Share

Bab 62

Author: Bulandari f
last update Last Updated: 2025-09-17 21:10:35

Bab 62

Aku menelan ludah, menunduk. “T… tidak, Tuan.”

Ia mendekat, kursinya berderit. “Karena mata kamu. Mata itu masih melawan, meski tubuhmu sudah lelah. Aku suka tantangan.”

Aku menggigit bibir, menahan gemetar. “Kalau Tuan mau tantangan… ada banyak wanita di luar sana. Kenapa harus aku?”

Pria itu terkekeh. “Karena mereka menyerah. Kamu tidak. Itu menarik.”

Aku menoleh sebentar ke arah pintu, ada penjaga berdiri kaku. Aku coba memancing. “Kalau aku kabur, apa Tuan masih anggap aku menarik?”

Pria itu mencondongkan tubuh, wajahnya hanya sejengkal dari wajahku. “Coba saja. Aku suka kalau buruanku berani kabur.”

Aku memalingkan muka, napas panasnya menusuk kulitku. “Aku tidak suka jadi buruan.”

Dia tertawa pendek. “Kamu bicara seperti punya pilihan.”

Aku mengepalkan tangan di pangkuan. “Aku selalu punya pilihan. Bahkan kalau itu cuma pilihan untuk tetap bernapas.”

Pria itu diam sesaat, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Menarik… aku suka yang keras kepala.”

Aku mengangkat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lepaskan Aku, Om   bab 86

    Bab 86 – Suara mesin motor berhenti di depan sebuah bangunan tua di pinggir kota. Lampu jalan hanya satu yang menyala, itu pun redup dan berkelap-kelip seperti hampir padam.Aku memeluk tas kecilku erat-erat, sementara Gery turun lebih dulu dan menatap sekeliling dengan waspada.“Turun dulu, Key. Gak apa-apa. Kita aman di sini.”Suaranya lembut, tapi nada hatinya terdengar tegang.Aku menatap bangunan itu ragu. Dari luar, tempat itu tampak seperti gudang tua yang sudah lama ditinggalkan. Cat temboknya mengelupas, pintu besinya berkarat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.“Kita... di mana ini?” tanyaku pelan.“Tempat yang cuma dikenal beberapa orang. Termasuk seseorang yang bisa bantu kita,” jawabnya.Aku mengerutkan kening. “Seseorang? Siapa?”Gery tidak langsung menjawab. Ia hanya memberi isyarat agar aku mengikutinya masuk. Aku menelan ludah dan berjalan di belakangnya, langkahku terasa berat.Begitu pintu besi itu terbuka, aroma lembab dan debu menyeruak. Tapi di dalam, aku terkejut

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 85

    Bab 85“Hmmm, terima kasih. Tapi bagaimana dengan ayah?”Suaraku pelan, hampir tak terdengar. Aku menatap lantai, mencoba menahan air mata yang nyaris jatuh lagi.Gery mengangkat daguku perlahan agar aku menatapnya. Tatapannya lembut, tapi tegas. “Kita cari ayah kamu, Key. Di mana pun dia berada, kita temukan dia dulu sebelum mereka lebih dulu menemukannya.”Aku menggigit bibir bawahku. Ada rasa takut yang sulit dijelaskan. “Aku gak tahu dia di mana sekarang, Ger. Sejak kejadian itu, aku cuma tahu dia sempat sembunyi di rumah salah satu kenalan lama Mama, tapi setelah itu… gak ada kabar.”Gery menarik napas panjang, kemudian menatap keluar jendela rumah kontrakan kecil tempat kami berdua sekarang. Langit malam begitu gelap, seakan ikut memendam semua rahasia dan luka kami.“Key, aku punya kenalan di bagian intel swasta,” katanya tiba-tiba. “Dia bisa bantu cari keberadaan ayah kamu tanpa menarik perhatian pihak Madam Sarah atau Revan.”Aku menatapnya dengan mata membesar. “Intel? Kamu

