Madu Membawa Racun

Madu Membawa Racun

Oleh:  ShilaKurnia  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
30 Peringkat
20Bab
2.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jangan lupa kasih bintang lima, komen,follow dan subscribe ya, terimakasih. Lastri kecil telah kehilangan Bapak, Ibu, serta Adiknya di usia yang baru menginjak enam tahun, akibat ulah licik Pakde dan Paklek nya yang ingin menguasai tanah warisan yang menjadi bagian untuk Bapak nya Widya. Bahkan diri sendiri pun hampir tewas di mangsa binatang buas, jika saja bukan karena seorang Polisi Hutan menemukannya. Polisi tersebut kemudian mengangkatnya sebagai seorang anak dan membawanya ke Jakarta. seluruh identitas Lastri diganti, termasuk namanya kini diganti menjadi Widya, agar Pakde dan Pakleknya mengira Ia sudah mati. Ketika dewasa Widya bangkit dan berencana membuat pembalasan melalui Sri, anak Pakde nya yang tinggal di jakarta. Yang kemudian diketahui menjadi Istri dari Ilham Ardian, mantan pacar Widya ketika SMA. Demi melancarkan aksi balas dendam , Widya datang ke acara reuni SMA untuk kembali merebut hati Ilham dan menjadi Istri kedua nya. Berhasilkah Widya membalas dendam terhadap Pakde dan Pakleknya? Lalu bagaimana nasib Sri yang tidak mengetahui tentang permasalahan keluarganya, tetapi menjadi korban? Selamat membaca kelanjutan kisahnya ya....

Lihat lebih banyak
Madu Membawa Racun Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Arsenerka
Sudah masuk Rak. lanjutkan thor
2021-11-20 20:25:27
1
user avatar
Asnafa
Semangat Thor!
2021-09-28 18:41:00
1
user avatar
Nadila nana
Bagus kak! Semangat ya, aku sudah mampir ya
2021-09-27 07:36:55
1
user avatar
Naya Lim
semangat kak
2021-09-25 12:02:16
1
user avatar
Sarifah31
Semangat kakak
2021-09-25 10:47:03
1
user avatar
Ade Esriani
Keren ceritanya ...
2021-09-24 12:33:26
1
user avatar
errie_kurnia
ahh seru kak ceritanya, lanjutkan ......
2021-09-24 10:03:46
1
user avatar
Wening
Semangat, kak...bintangnya udah terang tuh...
2021-09-24 09:37:06
1
user avatar
Daisy Alle
Wah intriknya... Semangat nulisnya ya!
2021-09-24 00:13:01
1
user avatar
Goresan emak
Semangat Author!!
2021-09-23 20:43:18
1
user avatar
Pratiwi
Ceritanya menarik. Semangat up ya
2021-09-23 19:28:06
1
user avatar
Kariani Sukadi
Ditunggu kelanjutannya thor
2021-09-23 14:35:27
1
user avatar
Biru Langit
Bagus banget ditunggu kelanjutannya
2021-09-23 14:21:23
1
user avatar
Shegan
aku dah mampir
2021-09-22 21:20:23
1
user avatar
Princess kenyan
ceritanya bgus thor,,, ditunggu kelanjutannya ya,,,,
2021-09-22 11:25:38
1
  • 1
  • 2
20 Bab
Kehilangan Emak
