Home / Romansa / Lima Pengawal / Bertemu Orang Aneh

Share

Bertemu Orang Aneh

Author: Icha Mawik
last update Last Updated: 2021-03-26 21:58:24

Andien kembali ke rumah, untuk menghabiskan waktu liburannya. Namun, kali ini, ia harus kecewa. Sebab, lagi-lagi sedang berada di luar negeri.

"Kalau tau begini, mendingan tetap ke asrama atau ikut liburan bersama keluarga Clara," gerutu Andien. 

"Fab, kamu lagi apa sekarang?" gumam Andien. Saat pikiran Andien menerawang jauh, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara ponselnya. Dengan malas ia meraih dan matanya membulat saat ia melihat nama yang tertera disana.

"Fabio," desis Andien. Dengan sigap, ia menjawab panggilan Fabio.

"Hallo," ucap Andien.

"Kamu sudah di rumah?" terdengar suara dari seberang. Suara itu, suara yang selama ini ia rindukan. 

"Sweety, kamu mendengarku?" lanjut Fabio.

"Ah, ya... Aku sudah dirumah," sahut Andien.

"Aku akan mengubahnya kepanggilan video," ujar Fabio. Tidak perlu waktu lama, wajah tampan Fabio terpampang jelas di layar ponsel Andien. Andien tersenyum, membalas senyuman Fabio.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Andien.

"Memikirkanmu," sahut Fabio.

"Oh ya, aku juga," timpal Andien. Mereka pun kembali tertawa dan selanjutnya keduanya larut dalam obrolan ringan. Hingga akhirnya percakapan mereka pun di akhiri dengan Fabio yang akan melanjutkan meetingnya. 

"Fab, kapan kamu akan kembali?" tanya Andien.

"Mungkin lusa," sahut Fabio.

"Baiklah," ucap  Andien.

"Ada apa?"

"Tidak," 

"Apa ada masalah?" lanjut Fabio.

"Tidak! Tidak ada apa-apa," Andien menggeleng cepat.

"Baiklah, aku kan menyelesaikan urusan disini, dan secepatnya aku akan kembali," tutur Fabio.

"Baiklah," senyum cerah di wajah Andien seketika terbit.

"Istirahatlah, aku tau disana pasti telah larut," ujar Fabio.

"Baiklah, kamu juga," balas Andien.

"Bye," tutup Fabio.

"Hem, bye," Andien menutup panggilannya. Andien tersenyum, kemudian menarik selimut dan berangkat tidur.

Keesokan harinya, seperti biasa jika ia sedang berada dirumah. Setelah selesai sarapan, ia pun bergegas keluar untuk mengunjungi makam ayahnya. Ditemani beberapa orang-orang terbaik pilihan kelima saudaranya, Andien di pastikan aman saat berada di luar rumah. Meskipun berada jauh dari jangkauan, kelima saudaranya selalu mengawasi setiap gerak-gerik Andien, dimana gadis itu berada. Ia selalu dalam pengawasan kelima saudaranya, terutama Fabio.

Setiap satu jam sekali, salah satu dari mereka menghubungi anak buahnya, untuk menanyakan kegiatan saudarinya. Banyak gadis yang merasa iri dengan nasib Andien, ia di kelilingi para pria tampan dan mapan. Bahkan salah satu dari teman-teman Andien, ada yang berteman dengan Andien, hanya untuk mendekati salah satu dari mereka berlima.

Andien tiba di makam ayahnya, ia meletakkan sebuket bunga tulip putih kesukaaan ayahnya. "Ayah, aku datang. Aku bawakan bunga kesukaan, Ayah."

Andien menatap photo yang tertempel di sana. Dalam balutan tuxedo hitam, ayahnya tampak gagah dan tampan juga berwibawa. Andien tersenyum lirih, tanpa ia sadari bulir bening mengalir di pipinya. 

"Kita pulang sekarang, Nona," ucap salah satu pengawalnya.

Andien hanya mengangguk. Ia pun berdiri dan melangkah pergi. Setelah mobil yang membawa Andien meninggalkan area pemakaman, tanpa mereka sadari sebuah mobil mengawasi mereka dari kejauhan.

"Jadi itu putri dari mendiang Antonio?" ucap seseorang yang berada di dalam mobil.

"Iya, Tuan. Namanya, nona Andien," jawab asistennya.

