Share

Mendadak Nikah

*****HAPPY_READING*****

Sebulan berlalu, Chika sudah betah di tempat kerjanya. Bahkan, dia sudah tau apa yang harus dikerjakannya. Walau beberapa omongan Clara yang menyakiti hatinya, tapi Chika selalu tak memasukkan kata-kata Clara ke dalam hatinya. Dia masih ingin bekerja di Resto untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Sedikit demi sedikit, Chika mulai menabung untuk membeli rumah. Dia ingin sekali membeli rumah yang sederhana untuk tempat tinggalnya. Dibanding ngontrak, Chika sangat ingin mempunyai rumah miliknya sendiri.

"Chik, ngelamun aja lo, ntar kesambet tau," kata Hito mengagetkannya.

"Hito, kamu tuh selalu muncul kayak setan tau."

"Hahaha,lagian kita sekarang satu shift. Gue minta shift pagi, capek lama-lama kalau kerja sampe larut malam terus. Jadi, gue bisa ketemu sama lo tiap hari," ucap Hito.

"Yeyyy, tiap hari juga kita ketemu keles. Pas libur aja gak ketemu," ledek Chika.

"Tapi, beda Chik. Sekarang kita akan sering ketemu," kata Hito lalu tersenyum.

Chika hanya tersenyum, lalu dia pergi untuk membereskan meja-meja sebelum para pelanggan datang.

Anita memperhatikan Hito yang sedang tersenyum-senyum sendiri.

"Oi, suka ya yaa sama Chika?" tanya Anita menepuk bahunya.

"Lo bikin kaget aja," kata Hito.

"Hahaha udahlah,bilang aja To kalau lo naksir Chika," ucap Anita.

"Sotoy sotoy sotoy! Lo tuh sotoy deh, Anita."

"Lah, emang bener 'kan yang aku bilang? Akhir-akhir ini kamu juga sering mendekati Chika, sampe minta satu shift sama dia," ucap Anita tertawa.

Sebelum lebih lanjut diintrogasi, Hito langsung kabur dari Anita. Dia tak ingin Anita tau perasaannya ke Chika.

****

Devan masih sarapan di rumahnya. Rencananya dia akan bertemu dengan orang yang akan memesan Cathering dari Restaurantnya. 

"Hari ini Clara ke Resto lagi?" tanya Oma.

"Iya dong, Oma. Selama dia gak sibuk, pasti dia selalu bantuin Resto aku."

"Hmmm, lebih baik kamu minta dia jangan mencampuri urusan Resto, karena Oma tidak suka. Oma sudah kasih kepercayaan kamu untuk mengelola, bukan berarti kamu bisa meminta pacar kamu untuk mengurus juga. Oma tidak mau, Resto yang Oma bangun dari 0 hancur begitu saja," ucap Oma.

"Hmmm, Oma tau 'kan? Selama dia ngurus Resto, dia gak pernah membuat Resto rugi. Malah dia yang selalu bisa mengatur semua karyawan agar disiplin," kata Devan membela.

"Mengatur karyawan? Sehingga banyak karyawan yang keluar masuk? Oma rasa, ada yang tidak beres. Oma akan sering berada di Resto."

"Tapi, Oma mending istirahat aja di rumah. Resto aman, Oma."

"Gak, Dev. Oma akan mencegah sebelum menyesal nantinya. Dan, kamu fikir Clara itu perempuan baik atau bukan buat kamu. Oma minta, kamu cari calon istri yang biasa saja, yang bisa menghargai kamu. Kamu udah 25 tahun Devan, seharusnya kamu menjalani hubungan yang serius dan mencari calon istri yang baik. Jangan seperti wanita itu!" ucap Oma membuat Devan diam.

Devan pamit kepada Oma untuk pergi ke Resto. 

Devan langsung menjemput Clara di rumahnya. Seperti biasa, Clara sudah menunggu di depan pintu gerbang rumahnya.

"Hay, sayang," sapa Clara.

"Hay, Baby," ucap Devan mencium keningnya.

"Kok kamu lama banget sih sayang?"

"Maaf, sayang. Tadi aku sarapan bareng Oma, jadi aku lama ngobrol sama Oma," ucap Devan.

