Share

Bab 20

“Gila! Apa mungkin mereka masuk ke sini secara diam-diam?”

Harold melontarkan tuduhannya.

Harold memandang hina kepada Gerald dan rombongannya.

Benak para gadis itu juga dipenuhi pertanyaan yang sama dengan Harold.

Mustahil banget, kan? Wayfair Mountain Entertainment bukan tempat sembarang! Tidak mungkin sembarangan orang bisa masuk ketempat seperti ini!

Bahkan orang sekaya dan sekeren Quinton pun masih harus menelpon ayahnya dan ayahnya masih harus menelpon orang lain lagi untuk bisa mendapatkan akses masuk ke tempat ini.

Kalaupun mereka berhasil mendapatkan akses untuk masuk, hanya terbatas di area luar Wayfair Mountain Entertainment.

“Ya, ampun! Kalau mereka masuk ke sini secara diam-diam pasti nanti bakal ada kejadian memalukan!”

“Kalau nanti petugas keamanan menyadari hal ini lalu mereka diinterogasi dan ketahuan kalau mereka ada hubungan dengan kita, apa kita akan diusir juga? Duh, nggak kebayang, deh, malunya!”

Para gadis itu menjadi gelisah, saling bergumam menggerutu dan memandang jijik kepada Gerald.

“Harper, bagaimana caranya kamu masuk ke sini?”

Hayley tidak ingin berspekulasi sendiri. Didorong oleh rasa penasaran dan khawatir terhadap Harper, Hayley menghampiri Harper dan bertanya pelan.

“Kami masuk lewat pintu depan!” Gerald mewakili Harper menjawab pertanyaan Hayley.

Harper mengangguk mengiyakan.

“Hahaha. Pintu masuk? Mustahil! Apa mungkin petugas jaga di pintu depan buta sehingga kalian dibiarkan masuk?” Jacelyn yang sejak tadi menggaruk kepalanya karena bingung berteriak kepada Gerald.

Jacelyn bersumpah akan menampar muka Gerald, kalau sampai terjadi dia diusir keluar dari tempat itu karena ulah Gerald.

Sepuluh tamparan keras!

Alice juga khawatir membayangkan yang akan terjadi jika Gerald ketahuan masuk ketempat itu secara diam-diam. Alice memaksa dirinya menghampiri Gerald untuk menuntut penjelasan dengan raut muka bersungguh-sungguh.

“Gerald, aku harap kamu mau jujur sekarang. Kalau benar kamu masuk ke sini secara diam-diam sebaiknya kamu jujur saja supaya kami bisa minta Quinton untuk mencari solusinya.”

“Benar! Jangan sampai hal buruk menimpa kita semua!” Quinton menegaskan.

Quinton membatin, “Kenapa teman-teman Alice kok aneh banget kelakuanya?”

“Hmm...”

Gerald diam saja mendengarkan omelan dan teriakan mereka yang bertubi-tubi. Dia merasa putus asa. Apa lagi yang bisa dia katakan, sejak awal dia sudah bilang kalau tadi masuk lewat pintu depan dan kenyataanya memang seperti itu.

Apa lagi yang mereka ingin dengar darinya? Bahwa tadi mereka masuk lewat lubang angin?

“Aku sudah bicara jujur. Kalau mau, ayo ikut aku ke dalam dan kita bisa bersenang-senang bersama. Kita bisa makan, mandi air panas dan menikmati semua fasilitas yang ada.”

Gerald menawarkan semua itu semata-mata karena dia ingin menyenangkan Naomi.

Cara mereka menatap seolah mewakili pikiran mereka yang menganggap Gerald sebagai seorang idiot. Naomi merasa prihatin, khawatir hal buruk akan terjadi pada Gerald.

“Apa kamu bilang? Kamu mau membawa kami semua masuk ke dalam vila? Sadar diri dong, kamu pikir kamu itu siapa? Coba ngaca, deh! Kamu sadar nggak kalau tempat ini dijaga oleh para bodyguard?” Jacelyn bertanya dengan marah.

“Benar! Quinton aja kesulitan untuk membawa kami semua masuk ke dalam Vila, apalagi kamu?”

Kembali para gadis itu mengomel dengan sesamanya.