"Andien, nama yang sesuai dengan wajah cantiknya," sahutnya.

"Dia adalah kesayangan dari kelima tangan kanan Antonio," lanjut sang asisten.

"Hem ... menarik, kita bisa gunakan dia untuk jadi kelemahan kelimanya, terutama si berengsek Fabio dan Samuel," timpalnya.

"Saya akan mencaritahu lebih banyak tentangnya," ujar asistennya lagi.

Pemuda itu hanya mengangguk dan tersenyum licik. Mobil itu pun meninggalkan area pemakaman dan kembali ke kediaman mereka. Sejak saat itu, ia selalu mengawasi Andien. Setiap pergerakkan yang gadis itu lakukan, selalu dalam pengawasannya.

****

"Aku mau, laporannya hari ini juga," seru Fabio lantang.

"Baik Tuan," ucap anak buahnya. Dia pun meninggalkan bossnya di ruangannya.

Fabio tampak frustrasi, seseorang menahan pengirimannya, kemudian dijual dengan mengecernya.

"Aku akan membunuhnya, jika aku tau siapa yang berani mengkhianatiku," gumam Fabio kesal. Fabio pun menelpon keempat saudarnya, untuk membantu masalahnya. Setelah selesai, Fabio barulah merasa tenang. Namun, ia terus menyelidiki masalah yang ia hadapi sekarang.

Di kastilnya, Andien sedang bersiap untuk keluar rumah. Ia akan berbelanja keperluannya, seperti biasanya, ia akan pergi dengan kelima orang pengawalnya yang mengawasinya dari jarak aman. Tiba di sebuah pusat perbelanjaan di pusat kota, Andien melangkahkan kakinya. Ia memasuki, satu persatu toko yang ada disana di kunjungi oleh Andien. Setelah ia memilih beberapa benda yang ia inginkan, ia kembali melanjutkan langkahnya ke sebuah toko arloji. Andiene memilih sebuah arloji, yang akan ia hadiahkan untuk Fabio. Andien mengingat, arloji yang biasa di gunakan Fabio telah hancur saat kejadian itu. Sejak saat itu, dia tidak pernah lagi menggunakan arloji. Fabio mempunyai beberapa pasang arloji. Namun, ia selalu menggunakan arloji pemberian Antonio, saat dia berulang tahun.

Untuk itulah Andien ingin memberikannya, agar Fabio selalu menggunakannya. Setelah mengitari etalase, memperhatikan satu persatu model arloji yang terpajang disana. Akhirnya, Andien memutuskan memilih satu model yang tampak simpel dan sederhana. Andien segera meninggalkan toko, setelah ia membayar belanjaannya.

Di karenakan hari telah siang dan perutnya pun sudah mulai keroncongan. Andien masuk kesebuah restoran siap saji, untuk makan siang. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pesanan Andien datang. Ia pun mulai menikmati makan siangnya. Saat ia sedang asyik menikmati makan siangnya, tiba-tiba seseorang menghampiri mejanya.

"Boleh aku ikut duduk disini?" ucapnya.

Andien menatap dalam ke arah pemuda yang berada tepat di hadapannya. Pemuda itu terlihat tampan dengan busana santainya.

"Hallo!"

Lamunan Andien buyar, saat pemuda itu kembali menyapanya.

"Meja disini, semuanya sudah penuh pengunjung. Aku lihat, hanya meja ini yang kosong," ujarnya.

Andien belum menjawab, tapi pemuda itu telah memutuskan untuk duduk di hadapannya.

"Aku akan pergi setelah aku selesai makan," lanjutnya.

Andien memberi kode pada pengawalnya, saat salah satu dari mereka ingin mendatangi mejanya. Andien mengatakan jika semua baik-baik saja. Mereka pun kembali duduk di mejanya.

"Namaku Leo," ujar pemuda itu tiba-tiba, saat ia selesai makan.

Andien hanya mengernyitkan dahi.

"Kau, tidak mau menyebutkan namamu?" sambungnya.

Andien hanya menggelengkan kepalanya.

"Mengapa?"

"Aku tidak bicara dengan seseoranga yang tidak aku kenal," sahut Andien buka suara.

"Oh, begitu. Baiklah, aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Leo, kalau kamu?" seru Leo sembari mengulurkan tangannya.