"Pasti ngomongin aku yaa sayang? Emang kenapa yaa Oma kamu kayak gak suka sama aku?" tanya Clara cemberut.

"Bukan begitu sayang. Oma aku baik dan mau menerima kamu," kata Devan memegang pipi Clara.

"Tapi, Oma kamu selalu cuek sama aku. Beda perlakuannya sama karyawan lain, Oma sangat ramah sekali."

"Sayang, kamu harus bisa menyesuaikan diri sama Oma aku, aku kan dari kecil sama Oma, pasti Oma aku akan menyukai kamu juga," kata Devan.

"Hmmm, iya deh."

"Oh yaa, kamu mau 'kan nikah sama aku?" tanya Devan.

"Sayang, aku masih 19 tahun lho, aku belum kefikiran untuk ke arah sana. Aku masih ingin menjadi model yang lebih terkenal lagi," tukas Clara.

"Tapi, kalau kamu udah nikah sama aku, kamu hidup enak. Gak perlu capek-capek untuk jadi model," kata Devan merayu.

"Ahh, sayang. Aku belum siap nikah pokoknya. Aku mau seneng-seneng dulu di masa muda aku!" kata Clara memanyunkan bibirnya yang merah merona itu.

Perselisihan usia Devan dan Clara bisa dibilang cukup jauh. Berkali-kali Devan meminta Clara untuk menikah, berkali-kali juga jawaban Clara menolaknya. Dia selalu berkata belum siap untuk menikah, tapi di sisi lain, Omanya ingin segera Devan menikah dengan perempuan yang bisa buat dia bahagia. Tetapi, perempuan itu hanya Clara yang ada dalam hati Devan, tidak ada wanita lain yang diliriknya. 

"Aku harus bisa bujuk Oma untuk memberikan waktu lebih lama lagi agar bisa menikah dengan Clara," kata Devan dalam hati.

Mereka sudah sampai di Resto.

Tanpa diketahui oleh Devan, Oma sudah berada di Resto.

"Oma?" ucap Devan kaget ketika memasuki ruangannya.

Oma menoleh ke arah Devan dan wanita di sampingnya. Ya! Wanita itu adalah Clara Olasandra.

"Kok Oma udah disini?" 

"Hmmm, kenapa kaget gitu Devan? Oma fikir kamu sudah sampai duluan, tapi ternyata..." ucap Oma lirih.

Clara pun tersenyum dan mendekati Oma. Lalu, mereka bertiga pun berbincang-bincang di ruangan Devan.

"Oma mau pernikahan kalian segera digelar minggu depan. Kalian sudah siap 'kan?" tanya Oma.

"A...a...pa Oma? Apa gak kecepatan?" tanya Devan.

"Ta...tapi Oma, aku belum siap," kata Clara.

"Oma ingin Devan memiliki wanita yang akan ada di sampingnya selamanya. Umur Devan udah 25 tahun, dan dia harus segera menikah dengan perempuan yang baik. Dan, Oma pastikan kamu bisa menjadi yang terbaik untuk Devan. Kalau kamu mau bersama Devan, siap atau tidak siap kamu harus siap."

"Baiklah, Oma! Aku siap menikah dengan Clara. Iya 'kan sayang?" tanya Devan melirik ke arah Clara.

Clara segera menarik tangan Devan.

"Devan, gimana ini? Aku belum siap!" kata Clara berbisik-bisik.

"Sayang, ini demi kebaikan kita. Minggu depan kita nikah, kamu akan tetap berkarir di dunia modelling. Kamu akan bahagia sama aku," ucap Devan meyakinkan.

"Tapi, Dev..."

Oma langsung mendekati mereka dan berbicara, "Okey, Oma sudah siapin semuanya. Kalian bersiap untuk menikah minggu depan," ucap Oma.

Devan sangat senang sekali, akhirnya Oma menyetujui hubungannya dengan Clara. Sementara, Clara masih bimbang.

"Gue terlalu muda untuk menikah, gue harus bujuk Devan agar Oma tidak menggelar pernikahan mereka minggu depan," kata Clara dalam hati.

"Sayang, kamu siap 'kan?" tanya Devan.

"Iya," ucap Clara singkat.

