Share

Mulai suka?

Tepat jam 10, bi Ana datang, maid yang bertugas menggantikan posisi bi siti selama pulang kampung.

"Assalamualaikum," kata bi ana.

"Waalaikum salam," kata Naya membukakan pintu.

Naya memerhatikan wanita muda itu,

"Maaf nyari siapa?" tanya naya.

"Saya maid yang di suruh nyonya untuk menggantikan bi siti untuk sementara di rumah ini," kata bi ana sambil tersenyum ramah.

"Ohh, yaudah silahkan masuk bi," kata naya sambil membawa nya ke ruang tamu.

"Makasih non."

"Bibi ini bi ana?" tanya Naya karena ini pertama kalinya mereka bertemu.

"Iya non, nama saya Ana," kata maid itu sopan.

"Panggil naya aja. Bibi kayak masih muda gitu deh," kata Naya yang memperhatikan bi Ana layak nya wanita berumur 20an.

"Iya non, saya berusia 26 tahun," jawab bi ana.

Naya membolakan mata nya kaget. Bi ana ini masih muda untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. "Serius? Berarti cuma tiga tahun di atas saya dong."

"Iya non," jawab bi ana tersenyum canggung.

"Kalo gitu aku panggil kak ana aja ya," pinta Naya.

"Jangan non, panggilan itu gak pantas buat saya. Karena non adalah majikan saya." kata bi ana.

"Gak papa, lagian kamu bisa saya anggap sebagai kakak saya."

"Tapi non, saya mohon jangan. Saya takut di pecat sama tuan dan nyonya, karena lancang."

"Baiklah, kalo gak mau. Tapi bibi gak usah takut atau sungkan sama saya, anggap saja kalo kita ini teman," kata Naya.

Bi ana yang tak tahu harus bilang apa hanya mengangguk kecil.

"Non naya apa gak papa saya tinggal. Saya mau membereskan kamar nyonya," kata Bi ana meminta izin.

Kanaya berfikir sebentar "iya gak papa. Kalo bibi mau membereskan kamar mama silahkan. Mau saya bantu bi?"

"Gak usah non, biar saya aja. Ini sudah menjadi tugas saya."

"Kamar nyonya dimana non?" tanya bi ana, karena ia belum terlalu tau letak di rumah ini.

"Sini saya antar," kata Naya kemudian berjalan ke lantai dua dimana kamar mama dan papa mertuanya.

"Makasih non."

Setelah mengantar bi ana, naya kembali ke tempat nya tadi.

Setidak nya ia merasa senang ketika orang rumah pergi kerja ada yang menemani nya di rumah ketika sedang tak bekerja.

***

Kanaya memperhatikan bi ana yang begitu telaten membersihkan rumah, masakan nya pun sangat lezat.

Belum sehari aja, mereka sudah dekat layak nya teman pada umum nya bukan maid dan majikan.

"Bi ana," panggil naya masih berada di sofa.

Ana yang merasa terpanggil pun, langsung berlari menuju majikan nya.

"Ada apa non? Non butuh sesuatu?"

Kanaya menggeleng sebagai jawaban. "Alhamdulillah sudah non, baru aja selesai."

"Jadi sekarang bibi sudah mau pulang?" tanya kanaya.

"Ini sudah sore non. Tapi kalo non naya gak mau di tinggal sendiri. Saya akan tetap disini sampai nyonya dan tuan datang."

"Makasih bi. Tapi apa rumah bibi gak jauh, kalo nanti pulang nya agak lama."

"Rumah saya dekat non, cuma berjarak sekitar 10 meter dari sini."

"Ohh. Boleh dong bi, kapan kapan saya mampir ke rumah nya bi ana."

"Tentu saja non. Saya akan sangat senang, ketika non berkenan mampir ke rumah."

Mereka pun menghabiskan waktu mengobrol bersama. Dan tak terasa, sudah pukul 5 sore, dan saat itu juga Alvin datang, bi ana pun pamit pada Naya.

