Share

Bentakan kecil

Di pagi hari, Alvin bermimpi, memimpikan gadis itu. Dengan penuh airmata yang membasahi pipinya, alvin meracau memanggil gadis itu kembali. Padahal ini sudah 5 tahun sejak yuna pergi.

Mendengar Alvin yang mengigau, Kanaya yang masih terpejam mendadak bangun, dan segera menghampiri Alvin yang memang tidur di sofa yang ada di kamar.

"Alvin," panggil naya mencoba membangunkan Alvin.

Namun tetap saja, Alvin masih terus  menangis sambil mengatakan 'jangan pergi'.

"Alvin," panggil naya lagi

"Alvin."

"Alvin bangun, ini udah pagi!" teriak naya pada akhirnya.

Alvin terbangun dengan peluh dan air mata jangan lupa nafas nya yang memburu, di karenakan bermimpi buruk.

Di dalam mimpinya itu, Alvin melihat yuna, cinta pertama nya. Sedang melangsungkan pernikahan dengan seseorang, mereka tampak begitu bahagia. Yuna menikah karena Alvin sendiri yang tidak bisa menepati janjinya untuk menunggu yuna kembali dan memilih menikahi perempuan Lain.

Ia mencoba menetralkan napas nya lalu memandang sekeliling. Alvin menghela napas panjang ketika ia tahu ia berada di kamar nya, dan tadi hanya lah mimpi.

"Kamu gak papa," tanya naya khawatir.

Alvin mengalihkan pandangannya pada naya yang terlihat cemas,

"Lo gak usah sok khawatir sama gue. Minggir!" ucap Alvin dingin.

Ia pun keluar dari kamar tak lupa menutup pintu nya dengan kasar yang mengakibatkan Kanaya kaget di tempat nya.

"Apa aku salah ya?" batinnya.

"Kanaya gak boleh sedih, harus semangat. Tadi kan alvin mimpi buruk jadi mood nya lagi gak bagus."

Kanaya berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus mandi.

Beberapa menit, Kanaya sudah selesai dengan rutinitas pagi nya. Ia pun merapikan tempat tidur dan juga sofa yang di tiduri oleh Alvin semalam.

Tak sengaja, Naya menemukan sebuah kalung, berbentuk hati. Ia mengambil nya dengan raut bingung. Mengapa bisa benda itu ada di sopa, apakah jatuh dari pemiliknya?

"Apa ini punya Alvin ya?" tanya Naya pada angin lalu.

"Kok aku pernah liat kalung ini, tapi dimana ya? Atau mungkin cuma mirip aja. Kalung seperti ini biasanya melambangkan cinta, dan para pasangan nya pasti memiliki setiap belahan nya. Aku ingin tahu siapa pemilik kalung ini."

"Aku simpan aja kali yah. Siapa tahu hilang. Jadi kalau ada yang mencari baru deh aku kasih sama pemiliknya," kata Naya menyimpan kalung itu, di kotak perhiasan nya.

Setelah usai, ia segera turun ke dapur.

Saat menutup pintu kamar, naya di kejutkan dengan kehadiran Mama karin yang berada di belakang nya.

"Eh naya, kamu udah bangun sayang, gimana tidur nya," kata karin.

"Iya mah, Naya tidur nyenyak banget. Mama nyari Alvin ya. Tadi Alvin pergi tapi Naya gak tahu," kana Naya.

"Gak. Mama gak nyari Alvin, tapi nyari kamu, buat sarapan," kata karin.

"Mama yang masak?" tanya Naya.

"Iya. Tapi mungkin makanan nya gak kayak chef chef profesional. maklum mama bukan chef," kekeh Karin di akhir Kalimat.

"Masakan seorang ibu itu pasti enak, gak mungkin gak enak. soalnya di buat dengan cinta dan kasih sayang," kata Naya membuat karin tersenyum senang.

"Kamu bisa aja. Tapi beneran loh mama gak pandai masak."