Oma tersenyum, "Saya tau, kalau kamu belum siap untuk menikah. Kalau kamu mencintai Devan sepenuh hati, pasti kamu akan melepas masa muda dan hidup bahagia bersama Devan. Karena, saya yakin Devan akan menjadi lelaki yang bertanggung jawab," ucap Oma dalam hati.

Oma pun langsung memberikan undangan kepada semua karyawannya. Oma sudah mempersiapkan semuanya sendiri tanpa sepengetahuan dari Devan dan Clara.

"Wooow, Pak Devan akan menikah, kita diundang?" tanya salah satu karyawan.

"Kalian datang yaa? Bebas menggunakan baju apa saja, yang penting kalian harus terlihat bahagia nanti di hari bahagia Devan," kata Oma.

"Waaah, Oma baik banget. Kita semua pasti dateng," kata Chika.

"Iya, Chika. Kamu harus datang," kata Oma.

"Pasti, Oma. Aku dan semua karyawan disini akan dateng, kita gak nyangka Pak Devan akan mengundang kami di hari sakralnya nanti," kata Chika.

"Pak Devan sama Bu Clara nikahnya?" tanya Anita.

"Anita, lo tuh gimana sih? Kan pacarnya Pak Devan itu Bu Clara, masa nikahnya sama elo," ledek Hito terkekeh.

"Hahahaha," semua karyawan tertawa mendengarnya.

Sementara, Clara bete dengan sikap Omanya Devan. Devan tak mampu menolak permintaan Oma.

"Sayang, are you happy?" tanya Devan melihat raut wajah Clara yang berbeda.

"I don't know," jawab Clara.

"Aku akan bahagiakan kamu, kita mempunyai anak yang lucu dan selamanya kita bersama, sayang," ucap Devan memeluk tubuh Clara.

Clara diam tak merespons. Dia masih berfikir tentang karir ke depannya.

"Aku pulang dulu yaa? Aku mau ngabarin orang tua aku," ucap Clara.

"Iya, Baby, aku akan menunggu kamu di hari H itu tiba," kata Devan.

Clara langsung pergi naik taxy. 

"Gue emang mencintai Devan, tapi gue belum siap untuk menikah bersama Devan. Hmmm, gue harus gimana? Gue harus menikah? Atau tidak? Tapi, gue gak mau kehilangan Devan. Ya sudahlah, gue jalanin aja semuanya," ucap Clara termenung.

________

Chika sudah bersiap dengan dress yang dipakainya. Ya! Chika mempunyai beberapa dress yang sangat bagus, tapi sudah jarang dipakai. Hari ini adalah hari pernikahan Boss-nya. Semua karyawan harus terlihat elegant di acara pernikahan yang sangat mewah itu.

"Chiiiikaa," panggil Anita dari luar.

Chika membuka pintunya dan mempersilahkan Anita dan Hito masuk ke dalam.

Hito terpana melihat kecantikan yang terpancar dari wajah Chika, begitu pun Anita.

"Ya ampun, ini kamu Chika? Aku sudah lama tidak melihat kamu seperti ini? Kamu cantiiiiik banget," kata Anita kagum.

"Makasih," kata Chika.

Hito melihat Chika tanpa berkedip, "Ya Allah, bidadari darimana lagi ini?"

"Heyyy!" ucap Anita mengagetkannya.

"Ih, apa sih lo, Nit?" 

"Hmmmm, cieee gak usah segitunya juga keles ngeliatin Chika. Chika kan emang cantik, dari dulu dia gak sombong atas kecantikan yang dimiliki oleh dia," kata Anita.

"Iya, hari ini lo lebih cantik Chika. Gue sampe terpesona ngeliat lo, bener-bener pangling," kata Hito.

"Hehehe, bisa aja. Ayo kita berangkat sekarang. Aku yang pesenin taxy-nya," ucap Chika.

Mereka pun menunggu di luar. Tak lama kemudian, taxy sudah berada di depan mereka. Lalu, mereka langsung masuk ke dalam mobil.