Jam 17.00

Alvin sudah pulang, melihat alvin baru datang dengan raut lesu dan juga  wajah datar nya, membuat Kanaya yang hendak menemui atau sekadar menyapa mengurungkan niat nya.

Ia hanya melihat Alvin naik ke lantai dua dengan perasaan yang sulit Naya utarakan. Ia gak tahu mengapa akhir akhir ini naya selalu berharap Alvin bisa menerimanya.

Ini adalah pertama kalinya naya dekat dan tinggal bareng sama laki laki setelah ayah nya. Selama ini untuk dekat atau sekedar mengobrol dengan lelaki saja gak bisa, ia begitu tertutup.

Tapi mengapa dengan Alvin, naya seolah ingin membuat Alvin menerima nya. Ingin membuat pria itu menjadi suaminya seutuhnya.

Naya menghembuskan nafasnya kasar lalu kembali ke sofa. Rasanya hari ini, naya gak melakukan apa pun hanya duduk dan menonton.

Beberapa menit kemudian...

Alvin turun sudah berganti pakaian dengan stayle alah rumahan, santai maksudnya. Alvin melangkah ke sofa dan naya mengira ia menghampirinya. Namun ternyata salah, pria itu hanya mengambil charger handphonenya lalu melangkah pergi tanpa menatap ke arah naya sedikit pun.

"Aku seperti penghancur hidup orang. Mengapa bisa aku menikah dengan pria dingin kek dia," batin naya.

Malam harinya, mereka hanya berdua karena mama dan papa sedang ada urusan dan membuat mereka terlambat pulang.

Selesai makan tadi, naya kembali ke sofa sedangkan Alvin entah lah kemana dia. Mereka memang tidak makan bersama, setelah tadi naya mempersiapkan makanan di atas meja, wanita itu memilih menunggu sampai selesai baru lah giliran dia yang makan.

Hari ini Bener benar hari yang buruk buat naya, di rumah hanya ada alvin dan dirinya di tambah hujan turun secara tiba tiba.

Naya yang takut pada hujan, suara gemuruh dan petir hanya bisa meringkuk di atas sofa dengan kedua tangan yang menutup telinganya rapat.

Naya memiliki trauma ketika kecil dulu, sampai sekarang naya takut akan hujan. Jika dulu ada ayah nya yang akan selalu menemani dan menenangkan nya. Kali ini tidak, ia sendiri, benar benar sendiri.

Tanpa terasa, air mata Kanaya turun dengan terisak ia bergumam "ayah.. Hiks..hiks.. Naya takut takut."

Alvin yang dari dapur dan tak sengaja melewati sofa yang duduki Naya. Heran apa yang di lakukan nya.

Alvin fokus pada naya yang meringkuk dengan membenamkan wajah nya dan juga kedua tangan nya yang menutup telinga, takut dengan suara suara aneh yang terus menghantuinya.

Alvin yang tidak tahu apa pun hanya memperhatikan. Baru saja ia akan pergi, tak peduli dengan naya. Tiba tiba suara gemuruh guntur membuat nya ikut kaget, dan tangisan Kanaya semakin keras.

"AKHH Ayah naya takut... Hiks.. Tolong naya, naya gak mau sendirian. Ayah dimana? Peluk naya," isak naya.

"Ayah suruh hujan itu berhenti, naya takut.... Ayah hiks...hiks.. Ayah takut hujan... Suruh hujan nya pergi," isak naya namun semakin lama, nafas nya semakin tak beraturan.

Rasa khawatir menghampiri alvin, ia langsung menghampiri Naya dan memeluk wanita itu, seolah itu lah cara agar bisa menenangkan naya.

Alvin sebenarnya adalah pria yang baik, penyayang dan paling gak tega ketika melihat perempuan menangis. Namun semuanya seakan lenyap ketika wanita yang ia cinta, wanita pertama yang berhasil membuat ia jatuh cinta malah pergi meninggalkan nya.