"Mah maafin Naya yah, bangun telat jadi gak bisa bantu mama masak," kata Naya merasa bersalah.

"Gak papa lah sayang. Kan lain kali masih bisa."

"Tapi kan yang seharusnya memasak itu Kanaya mah, bukan sebaliknya. Karena itu udah kewajiban Kanaya sebagai istri dan menantu di rumah ini."

"Kamu itu menantu mama, bukan maid yang melakukan pekerjaan rumah, tapi jika nanti kamu mau masak bareng, bilang aja sama mama," kata Karin.

"Makasih banyak mah, Naya gak pernah menyangka bisa mendapatkan mertua yang begitu baik."

"Mama yang beruntung punya menantu kayak kamu. Yuk turun papa udah nunggu di bawah."

Mereka pun menuju ruang makan untuk menikmati sarapan pagi ini.

Mereka berdua sampai di ruang makan dan di sambut hangat oleh papa bisma berbeda dengan Alvin yang acuh.

"Sayang sini duduk dekat Alvin," kata Karin pada kursih kosong di samping Alvin.

Dengan kikuk, Naya menurut perkataan mama karin, ia duduk di samping Alvin. Saat duduk, Naya sempat melirik ke Alvin namun sama saja pria itu masih acuh seolah ia tak mengganggap kehadiran naya.

Sedangkan karin ia duduk berhadapan dengan Naya.

"Sebelum makan, mari kita berdoa dulu," ucap Bisma.

Selesai Berdoa.

Alvin yang baru saja akan mengambil makanan ke piring nya, di hentikan dengan pergerakan cepat Naya yang mengambil alih piring Alvin, meskipun masih agak takut, tapi ini adalah salah satu tugas nya sebagai istri.

"Biar aku ambilkan," ucap nya.

Hal itu, membuat bisma dan karin sama sama tersenyum dan terkekeh pelan melihat suami istri baru ini.

Namun senyuman nya luntur, ketika Alvin dengan kasar berucap.

"Gue bukan anak kecil yang makanan aja mesti di ambilkan sama orang asing. Lu gak usah sok baik, INGAT LO ITU CUMA ORANG ASING!" kata Alvin merebut kasar piring itu.

Sedangkan naya masih kaget dengan perkataan Alvin, jujur saja itu melukai hatinya.

"Tapi kan naya bukan orang asing, sekarang naya istrinya," batin naya. Iyah, hanya batin yang berucap, karena tidak mungkin ia bisa mengatakan nya secara langsung. Ia sadar dirinya memang orang asing.

"ALVIN! JAGA SIKAP KAMU!"bentak Bisma dengan marah.

Sedangkan yang di bentak hanya memutar bola mata nya malas, kehadiran Kanaya membuat hidup Alvin hancur. Orang tua nya berpaling menyayangi Kanaya.

"APA PERNAH PAPA NGAJARIN KAMU UNTUK BERSIKAP KASAR PADA WANITA, NAYA ITU ISTRI KAMU BUKAN ORANG ASING. HARGAI ISTRI KAMU," kata Bisma menatap tajam putra nya yang hanya diam.

"Sekarang kamu minta maaf sama Naya," kata bima.

"Papa udah pa, jangan marahi Alvin terus, Alvin gak salah. Kanaya yang salah," mohon Kanaya pada Bisma yang masih tampak marah.

"Gak usah cari muka," gumam Alvin lalu pergi dari meja makan.

Bisma menghela napas kasar, memandang punggung Alvin yang menjauh.

"Sayang jangan di pikirin apa yang di katakan alvin tadi, sikap nya memang kayak gitu, maafin Alvin ya nak," kata Karin meminta maaf atas kelakuan putra nya, yang sangat berbeda dengan dulu.

"Iya ma, gak papa, mama gak usah minta maaf. Naya ngerti kok, mungkin Alvin belum nerima naya," kata naya dengan tersenyum agar mereka yakin kalau ia tidak papa.

"Makasih ya nak," kata karin.

"Iya ma."