***

Di sebuah gedung yang sudah dihiasi oleh bunga-bunga dan hiasan-hiasan yang sangat indah, membuat gedung itu terlihat elegant dan mewah. Para tamu undangan yang hadir sudah menunggu untuk menjadi saksi pernikahan cucunya Oma Tri. Ya! Oma Tri memang sangat terkenal sekali di Jakarta. Tak heran, banyak orang yang sebanding dengannya hadir di acara sakral itu.

"Wooow, mewah banget," kata Anita.

"Iya bener, kita bisa makan enak nih," ucap Hito.

Chika hanya diam melihat sekelilingnya. Dia sudah biasa dengan acara seperti itu. Dulu, sebelum orang tuanya meninggal, Chika sering ikut ke Pesta Pernikahan seperti itu. Jadi, dia bersikap biasa aja.

"Ayoo, kita cari tempat duduk," ajak Anita.

"Gue mau deket sama Chika duduknya," kata Hito.

"Ciee....ciee," ledek Anita.

Mereka langsung mencari tempat duduk yang pas untuk melihat acaranya dengan jelas dan bisa mengabadikan moment itu.

Oma Tri menyapa semua karyawannya.

"Eh, Nita, Hito, ini Chika?" tanya Oma melihat ke arah Chika.

"Iya, Oma. Ini Chika," kata Chika tersenyum.

"Kamu cantik banget, Oma sampe pangling gak ngenalin kamu," ucap Oma.

"Hehehe, Oma bisa aja. Oma juga terlihat cantik dan awet muda, pasti Oma bahagia yaaa?" 

"Tentu dong, ini kan hari bahagianya cucu Oma," kata Oma.

"Oh yaa, Oma, Bu Clara belum datang yaa?" tanya Anita.

"Belum, paling masih di perjalanan. Akadnya sebentar lagi dilaksanakan, kalian santai aja dulu," ucap Oma lalu pergi untuk menemui Devan.

Devan terlihat bahagia, dia sangat tampan sekali. Devan memang tampan, mau pakai baju apapun dia terlihat tampan. Dia sudah tak sabar untuk menjalani hidup baru bersama Clara.

"Devan, acaranya sebentar lagi dimulai. Clara belum ada kabar?" tanya Oma.

"Belum, dia kayaknya masih di jalan deh. Soalnya aku chat dia tadi malem doang," ucap Devan.

"Oh ya, kamu bersiap duduk disana. Biar pas Clara datang, acara segera dimulai," pinta Oma.

Devan duduk di sebuah kursi yang akan menjadi saksi pernikahan mereka. 

"Pasti Clara akan terlihat sangat cantik sekali, aku udah gak sabar menanti dia," ucap Devan dalam hati.

Penghulu sudah datang. Mereka pun menunggu kedatangan calon pengantin perempuan, yaitu Clara.

**

Setengah jam berlalu, tapi Clara tidak juga muncul. Devan sangat khawatir, dia menelpon Clara berkali-kali tapi tak diangkat juga.

"Devan, Clara kemana?!" bisik Oma dengan nada marah.

"Nanti, Oma. Dia pasti datang," kata Oma.

Ting! Sebuah pesan masuk ke dalam HP-nya Devan. Itu adalah pesan dari Clara.

"Hah?! Apa?!" teriak Devan kaget.

"Kamu kenapa?" tanya Oma mendekati.

"Clara gak bisa hadir, dia dipanggil ke Korea untuk pemotretan disana. Gimana, Oma? Kita tunda dulu yaa pernikahan ini?" kata Devan menahan sedih.

Oma terlihat sedih, "Dasar wanita tidak baik! Bisa-bisanya dia mementingkan kerjaannya, dibandingkan dengan acaranya," batinnya.

"Oma, kita tunda dulu aja pernikahannya," pinta Devan.

"Gak bisa, kamu liat Devan di sekeliling itu semua sahabat Oma, Oma gak mau pernikahan kamu ditunda," kata Oma berbisik.

"Tapi, gimana Oma? Clara gak bisa dateng!" kata Devan.

"Dia memang wanita tak tau diri! Udah syukur dibuatin acara pernikahan, ehh malah gak dateng," kata Oma kesal.

"Kita tunda sampe Clara dateng," ucap Devan.

Penghulu sudah kesal menunggunya.

"Pak, Bu gimana? Jadi sekarang kan? Soalnya saya masih ada acara di tempat lain," ucap Penghulu.