“Sekarang kita berempat belas. Andai kita masuk semuanya, untuk bayar tiket masuk saja perlu setidaknya duapuluh ribu dolar, belum termasuk makan, lho. Nah, kalau kita makan di dalam, setidaknya butuh tigapuluh sampai empat puluh ribu dolar! Akan jauh lebih mudah bagiku untuk mengatur semuanya andai jumlah orangnya lebih sedikit, sekarang agak sulit karena rombongan kita terlalu besar.”

Quinton berbicara sambil memandang Gerald dan tersenyum sinis.

Hati Alice berdesir ketika mendengar Quinton mengatakan bahwa dia telah memikirkan segala sesuatunya. Alice memandang putus asa kepada Gerald dan berkata,” Sudahlah, lupakan saja. Sebaiknya kita pergi saja sekarang dan kembali lagi kapan-kapan daripada nanti kita ikut menanggung malu kalau sampai mereka ketahuan!”

“Tidak! Kenapa kita harus pergi hanya karena si miskin ini?”

“Betul! Alice, kenapa kita harus pergi? Akhirnya kita sampai di sini dan aku masih ingin melihat-lihat tempat ini!”

Para gadis itu memandang marah kepada Gerald.

Sebenarnya Alice sedang menyindir dengar maksud agar Gerald dan rombongan segera pergi dari tempat itu.

Baiklah, Gerald tersemyum pahit, menggelengkan kepalanya dan berkata, ”Terserah kamu saja, kalau mau ikut, ayo! Tapi kalau tidak mau, ya aku nggak maksa.”

Sekarang Gerald berkata pada Naomi, “Naomi, kamu percaya sama aku? Kalau kamu percaya, ayo ikut aku masuk ke dalam villa.”

Naomi menggertakkan giginya dan mengangguk.

Gerald lalu memimpin rombonganya melewati jembatan antik menuju ke bagian dalam Vila.

“Hahaha! Kita lihat saja! Tidak lama lagi Gerald akan diusir keluar! Semoga saja kita tidak disangkutpautkan dengannya!” Jacelyn berkata sambil pandanganya terus mengikuti Gerald dan rombongan.

“Gerald itu benar-benar sudah putus urat malunya!”

Quinton berdiri disamping mereka dan tidak sabar menanti yang akan terjadi.

Namun yang terjadi kemudian membuat mereka terbelalak tidak percaya dengan yang sedang mereka lihat. Mereka yakin sekali bahwa Gerald akan ditendang keluar, kenyataanya Gerald bebas melenggang masuk ke dalam Vila. Bahkan para bodyguard yang sedang berjaga nampak membungkuk hormat kepada Gerald.

“Ada apa ini, apa yang sebenarnya sedang terjadi?” tanya Quinton keheranan.

Kedua tangan Jacelyn menutup mulutnya yang terngaga karena kaget dengan yang dilihatnya.

Tadinya dia mengira Gerald akan dipukuli oleh para petugas, tapi nyatanya Gerald dan rombongan melenggang dengan santai masuk kedalam Vila.

Sulit dijelaskan yang sedang berkecamuk di benak para gadis cantik itu sekarang. Mereka kesulitan mencerna yang sedang terjadi. Raut muka mereka menunjukkan ekpresi bingung, kaget dan tak percaya. Andai Alice tidak menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, maka sulit bagi Alice untuk percaya bahwa semua yang dilihatnya itu nyata.

Di mata Alice, Gerald adalah seorang miskin yang tidak ada apa-apanya. Dia menyadari bahwa Naomi selalu berusaha menjodohkan dirinya dengan Gerald. Namun ketika Alice mengetahui bahwa Gerald membelikan Naomi tas Hermes, maka penilaian Alice terhadap Gerald langsung jatuh karena dia mengira bahwa tas Hermes itu pasti palsu. Alice menyimpulkan bahwa Gerald adalah orang miskin yang membosankan.

Dan barusan dia menyaksikan sendiri Gerald dengan santainya melenggang masuk ke Wayfair Mountain Entertainment.

Bahkan sulit bagi seorang Quinton untuk masuk ke dalam Villa membawa rombongan.

“Alice, apa yang harus kita lakukan sekarang?” Jacelyn bertanya sambil matanya lekat memandang Gerald dan rombongan.

Alice memandang Quinton dan Harold yang juga tengah berdiri di dekat meraka, pandangan Alice menyiratkan pertanyaan kepada mereka berdua tentang apa rencana selanjutnya.