"Sekarang lanjutkan makan nya," ucap bisma.

Harapan karin pada naya, semoga aja dengan kehadiran kanaya dia bisa membuat Alvin kembali seperti dulu.

Karin sangat menginginkan Alvin yang dulu. Andaikan aja, ia tak pernah bertemu dengan gadis itu, mungkin saja Alvin gak akan seperti ini.

****

Selesai sarapan, bisma dan karin pamit untuk ke kantor, dan Alvin pergi entah kemana.

Dan kini tinggallah Naya sendiri, sama seperti di rumah nya. Kanaya memilih untuk menonton setelah tadi ia usai mencuci piring. Maid katanya akan datang jam 10 nanti, sebenarnya ada maid yang tinggal di sini hanya saja ia sedang pulang kampung.

Di tengah acara menonton nya, tiba tiba ia kangen dengan sang ayah.

Karena sebelum nya Kanaya memang jarang sekali berjauhan dengan ayah nya, di tambah lagi ayah nya hanya sendirian di rumah.

"Ayah lagi ngapain? Ayah baik baik aja kan. Maaf Kanaya belum bisa pulang," gumam kanaya.

Drrrr

Bunyi ponsel Kanaya, buru buru ia mengambil nya dan menerima panggilan itu yang ternyata itu dari putri, sahabat nya.

"Hi nay," sapa putri, kali ini ia gak berteriak.

"Hi juga put," balas naya.

"Gue mau nanya dong," pinta putri.

"Tumben ngomong dulu, biasanya langsung serocos."

"Kan sekarang beda nay, lu udah punya suami. Entar suami lu marah lagi."

"Gak papa lah. Lagian gue juga lagi sendiri nih," kata Naya.

"Lu lagi dimana emang?"

"Di rumah mertua gue, tapi mereka pergi, jadi yah gue sendirian disini."

"Kok tega sih mereka ninggalin lo," kata putri.

"Mereka kerja, dan gue juga gak papa tinggal sendiri. Udah biasa," balas naya.

"Tunggu gue balik, entar gue yang akan nemanin lo. Eh tapi gak jadi deh."

"Kenapa?"

"Yah kan lo udah punya suami. Entar suami lo gak ngijinin lagi."

"Lu kan sahabat gue put."

"Kalo lo tinggal di situ, terus ayah lo sama siapa?" tanya putri.

"Sendiri. Sebenarnya gue pengen tinggal bareng ayah tapi gak enak ngomong nya," jawab putri dengan raut sedih.

"Sabar ya nay, yang penting lo gak di batasi buat ketemu sama ayah lo."

"Alhamdulillah mereka gak batasi naya buat ketemu ayah. Mereka baik."

"Syukurlah. Kalo boleh jujur gue masih gak nyangka lu udah nikah, ini tuh kayak mimpi nay. Lu bahkan mendahului gue. Meskipun gue bisa datang ke pernikahan lo."

"Lu gak nyangka, apa lagi gue. Tau sendiri kan gimana gue yang begitu tertutup sama cowok."

"Iya. Tapi gue senang akhirnya sahabat gue udah ada yang bisa jagain  untuk seumur hidup. Gue doain pernikahan lo bertahan hingga punya anak, cucu, cicit pokok nya sampai mati deh."

"Thanks buat doa nya. Dan semoga juga lo bisa segera nyusul gue."

"Amin. Btw mertua lo gak galak kan?"

"Gak put, mereka bahkan sangat baik sama gue. Mereka memperlakukan gue kayak putri kandung mereka, pokok nya baik banget. Gue beruntung banget, dan semoga aja mereka akan terus seperti itu."

"Gue ikut senang dengar nya. Kalo suami lo?"

"Dia juga baik. Mungkin kalo soal canggung yah masih canggung soalnya kan kita gak saling mengenal," kata Naya.

"Hmm pasti sulit kalo di jodohin."

"Yah begitulah. Gue sebenarnya sih belum pengen nikah tapi demi bunda dan ayah gue ngelakuin ini."