Aku senatiasa berada di sisi Emak sejak fajar menyapa Bumi, menunaikan segala hajatnya, dan mengusap kegelisahan yang tergambar di wajah lelahnya. Lelah menahan sakit dan menahan beratnya suratan takdir yang telah tertulis di Lauhul Mahfudz.Rasa sakit di perutmu tergambar jelas pada tatapan mata sayu yang tak lagi bercahaya, tanpa perlu bibirmu berkata. Semakin terbukti saat Kau memintaku menjerang air panas lalu memasukkannya ke botol berkali-kali sejak mentari menyapa Jagat.Kutatap nanar setiap inci wajahmu yang sedang terbaring diatas peraduan. Netra yang selalu memancarkan keteduhan dan kasih sayang itu kini terlihat menghitam, lalu nampak pula cekungan pada setiap kelopaknya, dengan dua bola mata indah yang kini seakan-akan menyembul keluar.Belum lagi cekungan di bagian pipi, juga bibir yang dulu senantiasa memberikan petuah hidup, kini hanya terkunci rapat dan terlihat pucat pasi tiada berdarah lagi. Sehingga tidaklah mungkin bagiku meninggalkanmu dan m
Baca selengkapnya
Heru Meninggal
Tapi ternyata ketika Aku membuka sedikit pintu dan mengintip dari dalam, terlihat wajah Paklek dari balik pintu. Segera aku berusaha menutup pintu kembali, akan tetapi Paklek dengan sigap mendorong pintu dengan kuat sehingga aku terpelanting dan jatuh ke belakang.Aku menangis menahan sakit dan takut. Emak yang sedang duduk di atas dipan sambil memangku Heru, segera meletakan Heru di atas dipan dan memelukku."Mau apa lagi Kamu kemari?" Wajah Emak nampak memerah menahan emosi."Sombong sekali Kau, bukankah tadi pagi Kau yang datang ke rumahku agar dipinjamkan uang?" kata Paklek sambil bertolak pinggang."Aku kesini berniat baik meminjamkanmu uang, tapi dengan jaminan serifikat tanah ini, bagaimana?" Paklek bertanya sambil tersenyum penuh kelicikan."Dasar licik! tanah Warisan ini adalah jatah Kang Mas-mu sendiri, dan ingin Kau kuasai juga?" tanya Emak dengan nada tinggi."Terserah! tapi apa Kau tega melihat Heru seperti itu?Emak terl
Baca selengkapnya
Tinggal Di Rumah Paklek
Setelah acara pemakaman Emak usai, Paklek tiba-tiba datang ke rumah dan mengambil semua pakaianku, Beliau mengajakku tinggal bersamanya. Karena tak tahu harus bagaimana hidup tanpa Emak dan Abah, akhirnya Aku menuruti perintah Paklek.Selama di rumah Paklek, Aku jadi pendiam dan lebih banyak menggabiskan waktu di kamar, sesekali Aku keluar jika akan ke kamar mandi ataupun makan. Paklek, Buklek dan anak-anaknya selalu terlihat sinis ketika tak sengaja menatapku.Setelah seminggu Aku tinggal di rumah Paklek. Tiba-tiba malam itu Pakde datang bertandang kesini, Aku tidak tahu pasti apa yang mereka bicarakan, akan tetapi Aku dapat memastikan Pakde dan Paklek sepertinya membicarakan sesuatu yang penting, karena hingga larut malam Pakde belum juga beranjak pulang.Pagi-pagi sekali Buklek membangunkanku, lalu menyuruhku mandi dan sarapan. Ada banyak sekali makanan yang enak-enak di meja, bahkan Buklek mengambilkan nasi dan sepotong ayam goreng yang lezat untukku.