Naya yang berada di pelukan alvin perlahan lahan mulai tenang, untunglah naya itu setengah sadar jika ia tidak tahu kalo yang memeluk nya saat ini adalah Alvin, bukan ayah nya.

Sedangkan Alvin, detak jantung nya berpacu 2 kali lipat, ia merasa gugup dengan posisi mereka sekarang. Ia deg degan berdekatan dengan naya dan perasaan ini, membuat ia kembali teringat ketika pertama kali bertemu dengan wanita pujaan nya.

Lama terdiam di posisi itu, Alvin mendengar suara dengkuran halus. Dan dapat ia tebak kalo naya sudah tidur.

Maka dengan inisiatif, alvin menggendong naya ke kamar, lalu menidurkan nya dengan penuh hati hati tak lupa juga menyelimuti nya.

Alvin menatap wajah cantik naya yang begitu tenang ketika tertidur. Ini adalah pertama kalinya ia melihat wajah Kanaya,  setelah sebelumnya ia bersikap acuh.

"Sorry karena gue udah nyakitin perasaan lo, tapi lo datang di waktu yang tidak tepat," batin Alvin.

Pria itu tidak keluar dari kamar, ia memilih menjaga naya dan duduk di sofa, tempat tidur nya mulai sekarang.

Alvin sengaja berada di kamar, jaga jaga jika Naya terbangun dan kembali takut dengan hujan yang sebenarnya adalah anugrah yang harus di syukuri.

Tepat di jam 11 malam, bisma dan karin baru pulang. Di luar masih hujan.

Karin ingin mengecek apakah naya baik baik saja. Alden, ayah naya sudah memberitahu tentang trauma kanaya yang takut pada hujan, itu semua karena ada hubungan nya dengan kepergian bunda nya.

Karin membuka pintu kamar alvin dan naya pelan. Dapat ia lihat kanaya yang tertidur pulas serta Alvin yang juga tertidur.

Karin tersenyum, kedua kesayangan nya sudah berada di alam mimpi. Karin berjalan ke sisi ranjang, lalu memandangi wajah cantik kanaya yang begitu mirip dengan kaila.

"Tidur nyenyak sayang," ucap karin mengelus surai panjang menantunya.

Tak lupa pula, ia mencium kening kanaya lembut, layak nya seorang ibu pada putri kecil nya ketika akan tidur.

"Terima kasih karena telah mau menjadi menantu mama."

"Kaila, putri mu benar benar cantik dan baik seperti mu. Aku selalu mendoakan mu begitu kanaya agar ia bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dan bahagia."

Setelah mengatakan itu, karin tak langsung pergi, ia mengambil selimut di almari lalu menyelimuti putra nya.

"Kembalilah seperti dulu, putra mama yang berbakti," ucap karin sambil mencium kening putranya dengan lembut.

Ia pun keluar dari kamar, untuk beristirahat juga.

****

08.00

Esok hari nya, naya terbangun. Namun naya merasa heran, mengapa ia bisa berada di kamar dan siapa yang menyelimuti nya. Karena perasaan ia sedang menonton di ruang keluarga.

Apakah alvin? Tapi lelaki itu tak ada di kamar ini. Jadi gak akan mungkinlah bila pria dingin itu yang mau membawa nya ke kamar.

Baru saja naya hendak ke kamar mandi, namun pergerakan nya terhenti, saat pintu kamar di buka.

Menampilkan seorang pria tampan yang sudah rapi dengan jas kantor nya, membuat nya semakin sempurna.

"Udah bangun?" tanya Alvin sambil menutup pintu.

Naya mematung di tempat nya. Apakah Alvin sedang berbicara padanya. Tapi kenapa.

"A...aku?" tanya kanaya sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Hmm. Iya kamu," jawab Alvin tak sedingin biasa nya.

Alvin duduk di kasur, membuat jarak di antara mereka semakin dekat. Jantung kanaya semakin terpacu cepat, apa lagi saat Alvin menatap nya begitu lembut.