"Sabar ya naya. Bisa aja kan dia beneran jodoh lo. Gue akan selalu doain lo agar selalu bahagia. Kalo lo butuh teman curhat, jangan sungkan sama gue "

"Wahh gue terharu putri. Makasih banyak yah, gue udah nganggap lo kayak saudara sendiri, tau. L"

"Pokok nya lo harus janji sama gue, untuk selalu happy jangan ada air mata yang keluar dari mata lo lagi. Pokok nya lo harus bersikap mandiri dan dewasa. Gue yakin setiap rumah tangga pasti memiliki cobaan dan lo gak boleh menyerah, lu harus pertahankan pernikahan lo apa pun yang terjadi."

"Iya put, thanks banget buat semuanya. Gue bener benar sayang sama lu." kata kanaya terharu dengan mata yang berkaca kaca.

"Gue apa lagi nay. Lu dan ketiga sahabat kita lah yang membuat hidup gue lebih berwarna. Kalian yang udah membuat gue bahagia selama ini, thanks banget karena gue udah mengenal kalian." kata Putri yang meneteskan air matanya.

Sebenarnya dulu putri itu gak sebahagia ketika ia belum mengenal naya dan tiga lainnya.

"Jangan nangis dong. Gue kan jiga pengen ikutan," kata Naya.

"Gue terharu, lu jangan nangis kan lu udah janji tadi," kata Putri.

"Tapi lu sendiri yang nangis," balas putri.

"Gue nangis bahagia naya. Bahagia karena salah satu sahabat gue udah nikah," kata Putri sudah kembali happy.

Hal itu membuat Kanaya tertawa. Putri itu mudah terharu dan tersentuh dan mood nya juga mudah banget berubah bahkan hanya beberapa detik.

"Put, gue minta saran lo dong."

"Saran apa nay?"

"Gimana agar laki laki itu mau menerima kita."

"Emangnya suami lo gak nerima lo?"

"Gue juga gak tahu. Tapi dari yang gue lihat, dia kayak gak suka sama gue."

"Lo diapain sama dia, bilang sama gue nay."

"Gue gak diapa apain kok. Tadi cuma di bentak dikit aja, waktu sarapan."

"Di bentak? Karena?"

"Gue lancang ingin mengambilkan   dia makanan ke piring nya, tapi dia nya gak suka."

"Masa cuma gitu aja, dia sampai membentak lo."

"Wajar sih put, gue kan orang asing yang masuk ke kehidupan nya, dan dia mungkin belum terbiasa."

"Tapi kan bukan cuma dia. Elu juga naya. Kalian kan sama sama di jodohkan, sama sama belum siap buat berumah tangga."

"Iya put, lagian gue juga gak papa kok. Kan menjadi istri harus sabar, dan berbakti pada suami."

"Iya sabar. Tapi kalau dia berani berbuat macam macam sama lo, nyakitin lo secara fisik. Lo pokok nya harus melawan," kata putri di seberang sana.

"Tapi kan kita gak bisa melawan suami, entar berdosa. Gue gak mau jadi istri durhaka."

"Kalo itu sih, gue gak tahu naya. Kan gue belum nikah, belum tahu rumit nya berumah tangga."

"Nanti juga lo bakalan merasakan nya."

"Doain ya, semoga gue bisa ketemu jodoh gue."

"Gue selalu doain lu putri. Asalkan lo gak salah milih pasangan, gue akan selalu dukung siapa pun yang jadi suami elu nanti."

"Ahh thanks you my sister," kata putri sambil bertingkah imut.

Kanaya terkekeh melihat tingkah sahabat nya itu. Putri itu memiliki visual yang begitu cantik, wajah nya yang imut dan selalu berponi layaknya gadis gadis remaja."

"Yaudah gue tutup dulu ya. Ada yang datang."

"Ok, bye naya."

Panggilan pun terputus. Naya segera membukakan pintu pada tamu yang tadi memencet bel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status