Baca selengkapnya
Di Buang Ke Hutan
Tiba-tiba perutku terasa sakit dan keram, isi perutku seperti di aduk-aduk, kerigat dingin pun mulai menyembul membasahi bajuku.Terasa seperti ada yg mengganjal dilambungku dan hendak keluar. Segera Aku duduk dan menutup mulut, berusaha agar tidak muntah di dalam mobil."Kamu mau muntah ya Lastri?" tanya Pakde sambil meihatku dari kaca depan mobil.Aku yang sudah sangat mual sekali, tak dapat lagi berbicara, sehingga hanya anggukan lemah yang aku berikan sebagai jawaban.Pakde segera menghentikan mobil di pinggir jalan, lalu Paklek turun membukakan pintu belakang dan membopongku turun dari mobil."Hoek ... Hoek ..." Aku memuntahkan seluruh isi perutku, hingga tiada lagi yang tersisa. Kepalaku pusing dan badanku terasa lemas, Paklek menyuruhku duduk di bawah pohon karet.Sembari duduk bersandar di bawah pohon, Aku memperhatikan sekelilingku banyak sekali pohon karet di sisi kiri dan kanan jalan, akan tetapi tidak ada satu pun rumah warga yan
Baca selengkapnya
Aku Selamat
Satu suara tembakan terdengar jelas di telingaku, Aku terus merintih merasakan sakit bagian kaki dan punggungku."Siapa disana?" Terdengar suara seseorang diatas sana."Tolooong ...!" Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutku."Astaghfirullah, suara anak kecil.""Kamu harus bertahan ya nak, saya akan memanggil bantuan untuk menolong kamu!" teriak seseorang tadi dari atas jurang."Emak, Aku ingin ikut Emak dan Heru saja," rintihku pelan sambil memegang kakiku yang kini tak dapat lagi digerakkan.Samar-samar kulihat cahaya senter yang dibawa orang itu, menyoroti wajah dan tubuhku yang terkulai tak berdaya di dasar jurang. Sayup-sayup pula Aku mendengar Ia menghubungi seseorang, agar datang kesini.Entah berapa lama aku tergolek di sini, sampai kemudian Aku mendengar suara deru mobil datang dan terdengar suara beberapa orang lagi sedang sedang berbicara, tapi entah apa yang mereka bicarakan. Cahaya senter kembali mengenai tubuhku yan
Baca selengkapnya
Pindah Ke Jakarta
"Apa syaratnya Om?"Pak Danu mendekat ke telingaku dan berbisik. "Syaratnya Kamu harus cepat sembuh, janji ya!" bisik Pak Danu, lalu menautkan kelingkingnya pada kelingkingku."Kalo lama gimana Om?""Ya ... terpaksa Om tinggalin Kamu di Hutan lagi, mau?""Ga mau Om.""Makanya cepet sembuh," ujarnya sambil mengelitik perutku, Aku pun tertawa geli."Udah Pak entar keselek, orang lagi minum susu kok di bikin ketawa." ujar Buk Yati protes.___________Setelah satu minggu dirawat di Puskesmas, akhirnya kondisiku mulai membaik, hanya tinggal pemulihan di bagian kaki yang patah. Pak Danu dan Bu Yati kemudian membawaku ke Jakarta.Perlakuan mereka sangat baik terhadapku sejak di Puskesmas, Bu Yati sangat perhatian dan Pak Danu selalu berusaha menghiburku. Setelah perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kami tiba di Jakarta. Mobil Pak Danu memasuki sebuah lorong, di sebelah kiri dan kanan jalan terlihat banyak sekali ruma
Baca selengkapnya
Mencari Alamat Ayah
