LOGINSekte Bintang Surya adalah simfoni kemurnian. Bangunan berlapis giok memantulkan cahaya matahari, aliran energi spiritual mengalir dalam formasi yang tertanam di tanah, dan para murid bergerak dengan keanggunan seorang bangsawan kultivator sejati. Bagi Lian Yue, ini adalah dunia yang benar-benar asing, dan dia adalah anomali paling gelap di dalamnya.
Ji Han, dengan kesabarannya yang luar biasa, membimbing Yue menuju lapangan latihan utama. Di sana, lusinan murid sedang berlatih formasi pedang dan meditasi. Ji Han memperkenalkannya dengan singkat, menyebutnya "murid baru dengan inti energi unik," sebuah eufemisme untuk 'kekuatan iblis terlarang.' Yue merasakan tatapan murid-murid lain, campuran rasa ingin tahu, kecurigaan, dan sedikit ketakutan. Di antara mereka, ia mengenali Lian Rou—seorang gadis dari cabang klan Lian yang lebih kuat—yang menatapnya dengan kebencian murni. “Lian Yue,” kata Lian Rou dengan suara keras, “Semoga kau tidak membawa kekotoran Inti Bayangan Bulanmu ke tempat suci ini. Jika energi spiritualmu menyimpang, Dewa Jinlong akan tahu.” Dewa Jinlong. Musuh bebuyutan Xuan Nightblade. Mendengar nama itu, Xuan, yang selama ini diam di dalam, langsung merespons. “Jinlong? Dia bahkan tidak bisa menyegelku dengan benar ribuan tahun lalu. Jangan takut, Yue. Biarkan saja cacing tanah itu bicara,” suara Xuan terdengar di kepala Yue, dingin dan meremehkan. “Jangan hiraukan mereka,” bisik Ji Han lembut, melangkah sedikit di depan Yue, seolah menawarkan perisai. “Kau adalah murid Bintang Surya sekarang. Kultivasi dimulai dengan dasar: menstabilkan energi.” Latihan pertama adalah yang paling dasar, tetapi yang paling sulit bagi Yue: menstabilkan energi spiritual di Dantian-nya. Masalahnya, inti energi Yue bukan murni spiritual. Itu adalah energi gelap, liar, dan sangat dominan—seperti sungai yang meluap. “Fokus pada napasmu, Nona Lian Yue,” instruksi Ji Han. “Biarkan energi spiritual mengalir perlahan dari meridian ke Dantian, seperti embun yang menetes ke danau.” Yue duduk bersila, matanya terpejam. Ia mencoba membayangkan embun, air jernih, dan ketenangan. Namun, di dalam dirinya, ia hanya menemukan kegelapan, rasa haus, dan energi mendominasi yang berasal dari Xuan. “Kenapa kau mencoba menjinakkan kami?” suara Xuan berbisik, seolah-olah dia sedang berbaring di samping Yue dalam kegelapan batinnya. “Kami adalah badai, bukan embun. Biarkan kami meluap.” Yue menggertakkan gigi, keringat dingin membasahi pelipisnya. Energi spiritual yang coba ia tarik langsung ditelan oleh aura Bayangan Bulan yang gelap. Ji Han melihat kesulitan Yue. Ia mendekat, tangannya terangkat—bukan untuk menyentuh, tapi hanya untuk mengukur fluktuasi energi Yue. “Energi Anda terasa sangat aktif, Nona Lian Yue,” katanya cemas. “Mungkin ada yang salah dengan meridian Anda. Biarkan saya membantu menstabilkan alirannya.” Ji Han kemudian melakukan sesuatu yang, meskipun murni niatnya membantu, menimbulkan reaksi keras dari roh yang berbagi jiwa dengan Yue. Ia meletakkan dua jari—jari telunjuk dan jari tengah—di pergelangan tangan Yue, tempat nadi kultivasi berada, untuk menyalurkan energi spiritual murni. Sentuhan itu lembut, bersahabat, dan profesional. Namun, efeknya pada Xuan Nightblade adalah bencana. Begitu energi Ji Han menyentuh Yue, suara Xuan Nightblade meledak di benak Yue dengan amarah yang dingin dan mematikan. “LEPASKAN! JANGAN SENTUH DIA!” Reaksi itu begitu kuat, begitu