"Pak, maaf..."

"Bisa! Tunggu setengah jam lagi, saya ke belakang dulu," ucap Oma.

Devan tak mengerti apa yang diucapkan oleh Omanya.

**

Di ruang make-up, Oma sudah menelpon Chika untuk ke ruang make-up.

Chika pun datang dan menemui Oma Tri.

"Oma kenapa manggil aku?" tanya Chika.

"Tolong buat dia cantik secantik mungkin, dan pakaikan kebaya itu," perintah Oma kepada orang yang disana.

"O...Oma ini maksudnya gimana?" 

"Chika, Oma gak mau Devan menunda pernikahannya. Oma tau, Clara tak akan pernah siap, dia hanya memberi harapan palsu untuk Devan. Oma minta, kamu menjadi penggantinya Clara. Oma percaya, kamu baik. Walaupun Oma baru kenal kamu selama sebulan, tapi Oma bisa menilai kamu itu pantas menjadi pendamping cucu Oma, yaitu Devan," kata Oma.

"Tapi, Oma. Aku gak mungkin ngelakuin ini, Pak Devan gak akan mungkin menerima aku," kata Chika.

"Percaya sama Oma, Devan anak baik dan dia akan bertanggung jawab sama kamu. Dia akan menuruti permintaan Oma," kata Oma meyakinkan.

Devan menghampiri Omanya.

"Oma? Kenapa Oma bilang gitu sama penghulu?" tanya Devan.

"Devan, Oma sudah mencari yang terbaik buat pendamping kamu," kata Oma.

"Siapa Oma? Clara gak akan datang hari ini," kata Devan.

"Bukan wanita pemberi harapan palsu itu, tapi Chika. Kamu harus bersedia menikahi dia," tegas Oma.

"Gak...gak....mungkin. Oma cuman becanda 'kan?" tanya Devan melihat ke arah Chika.

"Devan! Kamu harus menuruti permintaan Oma, kamu jangan membantah!" tegas Oma.

"Tapi, Oma, aku gak mencintai dia. Aku hanya..." ucap Devan.

"Kamu mau jantung Oma kambuh lagi? Kamu mau Oma mati sekarang? Oma udah capek-capek persiapkan ini semua, Oma gak mau kamu kecewain semua tamu undangan, termasuk Oma!" tegas Oma.

Devan pun terdiam, dia tak ingin penyakit Oma Tri kambuh lagi. Bahkan, Devan sangat menjaga perasaan Omanya selama ini. 

"Kamu, tolong make-up Chika sekarang dan pakaikan dia kebaya itu," perintah Oma.

Chika duduk berhadapan dengan cermin. Dia tak percaya, itu semua akan terjadi dalam hidupnya. Chika harus menikahi orang yang sama sekali tak pernah mencintainya. Chika hanya menuruti permintaan Oma Tri. Chika sangat akrab sekali dengan Oma Tri, sehingga Oma Tri bisa dibuat jatuh hati olehnya.

"Chika, kamu percaya Oma 'kan? Oma udah anggap kamu keluarga Oma, Oma akan sayangi kamu dan buat Devan jatuh cinta sama kamu," ucap Oma Tri.

"Iya, Oma. Tapi, bagaimana dengan Bu Clara?"

"Jangan kamu fikirkan tentang perempuan itu! Sekarang, Oma yakin kamu adalah wanita terbaik buat Devan," kata Oma.

Selesai dirias, Chika sangat terlihat semakin cantik dengan kebaya yang dia gunakan. Make-upnya sungguh sangat membuat dia pangling, sehingga dia tak kalah cantik dengan Clara.

Oma menuntun Chika untuk duduk di kursi. Semua mata tertuju kepadanya, semua terpana melihat kecantikan pengantin wanitanya. 

Hito dan Anita berdiri dan mereka sungguh kaget.

"Hah? Kok Chika?" tanya Anita.

"Kenapa Chika? Mana Bu Clara?" tanya Hito.

"Tapi, sumpah! Chika cantik bangeeeeet," kata Anita.

Hito seketika langsung terdiam. Belum juga dia mengungkapkan perasaannya, Chika sudah dinikahi oleh orang lain secara mendadak seperti ini.