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 84

    Bab 84 –“Key, sudah waktunya kamu melaporkan kejahatan mereka ke pihak berwajib, Key.”“Maunya gitu, Ger. Tapi…”Kalimat itu menggantung di udara seperti awan kelabu yang enggan pergi. Aku menunduk, menatap lantai yang dingin, sementara jemariku gemetar tanpa bisa kukendalikan. Memikirkan semua hal yang pernah mereka lakukan padaku saja sudah cukup untuk membuat napasku sesak. Apalagi kalau harus melawan mereka. Orang-orang itu bukan manusia biasa. Mereka kejam, licik, dan berkuasa.“Aku tahu kamu takut,” ucap Gery lembut, mencondongkan tubuhnya sedikit ke arahku. “Tapi kamu gak bisa terus sembunyi kayak gini, Key.”Aku mengangkat wajahku perlahan, menatapnya. Tatapan matanya dalam—begitu tulus sampai hatiku nyeri sendiri. “Gery, kamu gak ngerti… mereka bisa ngelakuin apa aja. Mereka punya orang di mana-mana. Aku bukan siapa-siapa,” suaraku bergetar, dan bibirku ikut bergetar.Gery menghela napas, lalu meraih tanganku pelan. “Aku ngerti, Key. Tapi selama kamu masih takut, mereka baka

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 83

    Bab 83Gery membawa aku dan Ara menuju tempat makam ibu, makam yang masih basah dan kalau kata orang masih merah tanah kuburannya. Di makam itu aku menangis tersedu-sedu, melihat nisan yang bertulisan nama ibu. Sakit rasanya meratapi nisan itu, tidak ingin ibu pergi secepat itu. Tapi apa yang bisa ku perbuat? Karena sesungguhnya semua itu takdir Allah, tapi masalahnya. Kapan ujian hidup ini berakhir?"Ibuuu!!" pekik ku yang menangis kencang. "Kamu sabar Key," kata Gery dan Ara yang mengelus lembut pundak ku. "Kak key."Aku menoleh pelan ketika mendengar suara kecil itu. Ara menatapku dengan mata sembab, hidungnya memerah karena terlalu lama menangis.Tangannya yang kecil menggenggam ujung bajuku, seolah takut aku juga akan pergi seperti ibu.“Ara capek, Kak… Ara mau peluk Ibu…” suaranya lirih, patah-patah.Aku menelan ludah, berusaha menahan isak yang sudah naik lagi ke tenggorokan. “Ibu nggak pergi, Ra… Ibu cuma… istirahat.”Kalimat itu aku ucapkan sambil memeluk tubuh mungilnya

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 82

    Bab 81Ku peluk kedua kakiku dengan iringan air mata yang tidak mau pupus dari pipi, setelah terngiang sejuta kenangan yang sulit untuk aku lupakan. Dan kini, di rumah yang penuh tawa, di rumah tempatku besar. Kini, ku tinggal sendiri. Kemana aku akan mencari ibu, kalau keberadaannya saja aku tidak tahu. Ditambah tatapan para warga yang menyorot kebencian saat menatapku. Suami, anak pria nya, bahkan para kakek tua di paksa masuk oleh para wanita yang ada di dalam rumah itu. Dengan ucapan mereka yang begitu menyakitkan. "Ayo masuk ke dalam, jangan sampai kamu digoda oleh jalang itu.""Ayo masuk!" seorang wanita paruh baya menarik tangan suaminya ke dalam. Pintu rumah,, mereka kunci rapat, takut kalau aku datang dan menggoda suami mereka. Padahal kepikiran saja aku tidak, tapi seakan-akan hal itu bisa terjadi. "Ayo masuk! Apa yang kamu lihat sih!" bentak seorang ibu ke anaknya. Satupun, tidak ada yang berani mendekat ke aku. Seakan aku ini penyakit menular, hanya anak kecil yang me

  • Lepaskan Aku, Om   BAB 80

    bab. 80 Tempat pertama kali yang ku datangi setelah berhasil lolos dari Revan adalah rumah ibu, aku berharap bisa melihat ibu, ayah dan Ara di rumah itu. Tapi belum sampai ku kesana, mataku langsung menangkap pemandangan yang mengiris hati. Saat itu, Udara pagi menusuk kulitku seperti jarum-jarum kecil. Langit masih kelabu, dan embun menetes dari dedaunan yang mulai menguning. Aku berdiri di depan reruntuhan rumahku — tempat yang dulu penuh tawa, kini tinggal puing dan debu. Kakiku tak sanggup melangkah lebih dekat. Semua yang kulihat seperti mimpi buruk yang tak mau berakhir. Dinding rumahku ambruk. Gentengnya berserakan di tanah, kaca jendela pecah, dan di antara sisa-sisa kayu yang gosong, masih ada sisa pakaian yang dulu milik Ibu — robek, kotor, dan setengah terbakar. Tanganku menutup mulut, menahan isak yang tiba-tiba pecah. “Ibu…” Aku berlutut, menyentuh tanah yang dingin dan lembap. Di sini dulu Ibu sering duduk sambil menenun tikar. Di sini dulu Ara bermain lomp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status