Sudah satu bulan lebih Aku berada di Jakarta, kakiku pun sudah dapat berjalan seperti biasa tanpa bantuan kursi roda lagi. Bu Yati dan Pak Danu selalu memperlakukanku dengan sagat baik, bahkan tak segan-segan memarahi temanku, apabila mereka menggangguku.Kulitku kini tak sehitam dulu lagi, sudah mulai sedikit kuning langsat. Rambutku yang hitam dan panjang setiap hari selalu di sisir dan diikat dua oleh Bu Yati. Bu Yati pun membelikakanku banyak baju dan gaun yang bagus, kini penampilanku sangat berbeda dengan Lastri yang dulu. Tubuhku juga sudah mulai sedikit berisi, karena setiap hari Bu Yati selalu membuatkan susu dan memasakan makanan kesukaanku. Tak lupa Pak Danu membelikanku kue untukku setiap pulang Dinas.Namun walaūupun Aku hidup bahagia dengan Pak Danu dan Ibu Yati, akan tetapi ada satu hal yang selalu mengganjal pikiranku, yaitu mengenai keberadaan Abah. Hingga suatu hari Bu Yati menanyakan kepadaku mengenai alamat Abah di Jakarta."Alhamdulilah
Baca selengkapnya
Menemukan Alamat Pakde Di Jakarta
"Loh kok malah pada bingung? itu alamatnya di sebrang jalan ini." Ibu penjual gorengan itu kemudian tertawa melihat kami kebigungan."Tapi itu kan tanah kosong Buk," Pak Danu terlihat semakin bingung."Memangnya Kalian kesini mau cari siapa?""Mau cari alamat yang ada di foto ini Buk." jawab Pak Danu sambil menggaruk kepala."Iya alamatnya di depan itu, yang punya namanya Pak Abdul orang Cileunyi," Jawab Ibu penjual gorengan tersebut, lalu mempersilahkan kami duduk di warungnnya.Mendengar nama Pak Abdul, membuat Aku merasa ketakutan dan segera memeluk Bu Yati. Bu Yati sepertinya menyadari bahwa Aku sedang ketakutan, Beliau lalu membawaku duduk di dalam warung dan membalas pelukanku."Lastri kenapa?" Tanya Bu Yati heran."Abdul itu nama Pakdeku Bu, yang ninggalin Aku di hutan dulu." Aku semakin mengeratkan pelukanku."Astaghfirullah Pak!" Bu Yati berteriak tertahan."Kayaknya ada sesuatu yang tidak beres ini Buk, atau mu
Baca selengkapnya
Namaku Widya
"Kamu jangan sedih ya sayang, Kami akan menggantikan kedua orang tuamu yang telah tiada, kami sayang sama Kamu," bisik Bu Yati tepat di telingaku, disela isak tangisnya yang masih terdengar. Aku menatap wajahnya, mencoba menangkap kesungguhan dari setiap ucapannya, melalui kedua netra-nya yang kini terlihat sembab. Mata itu terlihat membalas tatapanku, seakan menunggu jawaban. "Lastri juga sayang Ibu dan Pak Danu," lirihku, sembari kedua tanganku memeluk Beliau. "Lastri panggilnya sekarang Mama aja ya, dan Pak Danu Lastri panggil Papa," Sebuah senyum terlihat mengembang dari wajah perempuan yang kini menjadi Ibu angkatku.  Aku hanya diam tak menjawab, menikmati pelukan seorang Ibu yang sudah lama tak kurasakan. Sejak saat itu Aku memanggil Pak Danu dengan sebutan Papa, Dan panggilan Mama untuk Bu Yati.
Baca selengkapnya
Cinta Pertama
Sembilan tahun kemudian.Waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa 9 tahun sudah berlalu sejak Papa dan Mama pertama kalinya mendaftarkanku sekolah di SD.Kini hanya tinggal dalam hitungan beberapa hari saja lagi Aku berada di SMA, karena setelah ini aku akan bersiap meninggalkan dunia remaja dan perlahan menuju fase kedewasaan. Duniaku akan berubah dari putih abu-abu menjadi lebih berwarna."Widya, setelah lulus nanti apakah Kamu akan kuliah?" Tanya laki-laki tampan dan bertubuh jangkung, yang selama tiga tahun ini menjalin kasih denganku."Oh iya, Kamu tau engga? Papa sudah daftarin Aku untuk kuliah di UI lho!," jawabku penuh semangat, sambil mencubit pipi pria yang duduk di sampingku kini."Oh ya?" Ilham melihatku sekilas, lalu membuang pandangannya kembali ke halaman sekolah."Kamu kenapa? Kok bukannya seneng sih?"Ketusku sambil memanyunkan bibir sepuluh senti."Aku seneng kok.""Terus?" Cecarku tak sabaran."Aku
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status