tiba-tiba, sehingga Yue tersentak hebat, matanya terbuka lebar. Energi gelap di dalam Dantiannya seketika memberontak, membentuk pusaran hitam yang liar. Ji Han terlempar mundur setengah langkah, wajahnya pucat karena gelombang energi gelap yang tiba-tiba. “Lian Yue!” seru Ji Han, terkejut. “Ada apa? Energi Anda… menjadi agresif!” Yue terengah-engah. Ia tidak bisa bicara. Di matanya, ia melihat refleksi Ji Han, dan di belakang Ji Han, ia melihat bayangan kabur Xuan Nightblade—roh itu muncul sekilas, hanya untuk sesaat, tetapi Yue melihat mata merah gelap yang penuh amarah. “Aku sudah bilang jangan biarkan dia menyentuhmu. Sentuhan sekecil apa pun darinya adalah pengkhianatan,” bisik Xuan, suaranya mengandung ancaman murni. “Kau milikku, Wadah. Hanya aku yang boleh menyentuh titik-titik vitalmu.” Yue merasa malu. Semua murid yang lain kini menatap mereka. Lian Rou menyeringai penuh kemenangan. “Maaf, Kakak Senior Ji Han,” kata Yue, menunduk, jantungnya berdegup tak karuan. “Energi saya… tiba-tiba tidak stabil. Saya perlu waktu untuk menenangkan diri.” “Tidak apa-apa,” Ji Han terlihat khawatir, bukan marah. Kebaikan murni ini semakin memicu amarah Xuan. “Tapi… berhati-hatilah. Jika Inti Bayangan Bulan Anda terus tidak stabil, ia bisa merusak meridian Anda sendiri.” Setelah Ji Han pergi untuk melatih murid lain, Yue bergegas mencari tempat sunyi: Hutan Bambu yang terletak di belakang asramanya. Begitu ia sendirian, ia menghempaskan diri di bawah pohon, memeluk lututnya. “Kau keterlaluan, Xuan Nightblade!” bisik Yue, suaranya serak. “Dia hanya mencoba membantuku! Aku tidak akan pernah bisa berlatih jika kau terus meneror setiap orang yang mendekat!” Xuan muncul, tidak transparan lagi, tetapi bentuknya kini jauh lebih solid, seolah-olah ia sedang mencoba mengambil substansi fisik. Matanya yang merah gelap menatap Yue dengan dingin. “Keterlaluan? Aku baru saja menyelamatkan nyawamu dari cacing kultivator yang mencoba menginvasi energimu,” jawab Xuan, suaranya tenang, tetapi setiap kata mengandung dominasi. Ia berjalan mendekat, memaksakan Yue mendongak. “Energi murni Ji Han mencoba menekan Inti Iblisku, Yue. Kau tidak sadar betapa berbahayanya itu. Dia bisa saja mengira kau kerasukan dan memanggil Tetua Sekte untuk melakukan pemurnian. Dan pemurnian itu akan membunuhmu.” Yue terdiam. Ketakutan itu nyata. Xuan berjongkok di hadapannya. Ia mengangkat tangannya—tangan yang kini terasa dingin seperti marmer—dan menyentuh pipi Yue. Kali ini, sentuhan itu tidak hanya diikuti oleh energi gelap yang hangat, tetapi juga oleh gelombang emosi yang kompleks: rasa posesif yang mendalam, hasrat yang membara, dan, yang paling mengejutkan Yue, semburat rasa sakit dari Xuan. “Kau tahu,” bisik Xuan, tatapannya menyelimuti Yue dengan intensitas yang mencekik. “Sentuhan manusia lemah itu terasa menjijikkan bagiku. Tapi sentuhanmu… membakar.” Yue menarik napas tajam. “Itu… itu bukan sentuhanku.” “Oh, itu sentuhanmu. Aku ada di dalammu, Yue. Saat aku menyentuh kulitmu, aku menyentuh diriku, dan kau menyentuhku. Kami adalah satu,” jelas Xuan, suaranya merendah, sensual. “Dan saat kau menerima kebaikan dari pria lain, rasa cemburuku akan membuat Inti Bayangan Bulanmu tidak stabil. Itu bukan karena aku, itu karena ikatan kita yang menolak kehadiran lain.” Ia menekan jempolnya di sudut bibir Yue, menggeseknya lembut. Yue merasakan denyutan liar di seluruh tubuhnya. “Jika kau ingin menstabilkan energi Bayangan