Share

Leo

Setelah kejadian di hari itu, Leo dan Andien jadi sering bertemu. Leo yang begitu penasaran dengan sosok, Andien. Berusaha mencaritahu tentang Andien dan semuanya tentang Andien. Leo, sangat menyukai Andien. Meskipun, Andien selalu menanggapinya dengan cuek dan dingin. Tapi, Leo tidak pernah putus asa, ia terus berusaha mendekati Andien dan berusaha mencuri perhatian darinya.

"Aku yakin, suatu saat nanti, kamu pasti akan bersikap baik padaku," gumam Leo, menatap kepergian Andien. Leo pun memutar kendaraannya dan kembali ke kediamannya.

Andien sendiri sebetulnya mulai risih dengan sikap dan perilaku Leo. Pemuda itu memang tidak pernah berbuat sesuatu yang melampaui batas. Namun, sikapnya terkadang membuat Andien gerah. Ia selalu saja mengikuti ke manapun Andien pergi.

"Apa mau kamu?" tanya Andien kesal. Ia benar-benar dibuat kesal dengan sikap Leo.

"Jangan marah, aku hanya ingin berteman. Tidak masalahkan?" sahut Leo.

"Sudah aku katakan, aku tidak berteman dengan orang asing," timpal Andien.

"Justru itu, aku ingin mengenalkan diriku padamu, agar aku tidak jadi orang asing dan kamu bisa berteman denganku."

"Tidak perlu, aku tidak mau berteman dengan penguntit seperti kamu," putus Andien.

"Gagal lagi," gumam Leo, sembari menggaruk kepalanya.

Sepanjang jalan menuju mobilnya, Andien berdumel tidak jelas.

"Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya pengawalnya.

"Tidak," sahut Andien kesal.

"Kita kemana lagi, Nona?"

"Kita pulang, aku sedang kesal," timpal Andien.

Sang sopir pun melajukan kendaraannya dan kembali ke rumah. Sesampainya dirumah, Andien masuk ke kamarnya.

"Kamu kenapa, Sweety," sebuah suara yang sangat Andien kenal, tiba-tiba menyapanya.

"Lucas!" seru Andien yang berlari ke arahanya dan masuk kedalam pelukannya.

"Hei, ada apa? Apa kau sangat merindukanku, hingga memelukku sekencang ini," ucap Lucas.

"Ya, aku sangat merindukanmu," sahut Andien.

"Ayo ceritakan padaku, apa saja kegiatanmu. Selama tidak ada dan pada siapa kamu menceritakan rahasiamu?" Lucas melepas pelikannya dan membawa Andien duduk.

Andien pun langsung menceritakan, semua hal apa saja yang ia lalui, tanpa kelima saudaranya, terutama Lucas. Hingga akhirnya, Andien bercerita tentang Leo, yang beberapa hari belakangan ini, sering mengikutinya.

Lucas tampak menautkan kedua alisnya. Ia tampak mulai tertarik dengan seseorang yang bernama Leo, yang i ceritakan oleh Andien. Namun, Lucas terus mendengarkan cerita Andien hingga selesai. Tapi, diam-diam ia akan mencaritahu, siapa sosok Lucas yang di ceritakan Andien.

"Sudah, jangan khawatir, aku akan mencaritahu siapa dia. Aku juga akan memberitahunya, agara jangan menganggu tuan putri Andie," goda Lucas sembari terkekeh.

Andien pun tertawa senang, setidaknya saat ini ia bisa tenang. Sebab, ada salah satu saudaranya menemaninya saat ini. Ia bisa menghabiskan waktu bersama Lucas, selama pemuda itu berada disini.

****

Di tempat lain, disebuah rumah besar, lebih mirip seperti sebuah bangunan tua yang klasik. Seorang tuan muda sedang menikmati makan malamnya, di temani para pelayannya.

"Tuan Muda, ini berkas yang anda minta," ucap asistennya.

"Aku akan memeriksanya nanti," sahutnya, kemudian melanjutkan suapan terakhir kemulutnya. Ia meletakkan perlengkapan makannya dan mengelap mulutnya dengan perlahan.

"Katakan padaku, apa kau membawa sesuatu yang aku perintahkan?" lanjutnya.

"Ya, Tuan. Nona Andien, bersekolah di sebuah sekolah asrama dan saat ini sedang menyelesaikan pendidikannya. Dia berencana akan melanjutkan pendidikannya di dalam negeri saja. Tapi kelima pengawal atau saudaranya itu, memintanya untuk melanjutkannya di luar negeri," jelas asisten panjang lebar.

"Aku mengerti," ucap sang Tuan Muda.

"Ada satu hal lagi, Tuan," lanjut asistennya.

"Katakan,"

"Saat ini, nona Andien sedang berada dalam pengawasan salah satu pengawalnya,"

"Siapa?"

"Lucas," 

Pemuda tampan yang berumur tiga puluh lima tahun itu, hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan sang asisten.

"Biarkan saja, aku akan menanganinya dengan caraku," putusnya, kemudian beranjak meninggalkan meja makan.

****

Andien dan lucas akan pergi piknik ke taman hiburan hari ini. Mereka tampak sibuk mempersiapkan bekal untuk mereka bawa. Setelah semuanya siap, keduanya pun berangkat. Dengan menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, akhirnya mereka tiba disana. Suasana telah ramai, pengunjung mulai berdatangan. Setelah mengantri cukup panjang, akhirnya Lucas mendapatkan tiket masuk untuk mereka berdua.

