipikirin ya yang dibilang Kai.""Siapa yang sakit, Bang? Tadi Abang mampir ke mana dulu?" buru Andara menyelidiki."Itu, Ra, supplier spare part langganan Abang. Jadi tadi Abang mampir dulu. Makanya baru nyampe rumah jam segini.""Sakit apa? Kenapa kayaknya Kai takut?""Oh itu. Jadi teman Abang itu diinfus makanya Kai bilang jarum. Ada yang mau kamu omongin lagi sama Kai? Abang mau rebus air panas buat mandi dia." Shankara buru-buru mengalihkan."Coba kasih hpnya ke Kai, Bang."Ponsel Shankara pindah pada Kaivan. Selama hitungan menit ibu dan anak itu mengobrol berdua. Shankara mendengarkan dengan saksama. Syukurlah Kaivan tidak lagi membahas soal Ananta.

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 243

    Shankara menarik napas panjang sambil membujuk Kaivan agar tetap bertahan di sana. Lelaki itu berlutut di lantai sembari meletakkan kedua tangannya masing-masing di bahu Kaivan."Kai, coba dengar Om dulu." Ia mencoba menenangkan Kaivan yang gelisah. "Malam ini kita menginap di sini, besok baru kita pulang ya?" bujuknya."Nggak mau!" Kaivan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Kai mau main sama Kak Thalia.""Tapi Kak Thalia nggak ada di rumah. Dia di rumah Tante Calista.""Kalau gitu Kai mau pulang ke Bandung sekarang. Kai mau telepon Mama. Suruh Mama jemput sekarang." Kaivan mulai merengek.Shankara semakin panik. Ia tidak mau Kaivan mengadu pada Andara yang membuat semua jadi kacau."Ka, nggak usah dipaksa," ujar Ananta. Suaranya terdengar lemah.Shankara menatap sahabatnya itu. Ia bisa merasakan perasaan Ananta. Lelaki itu pasti sangat sedih."Ya udah, kita telepon Mama, tapi nanti kalau udah nyampe rumah ya." Shankara memutuskan untuk mengalah daripada memperunyam suasana. "Sekarang

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 242

    Anak kecil itu memandangi pria dewasa di sebelahnya dengan benak dipenuhi pertanyaan. Ia berusaha menyerap informasi yang tidak sanggup ia cerna."Papa? Papa Kai, kan, lagi di Bandung, Om," ujarnya bingung.Shankara sempat terdiam sepersekian detik, lalu tersenyum kaku. "Oh iya, Om lupa. Om salah bicara. Bukan papa Kai maksudnya, tapi teman Om."Kaivan memiringkan kepalanya. “Teman Om?"“Iya, dia teman Om. Orangnya baik. Nanti Kai bisa kenalan,” jawab Shankara, mengusap kepala mungil itu.Bocah itu tampak belum sepenuhnya puas dengan jawaban sang paman, tapi akhirnya mengangguk kecil. “Kalau baik, Kai mau. Tapi Om ikut ya?”“Ikut dong. Om nggak bakal ninggalin Kai.”Shankara menggandeng tangan Kaivan menuju rumah. Setiap langkah kecil bocah itu terdengar jelas, seakan menambah degup jantung yang berkejaran di dada Shankara sendiri. Ia tahu cepat atau lambat kebenaran akan terungkap, tapi untuk saat ini ia memilih menjaga agar hati anak itu tidak kaget terlalu cepat. Dan tentu saja aga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status