Bulanmu, ada satu cara yang paling cepat dan paling aman,” kata Xuan. “A-apa?” tanya Yue, suaranya nyaris hilang. “Hanya sentuhanku. Hanya aku. Biarkan energiku menyeimbangkan energimu, tanpa perlawanan, tanpa keraguan,” ia mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat, hingga Yue bisa merasakan napas dinginnya. “Hanya aku yang boleh memiliki akses ke dirimu, Wadah. Sampai kutukan ini terlepas. Atau… aku sepenuhnya mengambil alih tubuh ini.” Kata-katanya adalah racun yang manis, mengancam namun menjanjikan perlindungan yang mutlak. Lian Yue menyadari, musuh terbesarnya bukanlah sekte atau dewa, melainkan pria yang ada di dalam dirinya, yang mengendalikan setiap desah hasrat dan ketakutan yang ia miliki. Ia harus belajar menguasai Xuan, sebelum ia sepenuhnya dikuasai olehnya. Dan jalan untuk menguasai energi gelap itu... pasti akan sangat panjang, penuh godaan, dan sangat berbahaya.Kamar baru Lian Yue di Sekte Bintang Surya terasa steril. Terlalu bersih, terlalu murni. Jendela kayu pinus terbuka ke arah hutan bambu yang sunyi, dan udara yang masuk membawa serta aroma segar energi spiritual. Itu adalah udara yang seharusnya menenangkan seorang kultivator. Namun, bagi Yue, udara itu terasa seperti racun yang pelan-pelan membekukan energinya. Ia mencoba tidur. Namun, bagaimana mungkin seseorang bisa terlelap saat Kaisar Iblis yang sangat posesif berbagi napas dan jantung dengan dirinya? Malam terasa panjang. Yue bolak-balik di ranjang, selimut sutra yang lembut terasa panas dan mencekik. Ia tidak hanya merasa tidak nyaman secara emosional, tetapi juga secara fisik. Energinya terus bergejolak. Satu detik ia merasa dingin luar biasa, seolah es dari Inti Bayangan Bulan sedang membekukan nadinya; detik berikutnya, ia merasa panas membara, seperti semua hasrat dan amarah yang diredam Xuan Nightblade sedang mendidih di dalam dirinya. Ini adalah efek samping dari t
Sekte Bintang Surya adalah simfoni kemurnian. Bangunan berlapis giok memantulkan cahaya matahari, aliran energi spiritual mengalir dalam formasi yang tertanam di tanah, dan para murid bergerak dengan keanggunan seorang bangsawan kultivator sejati. Bagi Lian Yue, ini adalah dunia yang benar-benar asing, dan dia adalah anomali paling gelap di dalamnya. Ji Han, dengan kesabarannya yang luar biasa, membimbing Yue menuju lapangan latihan utama. Di sana, lusinan murid sedang berlatih formasi pedang dan meditasi. Ji Han memperkenalkannya dengan singkat, menyebutnya "murid baru dengan inti energi unik," sebuah eufemisme untuk 'kekuatan iblis terlarang.' Yue merasakan tatapan murid-murid lain, campuran rasa ingin tahu, kecurigaan, dan sedikit ketakutan. Di antara mereka, ia mengenali Lian Rou—seorang gadis dari cabang klan Lian yang lebih kuat—yang menatapnya dengan kebencian murni. “Lian Yue,” kata Lian Rou dengan suara keras, “Semoga kau tidak membawa kekotoran Inti Bayangan Bulanmu k
Asrama Angin Bambu adalah kawasan elit di Sekte Bintang Surya, dikelilingi oleh pepohonan hijau menjulang yang batangnya memancarkan sedikit aura spiritual. Lian Yue ditempatkan di kamar paling ujung, sebuah ruangan kecil yang indah dengan lantai kayu mengkilap, jendelanya menghadap ke hamparan hutan yang berkabut. Ji Han, dengan sikapnya yang lembut dan penuh perhatian, membantunya meletakkan barang-barangnya. “Kamar ini adalah tempat yang sempurna untuk meditasi, Nona Lian,” kata Ji Han, suaranya tenang seperti mata air. “Energi spiritual di sini murni dan kuat. Jika Anda butuh sesuatu, jangan ragu memanggil saya. Saya tinggal dua kamar di sebelah sana.” Yue mengangguk canggung. Sejak insiden di gerbang sekte—ketika Xuan Nightblade hampir mengaum karena cemburu—ia merasa bersalah pada Ji Han, pemuda yang tidak bersalah itu. “Tentu saja dia tidak bersalah,” dengus Xuan di dalam kepala Yue, nadanya dingin dan mengejek. “Dia adalah murid inti dari sekte yang membenci semua yan