"Ini makanan nya. Kata mama makan dulu." kata Alvin menyerahkan nampan berisi makanan.

Naya menerima nya dengan tangan bergetar. Entah lah mengapa ia bisa se gugup ini, hanya karena Alvin. Atau kah ini lah yang dinamakan cinta.

"M....mama emang kemana?" tanya naya masih gugup sembari menatap makanan itu, mengalihkan pandangan nya dari Alvin.

"Mama dan papa udah berangkat kerja. Mama nyuruh kamu buat ngabisin makanannya sebelum berangkat kerja."

Kanaya hanya mengangguk kecil. Ia jadi lupa kalau hari ini, ia sudah mulai bekerja.

Kanaya pun memakan makanan nya dengan lahap, ia juga sudah merasakan lapar saat bangun tidur. Ia bahkan belum membersihkan diri, tapi sudah makan.

Alvin berdiri dari duduk nya. Kemudian ia berkata "aku tunggu di bawah. Kamu siap siap dulu, baru aku antar ke sekolah."

Naya hampir saja kesellek makanan tatkala ia mendengar kata itu di ucap kan oleh Alvin.

Alvin turun ke bawah dan menutup pintu. Membiarkan kanaya untuk bersiap siap.

Kanaya memakan makanan nya dengan cepat, tak ingin membuat Alvin menunggu. Mumpung ia sedang baik, jadi ia harus memanfaatkan ini dengan sebaik baik nya.

Impian kanaya hanya menikah sekali dalam hidup nya. Maka dari itu, ia akan berusaha mencintai Alvin meskipun laki laki itu tak mencintai nya. Kanaya hanya berharap Alvin tak akan meninggalkan nya.

Selesai sarapan, naya segera masuk ke kamar mandi.

Setelah sudah siap. Naya mengambil tas nya serta ponsel yang ada di atas meja. Kemudian wanita 23 tahun itu, turun ke bawah.

Dapat Naya lihat, Alvin sedang sibuk dengan ponsel nya, hingga laki laki itu tak menyadari kehadiran kanaya di sisi nya.

"Eh udah siap," kaget Alvin saat tak sengaja ia menoleh ke samping dan mendapati naya.

Naya hanya mengangguk kecil.

"Yaudah yuk berangkat," kata nya berjalan mendahului kanaya.

Di belakang, kanaya meremas jarinya gugup. Ia masih tak menyangka alvin bersikap manis pada nya.

"Apa ini mimpi?" batin naya.

Naya masuk ke mobil diikuti Alvin. Lalu mobil melaju ke sekolah tempat kanaya mengajar.

Di dalam mobil hanya keheningan yang tercipta. Alvin yang sibuk menyetir, dan naya yang sibuk dengan Pikiran nya.

Tak terasa, mereka sudah sampai. Naya yang hendak turun di hentikan dengan tangan Alvin yang mencegah nya.

Naya memandang Alvin dengan raut bingung "ada apa?"

"Kalo udah pulang, telepon aku. Nanti aku jemput."

"Tapi nanti kamu sibuk. Aku bisa pesan taksi," tolak kanaya.

"Mulai sekarang aku yang akan mengantar dan menjemput kamu. Jangan protes apa lagi untuk menolak."

"Tapi, aku gak mau ngerepotin kamu."

"Kamu istriku," ucap Alvin.

"Ta..pi bukan kah kamu sendiri yang bilang kalau aku itu...,"

"Maaf soal kemarin. Aku hanya sedang emosi," ucap Alvin menghentikan ucapan kanaya.

"Gak papa. Aku memaklumi nya. Ini memang sulit, tetapi jika kita menjalani nya bersama, itu akan menjadi lebih muda."

"Makasih. Ternyata, kamu memang wanita baik, seperti yang mama bilang."

Kanaya tersenyum menanggapi ucapan Alvin. Ia pun turun dari mobil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status