Alice optimistis bahwa Ayah Quinton bisa membantu mereka semua masuk ke dalam villa. Alice yakin bahwa Ayah Quinton pastilah seorang yang berpengaruh karena terbukti mampu bernegosiasi dengan Flynn dari Emperor Karaoker Bar. Jadi semestinya mudah saja bagi ayah Quinton mengupayakan mereka semua masuk villa!

Wajah Quinton menjadi jelek seketika.

Rasanya seperti mendapatkan dua tamparan sekaligus dari Gerald.

Quinton tertantang untuk membawa para gadis cantik itu masuk ke dalam villa, dia tidak terima bahwa dirinya dikalahkan begitu saja oleh Gerald.

Apa yang harus dia lakukan?

Quinton segera menelpon kembali ayahnya. Quinton tidak mau mempermalukan dirinya di hadapan Alice. Dia juga tidak ingin Alice memandang rendah dirinya. Buru-buru Quinton meraih ponsel dan menceritakan semua yang terjadi kepada ayahnya melalui sambungan telepon.

Ayah Quinton tidak bisa mentolerir bahwa anak laki-lakinya dijatuhkan oleh orang lain dalam hal uang. Tidak berbeda dengan anaknya, ayah Quinton sangat peduli dengan reputasi.

Maka ayah Quinton melakukan apapun yang mungkin untuk memastikan Quinton bisa masuk Villa bersama rombongan para gadis cantik.

Bahkan ayah Quinton memberikan ekstra duapuluh ribu dolar demi menjaga agar anak laki-lakinya tidak kehilangan muka.

Bagi ayah Quinton, tidak mengapa jika harus kehilangan banyak uang asalkan tidak kehilangan muka!

“Hahaha! Kabar baik! Ayo Alice, aku akan membawa kalian semua masuk ke dalam villa,” Quinton berkata sambil menyeringai.

“Okay! Kamu keren, Quinton! Aku masih bertanya-tanya kenapa si miskin itu harus bersaing denganmu?”

Jacelyn dan teman-temannya juga memuji Quinton.

Biaya tiket masuknya seratus limapulu dolar per orang, itu belum termasuk fasilitas air panas, makan, dan layanan lainya.

Total biaya tiket masuk untuk mereka berdelapan adalah dua belas ribu dolar.

“Gerald mungkin mampu membayar rombonganya masuk, tapi kurasa dia sudah tidak punya uang lagi untuk membayar yang lainya. Palingan mereka hanya akan berkeliling melihat-lihat! Aku masih sanggup membayar untuk kita semua main bowling!"

Quinton dan Harold saling mengedipkan mata seolah saling meyakinkan bahwa dua belas ribu dolar yang baru saja mereka habiskan itu sepadan.

Mereka tidak menyesali dua belas ribu dolar yang telah mereka habiskan hanya untuk bisa masuk kedalam villa.

Bowling adalah permainan termurah di dalam villa. Setidaknya Quinton sudah memastikan bahwa itu lebih murah dibanding biaya untuk makan di tempat itu.

Mereka semua mengikuti Quinton masuk ke dalam villa.

Bagian dalam Mountain Entertainment sangat berbeda dengan bagian luarnya. Mereka merasa seolah sedang masuk kedalam dunia baru yang sama sekali berbeda.

Mereka merasa seolah sedang berada di surga. Tidaklah mengherankan jika banyak orang kaya dan berpengaruh dari daerah lain yang datang kesitu.

Alice takjub ketika kakinya melangkah ke area dalam Vila, tapi kemudian dia bisa menguasai dirinya kembali.

“Ah! Guys, lihat! Apa itu?”

Jacelyn yang sedang menyapukan kuas make up ke wajahnya untuk persiapan selfie, terhenyak melihat sebuah tempat yang sangat elegan di atas mata air yang indah dengan air terjun di depannya.

Tampak beberapa orang sedang menikmati hidangan di tempat itu.

Tempat itu dikelilingi oleh kabut air yang membentuk efek terlihat seperti sebentuk pelangi sedang mengitari mereka yang sedang berada di atas sana.

Semua memandang ke tempat orang-orang yang sedang makan di sana. Mereka terlihat seperti sedang menikmati hidangan di atas hamparan awan.

Pemandangan yang sangat mengesankan.

Alice merasa iri terhadap mereka yang sedang menikmati hidangan di atas sana dan dia membayangkan andai dirinya bisa mengalami hal serupa.