Setelah Bola Kristal meledak dalam cahaya ungu gelap yang menakutkan, suasana di Aula Utama Klan Lian berubah dari penghinaan menjadi kegilaan yang hening. Lian Yue, si gadis tanpa bakat yang ditakdirkan menjadi tumbal, kini berdiri di sana sebagai pemegang Shadow Moon Core—inti spiritual terlarang yang kekuatannya bahkan melebihi yang dimiliki oleh leluhur terkuat mereka. Keputusan para Tetua berubah dalam sekejap. “Lian Yue,” Tetua Wen—yang lima menit lalu hampir menjualnya ke Sekte Seribu Roh—berbicara dengan nada yang berubah lembut, hampir menjilat. “Engkau adalah kebanggaan klan! Kenapa kau menyembunyikan bakat luar biasa ini dari kami?” “Saya tidak menyembunyikannya, Tetua,” jawab Yue, suaranya terdengar dingin dan datar, bukan karena keberaniannya sendiri, tetapi karena Xuan Nightblade yang memberinya ketenangan dingin itu. “Aku adalah bayanganmu sekarang. Biarkan aku yang memegang kendali percakapan ini,” bisik Xuan di dalam kepalanya, suaranya tajam seperti pedang yan
Aula Utama Klan Lian dipenuhi jubah-jubah sutra dan wajah-wajah kaku. Para tetua duduk di kursi tinggi yang diukir naga, wajah mereka penuh penghakiman. Lian Yue berdiri paling belakang, di antara sekelompok gadis lain yang menunggu giliran. Ia merasakan aura Xuan Nightblade, dingin dan tenang, seperti batu giok gelap. Roh itu benar-benar ada di dalam dirinya, menyatu dengan setiap serat jiwanya. Ia tidak melihatnya, tetapi bisa merasakan keberadaannya—seperti merasakan detak jantungnya sendiri. Jiwa Xuan terasa seperti api es yang sangat kuat. Kakak sepupu Lian Yue, Lian Huayan, berdiri di barisan depan. Dia cantik, energik, dan baru saja berhasil membangkitkan Fire Essence Core yang langka. Huayan tersenyum angkuh saat namanya dipanggil, mengalirkan energi spiritualnya ke Bola Kristal Penentuan Nasib. Bola itu bersinar dengan cahaya merah keemasan yang terang. Para tetua mengangguk puas. Huayan menoleh ke belakang, melayangkan tatapan mengejek pada Yue. Gadis yang malang, Hu
Ketika Lian Yue kembali sadar, hal pertama yang ia rasakan adalah kehangatan—kehangatan yang sangat dekat, menempel di lehernya, seolah seseorang sedang bernapas di sana. Terlalu dekat. Terlalu intim. Ia mencoba bergerak, tetapi anggota tubuhnya terasa berat, lemas, dan anehnya, bergetar halus. “Bangun. Aku tidak punya waktu melihatmu pingsan.” Mata Lian Yue terbuka dengan kejutan. Pandangannya berpusat. Ia melihat langit-langit gudang yang suram, dan kemudian, ia melihatnya. Seorang pria berdiri di tengah ruangan. Tinggi, posturnya sempurna, mengenakan jubah hitam dengan sulaman perak. Dialah pria yang ada di dalam lukisan itu—rambut hitam perak, mata merah gelap yang kini menatapnya dengan rasa ingin tahu yang dingin. Dia tampan; ketampanan yang membuat naluri Yue menjerit bahaya. Tetapi ada yang aneh. Garis-garis tubuhnya tampak transparan, tembus pandang. Dia ada di sana, namun tidak sepenuhnya nyata. “Siapa… kau?” Bisikan Yue terdengar parau dan takut. Pria itu be