"Aku Andien," sahut Andien singkat, menerima uluran tangan Leo.

"Andien, nama yang cantik, secantik orangnya." 

Andien hanya tersenyum tipis. Ia pun segera beranjak untuk pergi. Namun, Leo kembali menahannya.

"Boleh aku mengantarkanmu pulang?" tawar Leo.

"Tidak perlu!" ucap Andien.

"Ayolah, ini sebagai ucap terima kasih," sahut Leo.

"Terima kasih, untuk apa?" tanya Andien lagi.

"Kamu, udah mengijinkan aku duduk disini, bersama kamu," sahut Leo.

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," tolak Andien.

"Tidak apa-apa, aku senang melakukannya," Leo setengah memaksa.

"Cukup!" seru Andien.

Leo tampak terperangah dengan perubahan sikap Andien. Ia menatap lekat ke arah gadis manis yang ada di hadapannya dengan seksama.

"Aku bisa pulang sendiri, terima kasih atas tawaranmu." 

Andien meninggalkan Leo di dalam restoran. Leo menatap Andien hingga gadis itu masuk ke dalam sebuah mobil. Terlihat beberapa orang yang mengawalnya.

"Andien, aku rasa aku menyukainya," gumam Leo.

bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lima Pengawal   Penolakan Leo

    "Fab... ada yang mencuri barang-barang kita," lapor Samuel."Bagaimana bisa?" tanya Fabio heran.Samuel pun menjelaskan dengan detail dan langsung di mengerti oleh Fabio."Cari cara, agar semua barang kita bisa kembali. Kalau perlu balik keadaan," kata Fabio geram, saat mendengar kalau Leo menjadi dalangnya.Samuel segera memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan tugas dari Fabio.Sementara itu, Lucas baru saja pulang dari kediaman Zarina. Fabio tersenyum menyambut kedatangannya."Hai, Luc!" sapa Fabio.Lucas tersenyum dan menghempaskan dirinya di sofa."Ada apa?" tanya Fabio."Tidak. Aku hanya sedikit lelah," jawab Lucas."Apa kau bertengkar dengan Zarina?" tanya Fabio lagi.Lucas mengangguk. "Dia marah padaku.""Marah? Kenapa?" Fabio kembali bertanya."Aku ingin resepsi pernikahan kami, diadakan semeriah mungkin. Aku ingin memberikam kenangan yang indah untuk dia kenang seumur hidupnya," ucap

  • Lima Pengawal   Berita Gembira Dari Lucas

    Leo marah besar, pasalnya berkas yang diberikan Mark padanya, tidak berguna. Ternya Fabio, telah mengubah isi berkas itu. Leo dipermalukan oleh Fabio di depan banyak orang. Leo telah yakin, ia bisa menang dari Fabio. Ternyata, ia mempermalukan dirinya sendiri.Leo pun berjalan menuju kamar Andien. Saat ia masuk, Andien sedang tertidur pulas setelah menangis. Leo tersenyum dan segera mendekati Andien. Mata Leo melirik ke arah gelas yang berisi air, di atas nakas. Leo pun meraih gelas dan menyiramkan isi gelas itu ke wajah Andien.Andien terbangun, saat air menimpa wajahnya."Kau kira bisa tidur lelap, sementara aku harus menanggung malu karena ulah pengawalmu?" kata Leo dengan mata berkilat.Andien masih terpaku, menatap Leo."Bangun dan lakukan tugasmu sebagai istri."Leo menarik piyama tidur Andien, hingga terkoyak."Apa yang kau lakukan?" tanya Andien, sambil berusaha untuk menutupi bagian tubuhnya."Kau mau tau? Akan aku beri