"Hati gue hancur! Belum gue ungkapin semuanya, Chik. Lo malah nikah sama Boss gue," kata Hito dalam hati.

"Chika, cantik banget yaa, To? Liat, kebayanya tuh pas di badan dia. Chika cantik bangetttttt ih," ucap Anita.

"Hmmm, iya," kata Hito singkat.

Devan dan Chika sudah duduk berdampingan. Devan tak pernah menyangka, kalau nasibnya akan seperti ini.

"Harusnya Clara, bukan dia! Oma gimana sih, jelas-jelas aku gak pernah mencintainya!" kata Devan dalam hati.

"Devan, ayo. Kamu inget 'kan namanya Chika Aglia Lestari," bisik Oma.

Penghulu bersalaman dengan tangan Devan dan menuntunnya mengucapkan janji suci itu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Chika Aglia Lestari dengan seperangkat alat sholat dan perhiasan emas tersebut dibayar tunai!" ucap Devan dengan lantang.

"Sah?" tanya penghulu.

"SAAAHHHHH!" ucap para tamu undangan serentak.

Semuanya menengadahkan tangan untuk berdo'a atas pernikahan Devan dan Chika.

Chika meraih tangan Devan dengan ragu, lalu ia menciumnya.

Devan terlihat sangat sedih, dia tak menikah dengan wanita yang dicintainya.

"Devan, kamu harus bahagia. Sekarang Chika adalah istri kamu," kata Oma.

Devan tersenyum tipis. Tak bisa dipungkiri, dia sangat kesal dengan keputusan Oma-nya.

Lalu, para tamu undangan mengucapkan selamat kepada mereka. Termasuk Anita dan Hito.

"Chikaaaaa, selamaaaaat yaaaaa," kata Anita memeluk Chika.

"Chik, selamat. Pak Devan selamat yaa?" ucap Hito menahan sedih.

"Iya, makasih," ucap Chika.

Chika tak tau harus berbuat apa. Apakah dia harus berbahagia atau bersedih, dia bingung sendiri.

Oma pun selalu berada di samping Devan dan Chika.

"Oma minta, mulai hari ini kamu harus mencintai Chika, istri kamu," kata Oma.

"Tapi, Oma..."

"Devan! Kamu jangan seperti itu," kata Oma.

Setelah selesai acara, semua tamu undangan pulang.

"Devan, Chika, kalian sekarang udah menjadi suami istri. Selamat yaa? Oma harap kalian bisa saling menyayangi dan mencintai. Oma juga sudah memesan hotel untuk kalian. Jadi, sekarang kalian balik ke hotel tadi," kata Oma.

"Maksud Oma, aku tidur sama dia?"

"Devan, Chika itu istri kamu. Ya iyalah, kamu harus sama Chika, jagain Chika, lindungin Chika," kata Oma.

Devan menuruti perintah Omanya. Dia tak mau berurusan panjang dengan Oma. 

Setelah Oma Tri pergi, Devan dan Chika langsung berjalan ke dalam kamar hotel. Devan masih tak mau berbicara dengan Chika.

Chika langsung mandi dan membersihkan make-up yang ada di wajahnya.

"Pak, maafin saya, saya tidak tau kalau kejadiannya akan begini," kata Chika.

Devan menoleh dan membuang muka. 

"Pasti Bapak marah 'kan?"

"Saya tidak pernah mencintai kamu, dan kamu juga tau saya hanya mencintai Clara, bukan kamu. Saya harap kamu bisa tau diri!" kata Devan.

Chika mengangguk pelan. Dia memang sadar kalau dia bukanlah wanita yang diharapkan oleh Devan.

"Kamu tidur duluan, saya mau keluar dulu," ucap Devan.

Akhirnya, Chika tidur duluan karena dia capek. Devan keluar untuk mencari angin, dia sangat stress karena Clara bukanlah istrinya.

Seharusnya, malam itu adalah malam pertamanya, tapi semuanya tidak sesuai dengan harapan Devan. Devan sangat benci dengan keadaan itu.

"Clara, kenapa kamu tidak dateng? Padahal, aku berharap kamulah yang menjadi istriku, bukan dia!" kata Devan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status