“Apakah itu yang disebut dengan Paviliun Micro Dining? Tidak salah lagi itu memang paviliun Micro Dining yang terkenal itu!” Quinton berkata dengan nada iri.

“Quinton, berapa biaya untuk masuk dan makan di Paviliun Micro Dining? Dari namanya aja terdengar sangat unik. Pasti sangat mahal, ya?”

Jacelyn berkata sambil memandang teman-temanya.

“Sangat mahal katamu? Ini tuh lebih daripada itu. Untuk masuk ke paviliun micro dining saja empat puluh lima ribu dolar, belum termasuk harga makanannya!”

Semua tercengang mendengarnya.

Empat puluh lima ribu dolar hanya untuk tiket masuknya saja?

Gila!

Tentu saja Quinton yang paling tau tentang segala sesuatu di villa itu dibanding yang lainya.

“Satu hal lagi, meski kalian punya uang untuk tiket masuk dan membeli makanan, belum tentu kalian bisa makan di situ karena hanya orang tertentu yang boleh makan di situ. Intinya hanya mereka yang kaya raya dan berpengaruh yang mampu makan di situ.”

Alice kehilangan kata-kata mendengar semua informasi itu.

“Hei! Lihat di sana! Alice, Quinton, coba perhatikan, deh! Kenapa aku merasa orang-orang itu terlihat seperti Gerald dan rombongannya?”

Setelah memperhatikan dengan saksama selama beberapa saat, Jacelyn merasa ada yang salah dengan penglihatannya.

Hayley mengangguk dan berkata, “Kamu benar! Aku bisa pastikan kalau itu Harper!”

Alice, Quinton dan Harold tersentak ketika mencoba melihat dengan lebih jeli orang-orang yang sedang menikmati hidangan di paviliun Micro Dining.

Tidak salah lagi, ternyata mereka adalah Gerald dan rombonganya.

“Mustahil!”

Alice tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Bagaimana caranya si miskin itu mampu berada di tempat seperti itu?

Benar-benar mustahil!

Kriiiiingggg.

Ponsel Alice berdering.

Ternyata Naomi yang menelpon.

“Alice, kok lama banget? Makanan sudah tersaji semuanya, nih! Aku bisa melihatmu dari ini! Ayo sini, pemandangannya bagus banget lho dari sini. Ayo, dong gabung sama kami di sini?”

Alice melihat Naomi sedang berdiri di paviliun Micro Dining dan memberi isyarat kepadanya untuk segera ke atas!

“OMG, tidak salah lagi, itu benar-benar Gerald, Naomi dan rombonganya. Ya, ampun!”

Jacelyn menelan ludah, benar-benar sulit dipercaya.

Ekspresi wajah Quinton dan Harold seketika berubah dan sepertinya mereka tidak akan bisa menegakkan kepalanya lagi.

“Alice, ayo kita ke atas!”

Jacelyn tidak tahan untuk segera naik! Orang kaya dan bangsawan yang ada di sana memandang mereka dengan tatapan iri.

Jacelyn merasa sangat lega.

Alice menggigit bibirnya dan berkata, “ Oke, ayo kita ke atas!”

Alice akan meminta Gerald untuk menjelaskan semuanya, bagaimana semua hal ini bisa terjadi. Karena kalau tidak dia tidak akan bisa tidur nanti malam karena dihantui rasa penasaran!

Harold mulai ragu dan menjadi gugup, “Bro Quinton, sepertinya kita sudah salah duga. Si miskin itu ternyata seorang yang luar biasa. Aku pikir sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini, tidak ada gunanya lagi bersaing dengan dia.”

Harold merasa takut karena tidak pernah menyangka bahwa Gerald ternyata sangat berpengaruh.

Quinton mendengus dan berkata dingin, “Sialan! Kenapa kamu harus takut padanya? Aku tidak percaya si miskin itu benar-benar berpengaruh. Ayo kita ke atas! Kita harus cari tahu jawabanya!”
Komen (251)
goodnovel comment avatar
irvnb
ga bisa dibuka sama sekali padahal udah lumayan banyak bab yg dibaca
goodnovel comment avatar
Safriadi Bancin
hah untuk melanjutka. cerita sampah ini harus pake koin... mimpi kau thor. cerita sampah begini mau di baca. hanya untuk org idiot
goodnovel comment avatar
E musliem
ahhh asu gua udah smpe bab jauh mlh kmbali ke bab 1 dasar asu lah koin gue habis mlh k bab 1
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status