  • Lima Pengawal   Kebahagian Lucas Dan Zarina

    Lucas kembali ke rumah. Ia mendapati Mark sedang bersama Fabio. Lucas duduk dan ikut mengobrol bersama mereka."Luc, dari mana saja kau?" tanya Fabio."Aku baru saja dari mansion Leo, menemui Andien," jawab Lucas.Fabio berhenti sejenak dan meletakkan berkas di tangannya."Apa kau bertemu dengannya?" tanya Fabio lagi.Lucas menggeleng pelan. "Tapi, aku tanpa sengaja bertemu seseorang di sana," kata Lucas sembari melirik ke arah Mark.Mark pun jadi salah tingkah. Meskipun begitu, ia masih bersikap tenang. Sebab, Lucas segera mengalihkan pembicaraan."Baiklah, Luc. Kau bisa bawa ini dan siapkan untuk meeting kita," kata Fabio sambil memberikan sebuah map berwarna kuning.Lucas tersenyum menerima map dari Fabio. "Maafkan aku, Fab. Sepertinya, aku tidak bisa hari ini," ucap Lucas.Fabio mengernyitkan dahinya. "Mengapa? Apa ada satu hal yang penting?" tanya Fabio."Kalau kau tanya soal itu, tentu saja ada.""Benarka

  • Lima Pengawal   Kecurigaan Lucas

    "Apa dia sudah makan?" tanya Leo, pada pelayan yang mengurus Andien."Belum, Tuan. Nyonya menolak untuk makan," jawabnya sembari menunduk.Leo mendengus kesal. "Biarkan saja, aku ingin melihat sampai dimana dia bertahan?"Pelayan itu menganggukkan kepalanya."Tetap beri dia makan, aku tidak mau kalau dia sampai mati kelaparan. Aku masih ingin menyiksanya secara perlahan," lanjut Leo. Pelanyan itu pun meninggalkan Leo dan kembali ke dapur."Apa langkah kita selanjutnya, Tuan?" tanya sang asisten."Kembali ke rencana semula," jawab Leo."Bagaimana, kalau suatu saat kelima pengawal itu tau kalau kita menyekap nyonya Andien?" tanya sang asisten."Mereka tidak akan tau. Sebab, mereka tidak akan pernah bertemu," sahut Leo. Asisten itu tampak menganggukkan kepalanya. Leo pun berdiri dan meninggalkan asistennya. Ia naik ke atas, masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Andien.Di kamarnya, Andien hanya duduk di ranjang sembari me

  • Lima Pengawal   Hukuman Untuk Andien

    "Apa kau masih marah padaku?" tanya Andien.Leo memejamkan matanya, sembari mengepalkan tangannya. Ia masih marah dengan kejadian kemarin. Ia berniat menikahi Andien, untuk mendapatkan keuntungan dan balas dendam pada garis keturunan Antonio.Leo hanya ingin mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelahnya, ia akan menyiksa Andien dan menjadikannya tahanan untuk menekan Fabio dan saudara-saudaranya. Tapi, sekarang apa? Ia hanya mendapat barang sisa yang telah terpakai oleh musuhnya. Kini, semuanya sia-sia. Rencana yang telah di susun Leo dengan matang, harus hancur setelah ia mendapatkannya."Lee, aku minta maaf. Aku tau, aku bersalah padamu. Tidak seharusnya, aku merahasiakan ini padamu," sesal Andien."Jika, aku memaafkanmu. Apa kau bersedia ikut bersamaku, kemanapun aku pergi dan melupakan semua masa lalumu bersama Fabio?" potong Leo.Andien terdiam mendengarkan ucapan Leo."Jika kau memaafkan aku, aku berjanji. Aku akan menjadi istri yang te

  • Lima Pengawal   Pengakuan Dari Andien

    Fabio melangkah, mengiri langkah Andien. Ia berdiri di samping Andien dan membawanya ke altar. Fabio menahan semua rasa di dadanya, ia berusaha untuk tidak terlihat sedih dan kecewa.Fabio telah tiba di depan altar, ia menyerahkan tangan Andien pada Leo yang telah menunggunya dengan senyum bahagia di wajahnya. Andien menyambut uluran tangan Leo dan berjalan maju. Fabio berjalan mundur dan duduk di samping Samuel.Samuel memegang pundak Fabio, untuk menghiburnya. Setelah keduanya mengucapkan sumpah janji pernikahan. Pendeta pun menyatakan keduanya sebagai suami istri. Fabio memalingkan wajahnya, tatkala Leo mencium Andien.Pesta pun segera di mulai, semua larut dalam suasana pesta. Andien dan Leo terlihat sangat bahagia. Fabio meneguk habis minuman di tangannya. Andien menatap Fabio dari kejauhan pun, perlahan mendekatinya."Mau berdansa?" tawar Andien mengulurkan tangannya.Fabio tersenyum dan menyambut uluran tangan Andien. Keduanya pun berdan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status