Sebenarnya, Lucas bisa saja masuk dengan mudah. Namun, kali ini Andien menantang lucas, agar ia mau ikut mengantri. Sebagai gantinya, Andien akan menuruti kemauannya seharian ini.

"Kamu mau naik wahana yang mana?" tanya Lucas.

"Itu!" tunjuk Andien, pada sebuah permainan komedi putar.

"Baiklah, ayo kesana!" seru Lucas menarik lembut lengan Andien. Setelahnya, mereka melanjutkan ke permainan berikutnya, hingga waktu menjelang siang. Mereka pun memutuskan untuk istirahat makan siang sejenak. Setelahnya, keduanya kembali melanjutkan kegiatan mereka, bermain berbagai macam wahana yang ada di sana.

Setelah puas seharian, Lucas membawa Andien pulang. Tapi sebelumnya, Andien meminta Lucas membawanya ke bioskop, untuk menonton film favoritnya. Lucas pun memutar arah mobilnya dan kembali ke jalan utama. Lucas mendapatkan tiket masuk dengan muah, kali ini Andien tidak melarangnya.

Saat akan masuk, Andien di kejutkan dengan sosok yang berdiri idepan pintu masuk.

"Tiketnya, Tuan," pinta Leo pada Lucas untuk menunjukkan tiketnya. "Silahkan, duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiketnya.

Lucas dan Andien pun melangkah masuk. Leo tampak memperhatikan Andien, yang menggandenga lengan Lucas. Leo hanya tersenyum tipis. Film pun berakhir, Lucas membawa Andien keluar dari gedung bioskop. Andien tanpa sengaja melihat Leo yang juga meninggalkan gedung bnioskop dengan mengendarai sepeda motor. Andien menatap dalam, hingga bayangan motor yang di kendarai Leo menghilang di kegelapan malam.

Lucas membawa Andien kembali ke rumah, setelah mengucap selamat malam. lUcas pun kembali ke kamarnya. Andien kembali teringat dengan sosok Leo yang mengendarai sepeda motornya. Kemudian, Andien kembali tersadar dan segera beranjak tidur. Perjalanan hari ini terasa begitu melelahkan bagi Andien.

Keesokan harinya, Andien bangun dan langsung mandi. Setelah semuanya selesai, ia pun bergegas turun untuk sarapan. Saat ia tiba di ruang makan, ia mencari keberadaan Lucas.

"Dimana Lucas?" tanya Andien.

"Tuan muda Lucas, telah kembali. Mendadak ia mendapat telepon penting dan secepatnya harus kembali," jelas kepala pelayan.

Andien menarik nafas panjang dan mengembuskannya kasar. Kembali, Andien di tinggal sendiri bersama para pelayan dan pengawal.

"Aku mau ke makam papa," seru Andien beranjak.

"Baik Nona, saya akan menyuruh sopir untuk menyiapkan mobil," jawab kepala pelayan. Andien segera bersiap, tapi sebelumnya, ia menuju taman buatan yang ada di perkarangan rumahnya. Taman itu di tanami berbagai macam jenis bunga. Termasuk tulip kesukaan mendiang papanya. Andien memetik beberapa tangkai, kemudian mengemasnya menjadi buket bunga cantik.

Tiba di pemakaman, Andien meletakkan buket bunga buatannya dan berdoa sejenak untuk ayahnya. Setelah melepas rindu, Andien beranjak dan kembali pulang. Tiba-tiba  mata Andien menatap sebuah mobil mewah yang sedari tadi teparkir tidak jauh dari area pemakaman. Lama Andien menatap ke arah mobil itu, hingga salah satu pengawalnya kembali menyadarkannya. Ia pun segera masuk kedalam mobil dan meninggalkan pemakaman.

"Sepertinya, Nona Andien mulai merasa jika kita mengikuti dia Tuan," ucap sang sopir.

"Biarkan saja, bagus jika dia tau secepatnya. Itu akan mempermudah rencanaku, lagi pula aku telah lelah bersembunyi," sahutnya.

Sopir itu tampak mengerti, ia pun kembali melanjutkan perjalanannya, setelah mendapat instruksi dari bossnya. Ia bingung dengan jalan pikiran bossnya, jika bossnya mau. Dia bisa saja langsung menculik Andien dan meminta tebusan dengan kelima kaki tangan Antonio. Entahlah, itu hanya bossnya yang tahu, pikir sang sopir.

****

Beberapa hari kemudian, Andien kembali bertemu dengan Leo. Saat ini, Andien berada di sebuah Cafe, dan Leo menjadi salah satu pelayan disana.

"Ini pesanannya, Nona," ucap Leo.

"Kamu!"

Leo tampak tersenyum. "Anda masih mengenali saya, Nola?"

"Sedang apa kamu disini?" tanya Andien.

"Saya sedang bekerja Nona," jawan Leo.

"Bekerja? Bukannya kemarin kamu di bioskop?"

"Iya, malam saya disana, dari siang sampai sore saya disini," jelas Leo.

"Kamu tidak sekolah?" tanya Andien lagi.

"Saya sedang mengumpulkan uang, buat kuliah. Tahun depan, kalau uang terkumpul semua dan cukup, baru saya lanjut kuliah," terang Leo. Andien teriam menatap ke arah Leo, yang telah kembali melayani pengunjung yang lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status